Liputan6.com, Jakarta - Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI)Â Djayadi Hanan menilai secara keseluruhan proses Pemilu AS 2020 telah berlangsung sukses.
"Tidak ada insiden yang terlalu merisaukan. Bahkan, ini adalah pemilu tersukses di Amerika Serikat, katakanlah lebih dari 50 tahun terakhir, jika kita lihat dari partisipasi pemilihnya," ujar Djayadi kepada Liputan6.com, Selasa (10/11/2020).
Baca Juga
Ia mengungkap, pemilih di beberapa negara bagian Amerika Serikat dalam Pemilu 2020 ini bisa mencapai 70 hingga 80 persen dari yang terdaftar. Baik bagi yang berpartisipasi dalam surat pos atau pemilihan awal.
Advertisement
Dosen Ilmu Politik dan Hubungan Internasional di Universitas Paramadina itu juga menyebut adanya peningkatan dalam jumlah pemilih dalam Pemilu AS 2020.
"Jumlah mereka yang berpartisipasi sebelum hari H baik melalui jalur pos maupun lainnya mencapai 103 juta orang. Jumlah ini hampir tiga kali lipat dari 2016. Pada 2016 itu sekitar 47 juta orang yang melakukan pemilihan sebelum hari H. Jadi itu adalah sukses yang luar biasa," katanya.
"Tapi pada hari H (Pemilu AS) juga partisipasi tinggi sekali. Terutama pemilih Donald Trump, lantaran dianjurkan sendiri oleh Trump untuk memilih pada hari H. Justru di masa pandemi ini mereka sukses mendulang partisipasi pemilih dan itu berlangsung sukses serta tak ada insiden berarti," ungkap Djayadi.
Bukan Sengketa Pemilu
Presiden Amerika Serikat Donald Trump masih belum mengaku kalah di Pemilu AS 2020. Tim kampanye Trump sedang melancarkan berbagai gugatan di beberapa negara bagian.
Pakar Hubungan Internasional dari Universitas Gadjah Mada Nur Rachmat Yuliantoro menilai kemenangan Joe Biden dari Partai Demokrat sudah aman. Ia menegaskan kegaduhan yang terjadi hanya karena Trump tak mau kalah.Â
[bacajuga:Baca Juga](Â 4403528)
"Tidak ada 'sengketa pemilu AS' antara Biden dan Trump. Yang ada adalah Trump yang mengatakan akan membawa penghitungan suara yang dia nilai tidak adil ke pengadilan," ujar Ketua Departemen Ilmu Hubungan Internasional UGM itu kepada Liputan6.com, Senin (9/11/2020).
"Saya kira lebih ke dia (Donald Trump) tidak mau kalah saja," imbuhnya.Â
Nur Rachmat menyorot retorika Trump yang meminta agar hitung suara dihentikan di negara bagian yang Joe Biden unggul. Tetapi, dia tak meminta hal serupa di daerah yang dia sendiri unggul.
Posisi Joe Biden secara suara elektoral pun dinilai sudah aman. Berdasarkan penghitungan AP, Joe Biden telah mendapat 290 suara dan Donald Trump baru meraih 214 suara.
Advertisement