Liputan6.com, Suva - Topan super Yasa meratakan seluruh desa saat melanda Fiji. Badan bantuan di negara kepulauan Pasifik itu mengatakan pada Jumat (18/12/2020) bahwa ada dua korban jiwa, bayi salah satunya yang dikonfirmasi.
Petugas penyelamat berjibaku dengan waktu menuju komunitas yang paling parah terkena dampak.
Top-of-the-scale Category Five Storm atau badai dengan kategori tertinggi menghantam pulau terbesar kedua di Fiji, Vanua Levu pada Kamis 17 Desember malam, membawa embusan angin hingga 345 kilometer per jam (210 mil per jam). Demikian seperti mengutip laman Channel News Asia.
Advertisement
Mata angin topan yang bergerak lambat itu membutuhkan waktu sekitar empat jam untuk melintasi pulau, memicu banjir, tanah longsor, dan pemadaman listrik sebelum bergerak ke laut pada Jumat pagi.
"Ada beberapa desa yang melaporkan bahwa semua rumah telah hancur," kata kepala Save the Children Fiji Shairana Ali kepada AFP.
Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:
Yasa, Badai Terkuat Ketiga yang Menghantam Fiji
Yasa adalah badai ketiga terkuat yang tercatat di Fiji. Muncul kekhawatiran badai itu akan memiliki dampak yang sama menghancurkan seperti Topan Winston pada tahun 2016, yang menewaskan 44 orang dan menghancurkan puluhan ribu rumah.
Topan Yasa mendarat di Provinsi Bau yang jarang penduduknya, dan kepala Save the Children Fiji Shairana Ali mengatakan tampaknya tidak ada kerusakan besar di kota-kota besar, kecuali banjir di Rakiraki di pulau utama Viti Levu.
"Meski begitu, situasi bisa berubah karena wilayah terdampak cukup jauh dan masih ada beberapa pulau kecil yang langsung dilalui siklon," kata Ali.
"Cuacanya masih kurang bagus, tapi pemeriksaan udara diharapkan akan dilakukan hari ini dan tim dikerahkan di darat ketika laut tidak begitu kasar untuk kapal mencapai pulau itu."
Ali juga mengatakan ada "sejumlah besar" orang di pusat-pusat evakuasi, tetapi rincian persisnya tidak akan tersedia sampai penilaian kerusakan selesai.
"Di daerah terpencil ini, rumah tidak dibangun untuk menahan angin topan Kategori Lima, sehingga banyak orang kehilangan rumah," katanya.
"Sebagian besar dari orang-orang ini bergantung pada pertanian untuk mata pencaharian mereka dan tanaman mereka juga telah dihancurkan."
Advertisement