AS dan Inggris Kecam Laporan Pemerkosaan Sistematis Terhadap Wanita Uighur di Xinjiang

Pemerintah AS dan Inggris mengutuk laporan terkait pemerkosaan sistematis yang dilakukan terhadap kelompok wanita Uighur di kamp-kamp Xinjiang, China.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 05 Feb 2021, 09:00 WIB
Diterbitkan 05 Feb 2021, 05:30 WIB
Massa Aksi Bela Muslim Uighur
Massa sejumlah ormas Islam membawa poster saat aksi bela Uighur di depan Kedutaan Besar China, kawasan Kuningan, Jakarta, Jumat (27/12.2019). Mereka memprotes dugaan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) oleh pemerintah China kepada etnis muslim Uighur di Xinjiang. (Merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah AS menyatakan "sangat terganggu" oleh laporan yang merinci tuduhan pemerkosaan sistematis terhadap wanita Uighur di kamp-kamp China.

"Kekejaman ini mengejutkan hati nurani dan harus dihadapi dengan konsekuensi serius," kata seorang juru bicara.

Menteri luar negeri Inggris, Nigel Adams, mengatakan di parlemen pada hari Kamis bahwa laporan tersebut menunjukkan "jelas tindakan jahat".

Melansir BBC, Jumat (5/2/2021), menurut perkiraan, lebih dari satu juta orang Uighur dan minoritas lainnya telah ditahan di kamp-kamp di China.

Investigasi yang diterbitkan oleh BBC pada hari Rabu berisi kesaksian langsung dari pemerkosaan sistematis, pelecehan seksual dan penyiksaan terhadap tahanan wanita oleh polisi dan penjaga.

Kementerian luar negeri China membantah tuduhan tersebut, dan kemudian menuduh BBC membuat "laporan palsu". 

Juru bicara Wang Wenbin mengatakan "tidak ada serangan dan pelecehan seksual sistemik terhadap wanita" dan China mengoperasikan semua fasilitasnya sesuai pedoman tentang hak asasi manusia.

"China adalah negara [diatur] oleh hukum, konstitusi kami menjamin dan melindungi hak asasi manusia, dan itu diwujudkan dalam sistem hukum kami di mana pemerintah bekerja," katanya.

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

Tuduhan Pemerkosaan Sistematis

Para "siswa" bermain basket di pusat pelatihan vokasional di Atush, Prefektur Otonomi Kizilsu Kirgiz, Wilayah Otonomi Xinjiang-Uighur (XUAR) (Rizki Akbar Hasan / Liputan6.com)
Para "siswa" bermain basket di pusat pelatihan vokasional di Atush, Prefektur Otonomi Kizilsu Kirgiz, Wilayah Otonomi Xinjiang-Uighur (XUAR) (Rizki Akbar Hasan / Liputan6.com)

Kesaksian yang diberikan kepada BBC merinci tuduhan pemerkosaan dan pelecehan seksual terhadap wanita Uighur yang ditahan di kamp-kamp interniran China di wilayah Xinjiang.

Seorang wanita mengatakan kepada BBC bahwa wanita dikeluarkan dari sel mereka "setiap malam" dan diperkosa oleh satu atau lebih pria China bertopeng. 

Tursunay Ziawudun, yang melarikan diri dari wilayah itu setelah dibebaskan dan sekarang berada di AS, mengatakan dia disiksa dan kemudian diperkosa beramai-ramai tiga kali, setiap kali oleh dua atau tiga pria. 

Seorang wanita Kazakh dari Xinjiang yang ditahan selama 18 bulan di sistem kamp mengatakan dia dipaksa menelanjangi wanita Uighur dan memborgol mereka, sebelum meninggalkan mereka sendirian dengan pria China.

Orang-orang China "akan membayar uang untuk memilih narapidana muda tercantik", kata Gulzira Auelkhan. 

"Mereka memaksa saya melepas pakaian wanita itu dan menahan tangan mereka dan meninggalkan ruangan," katanya. 

Seorang mantan penjaga di salah satu kamp, ​​yang berbicara tanpa menyebut nama, menggambarkan penyiksaan dan kekurangan makanan pada narapidana.

Adrian Zenz, seorang ahli terkemuka kebijakan China di Xinjiang, mengatakan kesaksian yang dikumpulkan oleh BBC adalah "beberapa bukti paling menghebohkan yang saya lihat sejak kekejaman dimulai.

"Ini memberikan bukti resmi dan rinci tentang pelecehan dan penyiksaan seksual pada tingkat yang jelas lebih besar dari apa yang kami duga," katanya.

Kecaman AS dan Inggris

Gedung utama pusat pelatihan vokasional di di Atush, Prefektur Otonomi Kizilsu Kirgiz, Wilayah Otonomi Xinjiang-Uighur (XUAR) (Rizki Akbar Hasan / Liputan6.com)
Gedung utama pusat pelatihan vokasional di di Atush, Prefektur Otonomi Kizilsu Kirgiz, Wilayah Otonomi Xinjiang-Uighur (XUAR) (Rizki Akbar Hasan / Liputan6.com)

Dalam sebuah pernyataan pada Rabu (3/2), juru bicara departemen luar negeri AS mengatakan: "Kami sangat terganggu oleh laporan, termasuk kesaksian langsung, pemerkosaan sistematis dan pelecehan seksual terhadap wanita di kamp-kamp interniran untuk etnis Uighur dan Muslim lainnya di Xinjiang".

"Kekejaman ini mengejutkan hati nurani dan harus dihadapi dengan konsekuensi serius."

Dalam sebuah pertanyaan mendesak ke parlemen Inggris pada hari Jumat, anggota parlemen Nus Ghani mengatakan: "Kisah-kisah mengerikan ini menambah bukti-bukti yang merinci kekejaman yang dilakukan oleh otoritas China di Xinjiang - kekejaman yang bahkan mungkin genosida."

Ghani meminta Menteri Luar Negeri Inggris untuk Asia Nigel Adams untuk "membuat janji hari ini bahwa tidak ada pendalaman lebih lanjut dari hubungan apa pun yang akan terjadi dengan China sampai penyelidikan yudisial penuh telah menyelidiki kejahatan ini".

Adams mengatakan pemerintah "memimpin upaya internasional untuk meminta pertanggungjawaban China".

"Siapapun yang telah melihat laporan BBC tidak bisa tidak tersentuh dan tertekan oleh tindakan yang jelas-jelas jahat," katanya. Inggris akan terus bekerja dengan negara-negara Eropa dan pemerintahan AS yang baru untuk menekan China, tambahnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya