Liputan6.com, Teheran - Amerika Serikat secara resmi telah setuju untuk mengambil bagian dalam pembicaraan yang melibatkan Iran dan kekuatan dunia lain dengan maksud untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir. Iran berjanji akan membatasi program nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi ekonomi berdasarkan kesepakatan 2015.
Sebelum pemerintahan Joe Biden, Donald Trump menarik AS dari kesepakatan nuklir pada 2018, menyebabkan Iran membatalkan komitmennya.
Advertisement
Baca Juga
Sekarang AS telah menyatakan niat untuk bergabung kembali dengan kesepakatan tersebut, demikian dikutip dari laman BBC, Jumat (19/2/2021).
Pada Kamis 18Â Februari pemerintahan Biden membuat janji tegas untuk belum kembali terlibat dengan Iran atas kesepakatan tersebut, yang dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA).
Juru bicara departemen luar negeri Ned Price mengatakan, Amerika Serikat telah menerima undangan dari Uni Eropa untuk bertemu Iran guna melakukan pembicaraan.
Diplomat senior Uni Eropa Enrique Mora, yang menawarkan untuk mengadakan pembicaraan, mengatakan ini adalah "momen kritis" untuk kesepakatan itu.
Iran belum secara resmi menanggapi dimulainya kembali pembicaraan yang diusulkan oleh UE.
Tetapi dalam sebuah tweet, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menyarankan negara itu hanya akan mematuhi kesepakatan sepenuhnya setelah sanksi AS dicabut.
Â
Simak video pilihan di bawah ini:
Tekanan Iran pada AS
Iran telah meningkatkan tekanan pada pemerintahan Biden, mengancam akan memblokir inspeksi internasional terhadap situs nuklirnya dalam beberapa hari jika AS tidak mencabut sanksi.
Iran yang mengatakan program nuklirnya untuk tujuan damai, telah meningkatkan persediaan uranium.
Uranium yang diperkaya dapat digunakan untuk membuat bahan bakar reaktor, tetapi juga bom nuklir.
Sebagai tanggapan, AS dan sekutu Eropa - Inggris, Prancis dan Jerman - telah meminta Iran untuk menahan diri dari pemblokiran inspeksi, memperingatkan bersama bahwa langkah tersebut akan "berbahaya".
Advertisement