Jakarta - Pilot Malaysia Airlines MH370 diduga sengaja membuat serangkaian jalur berbeda untuk menghindari deteksi, lalu menerbangkan pesawat itu jatuh ke Samudera Hindia pada 8 Maret 2014. Demikian menurut sebuah pengungkapan penelitian terbaru.
Mengutip ABC Australia, Kamis (6/5/2021), hal tersebut merupakan kesimpulan penelitian memakai teknologi baru untuk melacak pergerakan pesawat.
Baca Juga
Berdasarkan penelitian teranyar tersebut pesawat Boeing 777 itu jatuh di sekitar 34,5 derajat Selatan, yang memang hampir sama dengan pencarian yang dilakukan sebelumnya. Kendati demikian jalur penerbangan ini 'sangat berbeda' dengan teori sebelumnya yang menggunakan data dari satelit.
Advertisement
Dari penelitian tersebut didapati bahwa Pilot Zaharie Ahmad Shah membuat beberapa kali perubahan arah dan juga perubahan kecepatan pesawat untuk menghindari jalur penerbangan komersial biasa. Dia kemudian meninggalkan 'jalur palsu' sebelum pesawat jatuh di daerah bagian barat antara Indonesia dan Lautan India.
Insinyur penerbangan Richard Godfrey, salah satu anggota Kelompok Ilmuwan Independen yang dibentuk guna menemukan misteri hilangnya MH370 sekarang mengatakan mereka bisa menggunakan data pencarian jejak pesawat secara global dengan menggunakan sinyal radio lemah yang ada di seluruh Bumi. Dikenal dengan istilah WSPR.
Menurut Richard Godfrey, pesawat apapun - baik itu komersial, militer atau pribadi - akan mengaktifkan apa yang disebut 'gelombang eletronik perjalanan' ketika melintas gelombang tersebut. Lalu data dari gelombang tersebutlah yang digunakan untuk melacak keberadaan pesawat.
"WSPR adalah serangkaian gelombang seperti sinar laser tetapi bekerja memancar ke semua arah di berbagai bagian Bumi kita," jelas Godfrey.
Godfrey mengatakan sinyal radio bisa digunakan bersama dengan data yang dikirimkan oleh pesawat Malaysia Airlines tersebut ke satelit Inmarsat milik Inggris, guna membantu mengungkap misteri hilangnya MH370.
'Sepertinya Sudah Direncanakan dengan Baik'
Richard Godfrey yang dipandang sebagai salah seorang penyelidik paling paham mengenai hilangnya MH370 juga sudah menciptakan sistem pelacakan pesawat sendiri yang dinamakan GDTAAA. Sistem tersebut menganalisa sinyal WSPR setiap dua menit, di masa pesawat MH370 berada di udara di bulan Maret 2014.
Menurut analisa yang dilakukannya merujuk ke lokasi kejatuhan di posisi 34,5 derajat selatan, barat daya dari Australia Barat, dekat dengan garis imajiner yang dikenal dengan sebutan 'lengkung ketujuh'.
Penemuan ini pada dasarnya konsisten dengan analisa dengan data satelit sebelumnya dan lokasi ditemukannya beberapa potongan pesawat, yang menunjukkan bahwa pesawat itu jatuh ke Lautan India bagian selatan.
Namun yang baru yang diungkapkan oleh penelitian Godfrey adalah bahwa pilot sudah mengubah jalur penerbangan dan juga kecepatan pesawat beberapa kali untuk mengelabui ke mana arah sebenarnya perjalanan pesawat tersebut.
"Pilot MH370 pada umumnya mencoba menghindari jalut resmi mulai jam 18:00, dan menggunakan jalur tidak resmi di Selat Malaka, di sekitar Sumatra dan melintas Lautan India," katanya.
"Jalur ini mengikuti pesisir pantai Sumatra dan terbang dekat dengan Bandara Banda Aceh."
"Pilot tampaknya memiliki pengetahuan mengenai jam beroperasinya radar di Sabang dan Lhokseumawe dan di malam di akhir pekan, di mana situasi internasional tidak genting sama sekali, radar tidak akan berfungsi sama sekali."
Godfrey mengungkap, bila kemudian pesawat tersebut terdeteksi, maka 'pilot juga menghindar untuk menunjukkan ke arah mana dia mengarah dengan menggunakan jalur penerbangan di mana terjadi beberapa kali perubahan arah.
"Perubahan ini termasuk jalur menuju Kepulauan Andaman, ke arah Afrika Selatan, ke Jawa, ke posisi 2°Selatan 92° Timur (Wilayah Informasi Penerbangan Jakarta, Colombo, dan Melbourne bertemu) dan juga ke arah Kepulauan Cocos." papar Godfrey.
"Dan setelah berada di luar jangkauan pesawat lain di pukul 20:30 UTC, pilot mengubah lagi kalur dan bergerak menuju ke selatan. Jalur penerbangan ini tampaknya sudah direncakan dengan baik."
Saksikan Juga Video Ini:
Teknologi Bisa Memberikan Bukti Baru
Menurut Richard Godfrey, perubahan jalur dan juga kecepatan yang dilakukan berulang kali menunjukkan bahwa adanya pilot yang aktif selama penerbangan.
"Perubahan yang ada melebihi tingkat perubahan yang biasanya terjadi bila pesawat dalam kendala otomatis," katanya.
"Tingkat perubahan jalur dalam perencanaannya menunjukkan bahwa yang melakukannya ingin memastikan bahwa rencana rumit itu terlaksana sampai akhir."
Menurut Godfrey, ada lebih dari 5 ribu stadion rado WSPR di seluruh dunia.
Di malam hilangnya MH370 ada sekitar '518 transmisi unik yang berseliweran di daerah sekitar Malaysia, Selat Malaka, dan Lautan India."
"Dengan data WSPR ini tersedia tiap dua menit, dan bisa digunakan untuk membandingkan dengan data satelit maka akan memungkinkan untuk melacak Mh370 dari dua sumber independen," kata Godfrey.
Pesawat Malaysia Airlines ini menghilang dalam penerbangan malam dari Kuala Lumpur ke Beijing dengan 239 orang di dalamnya.
Dua pencarian, satu dikoordinasi oleh Australia, dan yang kedua oleh Malaysia sudah melakukan pencarian di wilayah yang luas di Lautan India bagian selayan, namun sejauh ini tidak berhasil menemukan bangkai pesawat.
Advertisement