2 Pekerja Thailand Tewas dalam Serangan Roket Hamas di Perbatasan Israel-Gaza

Kedua korban yang berasal dari Thailand itu tewas dalam serangan langsung ke sebuah rumah di sebuah komunitas dekat perbatasan.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 19 Mei 2021, 13:02 WIB
Diterbitkan 19 Mei 2021, 13:02 WIB
Serangan Ratusan Roket oleh Hamas di Langit Israel
Militan Palestina Hamas meluncurkan roket menuju Israel dari Rafah, di Jalur Gaza selatan, Rabu (12/5/2021) dinihari. Hamas menyatakan mereka telah menembakkan lebih dari 200 roket ke Israel sebagai pembalasan atas serangan di sebuah blok menara di Gaza. (SAID KHATIB / AFP)

Liputan6.com, Tel Aviv - Dua pekerja asal Thailand tewas dan sejumlah orang terluka, ketika Hamas menggempur perbatasan Gaza dan Israel selatan dengan serangan roket dan mortir pada Selasa 18 Mei 2021 sore waktu setempat.

Kedua korban itu tewas dalam serangan langsung ke sebuah rumah di sebuah komunitas dekat perbatasan, demikian dikutip dari laman Times of Israel, Rabu (19/5/2021).

Kedua pria yang tewas adalah warga negara asing berusia 30-an, kata petugas medis.

Juru bicara polisi Israel Micky Rosenfeld mengatakan bahwa mereka berasal dari Thailand.

Serangan itu melukai delapan orang lainnya, termasuk satu orang dalam kondisi serius dan lainnya sedang, kata polisi dalam sebuah pernyataan.

Polisi mengatakan, korban dirawat dan dikeluarkan dari tempat kejadian saat daerah itu diserang.

Warga negara asing itu bekerja di perbatasan tanpa benteng yang memadai, kata pejabat pemerintah setempat.

"Dampaknya ada dalam komunitas tanpa perlindungan, yang tidak termasuk dalam kebijakan pertahanan dan ini adalah hasil buruk yang kami alami hari ini," kata ketua Dewan Regional Eshkol Gadi Yarkoni.

Kedua kematian itu menambah jumlah pekerja asing yang tewas sejak awal kekerasan di Israel-Palestina terjadi pekan lalu.

Saksikan Video Berikut Ini:

Sekjen PBB: Pertempuran Israel-Palestina Harus Segera Dihentikan

Sekjen PBB Antonio Guterres berbicara di hadapan DK PBB (AP)
Sekjen PBB Antonio Guterres berbicara di hadapan DK PBB (AP)

PBB merespons situasi di Israel-Palestina. Dewan Keamanan PBB menggelar pertemuan terbuka secara virtual membahas situasi memanas antara Gaza dan Israel. 

Sekretaris Jenderal Dewan Keamanan PBB Antonio Guterres pun mengungkapkan harapan agar krisis yang tengah terjadi di wilayah tersebut bisa segera berakhir.

"Saya berterima kasih kepada kepresidenan China karena mengatur pertemuan terbuka ini. Kami bertemu hari ini di tengah eskalasi paling serius di Gaza dan Israel dalam beberapa tahun," demikian pernyataan Guterres tentang situasi di Timur Tengah seperti dikutip dari situs UN.org.

"Permusuhan saat ini benar-benar mengerikan. Kondisi kekerasan terkini hanya melanggengkan siklus kematian, kehancuran dan keputusasaan, dan semakin mendorong ke cakrawala harapan untuk hidup berdampingan dan damai. Pertempuran harus dihentikan. Ini harus segera dihentikan. Roket dan mortir di satu sisi serta pemboman udara dan artileri di sisi lain harus dihentikan. Saya mengimbau semua pihak untuk memperhatikan seruan ini," tegas Gutteres.

Dalam kesempatan tersebut, Gutteres menekankan bahwa PBB secara aktif melibatkan semua pihak menuju gencatan senjata segera.

"Permusuhan telah menyebabkan kematian yang tidak beralasan, penderitaan yang luar biasa dan kerusakan infrastruktur penting. Saya terkejut dengan semakin banyaknya korban sipil Palestina, termasuk banyak wanita dan anak-anak, dari serangan Israel di Gaza. Saya juga menyesalkan kematian pihak Israel akibat roket yang diluncurkan dari Gaza," tuturnya.

"Saya juga sangat prihatin dengan bentrokan kekerasan antara pasukan keamanan Israel dan warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki, termasuk Yerusalem timur, di mana beberapa keluarga Palestina berada di bawah ancaman penggusuran."

Gutteres menambahkan, aksi kekerasan di Israel oleh kelompok dan massa yang main hakim sendiri telah menambahkan dimensi yang lebih menghebohkan ke krisis yang sudah memburuk. Para pemimpin di semua sisi memiliki tanggung jawab untuk mengekang retorika yang menghasut dan menenangkan ketegangan yang meningkat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya