Gerhana Bulan Super Blood Moon 26 Mei, LAPAN Gelar Lomba Foto

Saatnya unjuk kemampuan fotografi sambil menyambut gerhana bulan total merah super.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 25 Mei 2021, 21:50 WIB
Diterbitkan 25 Mei 2021, 20:24 WIB
Gerhana Bulan Total di Berbagai Negara
Bulan berwarna merah darah terlihat di atas Menara Petronas saat terjadinya fenomena gerhana bulan total di Kuala Lumpur, Malaysia, Sabtu (28/7). Gerhana bulan terlama pada abad ini dapat disaksikan di seluruh dunia dengan mata telanjang. (AP/Yam G-Jun)

Liputan6.com, Jakarta - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menyambut datangnya gerhana bulan total merah super (super blood moon) dengan menggelar livestream dan lomba fotografi. Pemenang akan mendapat miniatur pesawat N219.

Untuk mengikuti lomba, peserta diajak memfollow Instagram @lapan_ri untuk membaca aturan lengkap. Super blood moon akan terjadi pada Rabu 26 Maret 2021, dan deadline pengiriman foto adalah 27 Mei 2021 sebelum tengah malam.

Peserta boleh menggunakan kamera DSLR, mirrorless, pocket, maupun smartphone.

Ketua LAPAN Thomas Djamaluddin juga mengundang masyarakat untuk menonton livestream gerhana bulan total. Acara turut dihadiri Kepala Pusat Sains Antariksa LAPAN Clara Yono Yatini, serta peneliti di berbagai daerah.

"Ayo amati, pelajari, dan renungkan fenomena gerhana bulan total (GBT) selepas maghrib Rabu, 26 Mei 2021. Proses gerhana mulai pukul 16.45-19.52 WIB. Amati dan potret fenomena GBT di ufuk timur dan pelajari sainsnya dengan menyimak YouTube LAPAN," ujar Thomas melalui Facebook.

Ia pun mengajak para masyarakat untuk salat gerhana sesudah maghrib atau Isya.

 
 
 
View this post on Instagram

A post shared by LAPAN (@lapan_ri)

Gerhana Bulan Total 26 Mei, Ini Waktu dan Tempat Terbaik untuk Mengamati

Gerhana Bulan Total di Berbagai Negara
Bulan tampak berwarna merah darah saat terjadinya fenomena gerhana bulan total di atas langit Tel Aviv, Israel,, Jumat (27/7). Gerhana bulan terlama pada abad ini dapat disaksikan di seluruh dunia dengan mata telanjang. (AP/Ariel Schalit)

Gerhana bulan terjadi saat sebagian atau sepenuhnya piringan bulan tidak terkena cahaya matahari karena terhalang oleh bumi. Pada saat itu, matahari, bumi, dan bulan hampir berada dalam satu garis lurus.

Gerhana bulan selalu terjadi pada saat bulan purnama. Namun tidak setiap purnama terjadi gerhana bulan karena bidang orbit bulan membentuk sudut 5 derajat terhadap ekliptika atau sama artinya bidang orbit bumi mengelilingi matahari.

Dilansir laman resmi Observatorium Bosscha, umumnya dalam satu tahun terjadi dua hingga tiga kali gerhana bulan. Pada 2021, gerhana bulan terjadi pada 26 Mei dan 19 November, yaitu Gerhana Bulan Total (GBT) dan Gerhana Bulan Sebagian (GBS) berturut-turut.

Namun dari kedua gerhana tersebut, hanya GBT 26 Mei 2021 saja yang dapat teramati fase totalnya di sebagian besar wilayah Indonesia. Pada GBS 19 November 2021, seluruh wilayah Indonesia tidak dapat menyaksikan seluruh fase gerhana. 

Bosscha menjelaskan, bulan mulai memasuki bayangan umbra bumi pukul 16.44 WIB. Saat itu, hanya wilayah Indonesia timur saja yang dapat menyaksikannya karena bulan sudah terbit di sana.

Seiring dengan masuknya bulan pada bayangan umbra bumi, bayangan hitam mulai muncul di permukaan bulan sehingga bulan purnama akan tampak berubah bentuk menjadi bulan setengah, bulan sabit, kemudian pada fase totalnya bulan akan terlihat kemerahan mulai pukul 18.11 WIB hingga 18.25 WIB.

"Warna merah ini muncul karena cahaya matahari dihamburkan oleh debu dan molekul di atmosfer bumi. Warna biru akan terhamburkan lebih kuat, sedangkan warna merah dapat lolos melewati atmosfer bumi dan sampai ke permukaan bulan," tulis keterangan Bosscha, Selasa (25/5/2021).

 

Merah Darah

Proses Terjadinya Gerhana Bulan
Fase gerhana bulan "super blue blood moon" terlihat di atas langit Jakarta, Rabu (31/1). Ini merupakan fenomena langka karena bulan menunjukkan tiga fenomena sekaligus, yaitu supermoon, blue moon, dan gerhana bulan. (Liputan6.com/Arya Manggala)

Sebagian orang zaman dahulu kemudian menyebut GBT sebagai blood moon atau bulan merah-darah. Sebenarnya warna bulan saat puncak gerhana tidak selalu sama. Bulan dapat berwarna merah-oranye, merah bata, merah kecoklatan, hingga merah gelap.

Perbedaan warna ini bergantung pada banyaknya kandungan uap air, polutan udara hasil pembakaran atau asap pabrik/kendaraan bermotor, debu, dan abu letusan gunung berapi. Bulan akan tampak semakin gelap seiring dengan semakin banyaknya kandungan material tersebut.

Pada pukul 19.52 WIB, bulan meninggalkan umbra bumi menuju bagian penumbra. Saat itu, bulan akan kembali terlihat sebagai purnama yang redup karena pengaruh bayangan penumbra bumi.

Baru pada pukul 20.49 WIB, bulan tidak lagi berada di dalam bayangan bumi dan gerhana bulan benar-benar berakhir. Bulan akan kembali tampak sebagai purnama yang terang seperti biasanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya