Bisakah Pulihkan Ekonomi Terdampak COVID-19 Sambil Atasi Perubahan Iklim? Begini Kata Presiden COP26

Acara diskusi antara Ketua FPCI Dino Patti Djalal dengan Presiden COP26 Alok Sharma membahas tentang isu perubahan iklim.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 03 Jun 2021, 08:30 WIB
Diterbitkan 03 Jun 2021, 08:30 WIB
Acara diskusi antara Ketua FPCI Dino Patti Djalal dengan Pimpinan COP26 Alok Sharma, yang digelar oleh FPCI pada Rabu (2/6/2021). (Photo credit: FPCI via Youtube)
Acara diskusi antara Ketua FPCI Dino Patti Djalal dengan Pimpinan COP26 Alok Sharma, yang digelar oleh FPCI pada Rabu (2/6/2021). (Photo credit: FPCI via Youtube)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden United Nations Climate Change Conference ke-26 (COP26), Alok Sharma mengatakan bahwa biaya tidak sepenuhnya berperan lebih besar daripada tindakan dalam langkah-langkah mengatasi perubahan iklim dan memenuhi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) tanpa menambah utang negara - sementara masih berupaya memulihkan ekonomi terdampak COVID-19.

Apa yang bisa saya katakan, sekali lagi, adalah bahwa biaya tidak bertindak lebih besar daripada tindakan. Kita tentu saja membutuhkan negara pendonor, negara maju, untuk mendukung negara berkembang. Saya juga sangat mendorong negara-negara donor untuk memenuhi janji mereka dalam mengumpulkan seratus miliar pendanaan guna mendukung ekonomi berkembang," kata Sharma, dalam sesi tanya jawab pada acara diskusi dengan Ketua FPCI Dino Patti Djalal, yang disiarkan oleh FPCI pada Rabu (2/6/2021).

Sharma mengungkapkan, bahwa ia turut menyambut baik keputusan Bank Dunia, yang akan menyalurkan pinjaman keuangan mereka dengan Kesepakatan Iklim Paris.

"Kita membutuhkan semua bank pembangunan multinasional untuk maju.Tapi perlu dipastikan juga bahwa kita memiliki pembiayaan dari sektor swasta untuk terlibat," jelas Sharma.

"Kenyataannya adalah, ada banyak uang yang ingin diinvestasikan oleh sektor swasta, mereka hanya perlu memastikan bahwa ketika suatu negara menetapkan kebijakan mereka, kebijakan tersebut bersifat jangka panjang dan mereka memiliki keyakinan terhadap kebijakan jangka panjang, dan mereka dapat melihat semacam pengembalian atas investasi yang mereka lakukan," lanjutnya.

Sharma menambahkan, "Jika kita ingin mengalami transisi ini, kita perlu memastikan bahwa orang-orang yang pekerjaannya akan dipindahkan bisa mendapatkan pekerjaan baru".

Realisasi Besar

Warga AS Tolak Keputusan Trump Keluar dari Perjanjian Paris
Demonstran berkumpul di dekat Gedung Putih di Washington, AS, Kamis (1/6). Demonstran memprotes keputusan Donald Trump yang menarik AS dari perjanjian Paris tentang perubahan iklim yang disepakati pada 2015. (AP/ Susan Walsh)

Alok Sharma juga menyampaikan bahwa ia melihat ada realisasi besar ini di seluruh dunia dalam langkah mencegah perubahan iklim.

"Anda melihat beberapa opini publik yang terjadi di seluruh dunia. Tidak masalah di mana Anda berada. Orang-orang memang menginginkan lingkungan yang lebih bersih. Mereka ingin anak-anak mereka bisa menghirup udara yang lebih bersih. Mereka ingin memastikan bahwa anak-anak mereka memiliki pekerjaan yang baik untuk masa depan. Jadi, saya pikir ada kebangkitan besar," ujarnya.

"Apa yang perlu kita lakukan di COP26 adalah memastikan bahwa kita men-cover semua elemen Perjanjian Paris, termasuk di pasar karbon. Ada negara yang memiliki pandangan berbeda. Tetapi salah satu hal yang saya katakan kepada mereka semua adalah bahwa pada akhirnya, jika Anda ingin mewujudkannya (traget emisi), Anda harus berkompromi," beber Sharma.

Infografis 4 Tips Ciptakan Sirkulasi Udara di Ruangan Cegah COVID-19

Infografis 4 Tips Ciptakan Sirkulasi Udara di Ruangan Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 4 Tips Ciptakan Sirkulasi Udara di Ruangan Cegah COVID-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya