Liputan6.com, Suva - Total infeksiĀ Virus CoronaĀ COVID-19Ā di seluruhĀ duniaĀ pada hari Jumat per pukul 14.00 WIB telah mencapaiĀ 180.002.437 kasus, berdasarkan data Johns Hopkins University.
3.900.401Ā orang di dunia tercatat telah meninggal dunia akibat COVID-19, seperti dikutip dariĀ gisanddata.maps.arcgis.com, Jumat (25/6/2021).
Data Johns Hopkins University juga menunjukkan ada 2.766.353.113 vaksin COVID-19 yang sudah dibagikan di seluruh dunia.
Advertisement
Infeksi diĀ Amerika Serikat, negara dengan jumlah kasus COVID-19 terbesar di dunia, telah mencapai 33.590.549, dengan 603.178 kematian.
Berikut adalah negara dengan kasus infeksi Virus Corona COVID-19Ā terbanyak di dunia setelah AS:Ā
India: 30.134.445 kasus, denganĀ 393.310 orang meninggal dunia akibat Virus Corona.
Brasil:Ā 18.243.483 kasus, dan 509.141 kematian.
Prancis: 5.826.278 infeksi, dengan 111.068 kematian.
Turki: 5.393.248 infeksi, dengan 49.417 kematian akibat COVID-19.
Ā
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Fiji Akui Penularan COVID-19 Meluas di Antara Warganya
Pejabat kesehatan Fiji untuk pertama kalinya mengakui bahwa penularan COVID-19 meluas di antara masyarakat setelah negara Pasifik itu mencatat lebih dari 300 kasus baru per hari.
Tetapi otoritas Fiji terus menolak seruan lockdown nasional.
Menteri Kesehatan Fiji, James Fong mengumumkan pada Kamis malam (24/6) bahwa Fiji telah mencatat 308 kasus baru COVID-19, menjadikan total kasus dalam gelombang kedua infeksi menjadi hampir 2.800.
Fong mengakui seruan untuk penguncian tetapi mengatakan kepatuhan publik Fiji rendah dan pihak berwenang tidak memiliki kemampuan untuk menegakkannya, terutama di pemukimanĀ berpenduduk padat yang paling berisiko.
"Realita tragis adalah bahwa warga Fiji yang tinggal di komunitas yang paling rentan terhadap virus - termasuk mereka yang tinggal di permukiman informal - juga merupakan mereka yang paling rentan terhadap bencana sosial ekonomi yang akan ditimbulkan oleh lockdown 24 jam selama 28 hari," katanya.
"Bahkan di bawah lockdown yang begitu ketat, kami percaya virus akan terus beredar di banyak komunitas ini."
Fiji menjalani setahun penuh tanpa mencatat kasus komunitas apa pun hingga April, ketika dilanda gelombang kedua varian Delta yang menyebar cepat yang pertama kali diidentifikasi di India.
Kepala perlindungan kesehatan pemerintah Fiji, Aalisha Sahukhan, mengatakan "semua buktinya adalah bahwa ada penularan komunitas yang meluas, ketika kelonjakan indeksi terjadi," setiap sembilan hari.
"Dengan meningkatnya kasus, kami memperkirakan peningkatan penyakit parah dan kematian," ungkap Sahukhan.
"Sementara rumah sakit kami saat ini tidak kewalahan dengan kasus yang parah, dari apa yang kami lihat di negara lain dengan penularan komunitas yang meluas selama pandemi ini, ini adalah kemungkinan yang sangat nyata yang sedang kami persiapkan," pungkasnya.
Advertisement