Di Pertemuan G20, Indonesia Peringatkan Keterlambatan Tangani Kasus Kelaparan Dunia

Menlu RI Retno Marsudi menyampaikan serangkaian daam joint session para menlu dan menteri pembangunan negara G20.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 30 Jun 2021, 12:27 WIB
Diterbitkan 30 Jun 2021, 12:27 WIB
Menlu Retno Marsudi saat memimpin Pertemuan COVAX AMC Engagement Group (AMC EG) secara virtual.
Menlu Retno Marsudi saat memimpin Pertemuan COVAX AMC Engagement Group (AMC EG) secara virtual. (Dok: Kemlu RI)

Liputan6.com, Jakarta - Dalam pertemuan para menlu negara G20 di Italia, Menteri Luar Negeri Luar Negeri RI Retno Marsudi juga menghadiri Joint Session para Menlu dan Menteri Pembangunan.

Joint session para menlu dengan menteri pembangunan negara G20 itu, diselenggarakan dengan topik food security.

Dalam joint session, Menlu Retno menyampaikan sebagian dari pernyataan Indonesia, yang kemudian disambung oleh Menteri Bappenas.

Diskusi mengenai ketahanan pangan sangat tepat waktu, mengingat: Pertama, diskusi ini memberikan momentum bagi KTT Food System PBB yang akan datang pada bulan September 2021 di New York," kata Menlu Retno, dalam press briefing yang dilangsungkan secara virtual pada Selasa 29 Juni 2021.

"Kedua, kemajuan target SDGs nomor 2 (mengenai pengentasan kelaparan) sudah mengalami keterlambatan, bahkan sejak sebelum pandemi," papar Menlu Retno.

Menlu Retno pun membeberkan data yang menunjukkan ada 690 juta orang di dunia mengalami kelaparan, dan 3 milyar orang tidak dapat membeli makanan sehat.

"Jika hal ini tidak segera diatasi maka akan menciptakan masalah kesehatan dan harapan hidup," ujar Menlu Retno.

Kemudian dalam poin ketiga, Menlu Retno menyampaikan, bahwa pandemi ini telah menciptakan situasi yang lebih sulit bagi upaya menciptakan ketahanan pangan.

Menteri Bappenas: Kelompok Miskin dan Rentan Tetap Harus Menjadi Fokus G20

Usai Dilanda Perang, Warga Sudan Menderita Kelaparan dan Krisis Air Bersih
Nybol Madut duduk bersama anak-anaknya di tempat penampungan di Sudan Selatan (22/11). Mereka menderita krisis air bersih dan kelaparan karena minimnya persediaan pangan. (AFP Photo/Albert Gonzalez Farran)

Menteri Bappenas, Suharso Monoarfa, dalam pernyataannya di joint session para menlu dengan menteri pembangunan menekankan bahwa kelompok miskin dan rentan tetap harus menjadi fokus G20.

"Menteri Bappenas menyampaikan pengalaman Indonesia, yang meskipun di tengah pandemi dapat mengurangi food insecurity dari 8,6% di tahun 2017, menjadi 5.15% di tahun 2020," demikian pernyataan Menteri Bappenas, yang disampaikan oleh Menlu Retno di pertemuan G20 di Italia.

"Hal ini dapat dicapai melalui bantuan sosial yang diberikan kepada kelompok rentan," kata pernyataan itu.

Adapun contoh lain yang diberikan oleh Menteri Bappenas, yaitu pemberdayaan petani kecil, yang sangat penting artinya untuk memastikan suplai makanan yang mencukupi.

Selanjutnya, hal kedua yang disampaikan oleh Menteri Bappenas adalah "diperlukannya peningkatan upaya yang sangat eksponensial, yang sangat signifikan, agarkita dapat menangani penyebab utama (root causes) kerentanan pangan, yaitu masalah kemiskinan, kemampuan memproduksi, infrastruktur dan logistik."

"Oleh karena itu, diperlukan pendekatan komprehensif melalui kerjasama internasional yang lebih kuat," jelas pernyataan tersebut.

Kemudian dalam poin ketiga, "Menteri Bappenas menyampaikan pentingnya menjadikan G20 sebagai katalis kemajuan."

Infografis Jangan Anggap Remeh Cara Pakai Masker

Infografis Jangan Anggap Remeh Cara Pakai Masker
Infografis Jangan Anggap Remeh Cara Pakai Masker (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya