AS Tolak Rencana Pemilu Baru di Myanmar, Desak ASEAN Segera Tunjuk Utusan Khusus

Amerika Serikat menyatakan menolak terhadap rencana pemilihan umum baru oleh militer di Myanmar, dan mendorong ASEAN agar segera menunjuk Special Envoy ke sana.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 03 Agu 2021, 10:54 WIB
Diterbitkan 03 Agu 2021, 10:54 WIB
FOTO: Demonstran Myanmar Lakukan Aksi Mogok, Kota Yangon Sunyi Sepi
Sebuah kendaraan melaju melintasi jalanan yang kosong di sekitar Pagoda Sule, Yangon, Myanmar, Rabu (24/3/2021. Demonstran antikudeta mencoba taktik baru yang mereka sebut pemogokan 'diam', menyerukan orang-orang untuk tinggal di rumah dan menutup bisnis. (AP Photo)

Liputan6.com, Jakarta - Amerika Serikat menyatakan menolak rencana pemilihan umum baru oleh junta militer Myanmar

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken juga bersiap untuk mendorong ASEAN agar segera menunjuk Special Envoy ke Myanmar.

Dikutip dari Channel News Asia, Selasa (3/8/2021) Blinken berpartisipasi secara virtual dalam pembicaraan yang melibatkan para menteri luar negeri negara-negara anggota ASEAN, yang salah satunya membahas tentang isu kudeta di Myanmar.

Pertemuan virtual itu dijadwalkan berlangsung selama sepekan.

Menjelang pertemuan ASEAN, kepala junta Myanmar berjanji untuk mengadakan pemilihan baru dan mencabut keadaan darurat pada Agustus 2023 - memperpanjang batas waktu awal yang diberikan ketika militer menggulingkan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi pada 1 Februari lalu.

Seorang pejabat senior AS menyebut "pengumuman itu adalah seruan bagi ASEAN untuk meningkatkan upayanya karena jelas bahwa junta Burma hanya mengulur waktu dan ingin terus memperpanjang kalender demi keuntungannya sendiri".

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Pejabat Senior AS Desak ASEAN Segera Implementasi 5 Points of Consensus

FOTO: Aksi Protes Kudeta Militer Myanmar Terus Berlanjut
Pengunjuk rasa antikudeta duduk di belakang poster dengan gambar pemimpin Myanmar yang digulingkan Aung San Suu Kyi selama unjuk rasa di Yangon, Myanmar, Senin (22/2/2021). Meski ada peringatan dari militer Myanmar, peserta demonstrasi tidak gentar. (AP Photo)

"Semakin banyak alasan mengapa ASEAN harus terlibat dalam hal ini, serta menjunjung tinggi ketentuan konsensus lima poin yang juga ditandatangani Myanmar," sebut pejabat senior AS tersebut.

Pimpinan militer Myanmar, Min Aung Hlaing sebelumnya sudah menghadiri pertemuan dengan anggota ASEAN mengenai krisis kudeta yang mengarah pada konsensus - menyerukan segera diakhirinya kekerasan dan utusan khusus regional ke negara itu.

Namun pemimpin junta kemudian menjauhi pernyataan itu, dengan tidak adanya utusan yang ditunjuk hingga saat ini dan lebih dari 900 korban jiwa dalam  kekerasan yang terjadi akibat perbedaan pendapat.

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi diperkirakan akan bertemu secara langsung dengan Menlu AS Antony Blinken di Washington D.C pekan ini, sementara Wakil Menteri Luar Negeri AS Wendy Sherman sebelumnya sudah mengunjungi Indonesia dan Thailand serta Kamboja.


Infografis Penangkapan Aung San Suu Kyi dan Kudeta Militer Myanmar

Infografis Penangkapan Aung San Suu Kyi dan Kudeta Militer Myanmar. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Penangkapan Aung San Suu Kyi dan Kudeta Militer Myanmar. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya