Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membangun tugu sepatu yang kemudian jadi sorotan. Instalasi sepatu raksasa itu berada persis di dekat Stasiun Sudirman BNI City, Jakarta Pusat.
Wakil Gubernur (Wagub) DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria menjelaskan bahwa tugu sepatu tersebut dibangun hasil kolaborasi sejumlah pihak, termasuk BUMD DKI, PT Jakarta Tourisindo
Baca Juga
Belakangan, tugu sepatu yang merupakan salah satu ikon baru di Jakarta ternodai vandalisme oleh oknum tidak bertanggung jawab. Ahmad Riza Patria mengaku prihatin dengan adanya aksi tersebut dan berupaya mencari pelakunya.
Advertisement
Aksi vandalisme serupa juga pernah menimpa sejumlah patung di dunia. Banyak kasus yang motifnya tidak masuk akal hingga kesengajaan.
Tugu atau patung biasanya dibangun sebagai bentuk protes dalam suatu hal, peringatan, maupun untuk menyampaikan pesan. Kendati demikian banyak orang yang memiliki pandangan berbeda sehingga benda-benda tersebut kerap jadi sasaran vandalisme setelah jadi sorotan.
Seperti tugu sepatu, tiga patung di negara ini juga pernah menjadi target vandalisme, Liputan6.com kutip dari beragam sumber, Selasa (21/9/2021):
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
1. Patung Modeste Testas
Minggu lalu di Bordeaux, Prancis, patung Modeste Testas yang berdiri sebagai peringatan peran kota dalam perdagangan budak ditutupi dengan plester putih.
Patung itu dibuat oleh Haiti Woodly “Filipo” Caymitte, yang menggambarkan Al Pouessi atau dikenal sebagai Modeste Testas yang diambil dari Ethiopia pada usia muda dan diperbudak oleh saudara-saudara dari Bordeaux yang mengelola perkebunan di Haiti.
Dilansir dari Art Critique, pada Senin pekan lalu patung itu ditemukan tertutup plester putih. Sebuah pengaduan hukum dikeluarkan, dan saat penyelidikan dilakukan, itu dianggap sebagai tindakan seorang mahasiswa seni yang identitasnya dirahasiakan.
Ketika situasinya kondusif, pejabat setempat menyatakan bahwa siswa tersebut mengaku tidak memiliki motif rasis, sehingga pengaduan ditarik.
Patung Modeste Testas mungkin sedang dalam perbaikan, tetapi sikap pemerintah dalam menangani hal-hal seperti itu jelas membutuhkan perubahan, karena aksi tersebut menunjukan rasa tidak hormat yang aktif terhadap peringatan penting bagi mereka yang terkena dampak perdagangan budak.
Advertisement
2. Patung George Washington
Polisi Taman Minneapolis sedang menyelidiki aksi vandalisme setelah menggulingkan patung George Washington dan merusak monumen dengan grafiti anti-kolonialis pada pagi hari pengucapan syukur atau Thanksgiving.
Dilansir dari US News, tidak jauh di timur laut Minneapolis BF Nelson Park, "Patung Pelopor" dengan granit besar ini dicat dengan kata-kata yang berarti "tidak, terima kasih," "tidak ada lagi genosida," "dekolonisasi" dan "tanah kembali.".
Monumen itu menggambarkan tiga generasi keluarga pelopor, yang anak buahnya memegang senapan, kapak, dan bajak. Seorang wanita dan bayinya yang baru lahir berdiri di samping mereka. Di bagian belakang dasar patung, sebuah ukiran menunjukkan seorang Indian Amerika menyerahkan suling perdamaian kepada Pastor Hennepin.
Kerusakan itu terjadi enam bulan setelah pengunjuk rasa merobohkan patung Christopher Columbus yang berada di luar State Capitol. Michael A. Forcia, seorang pemimpin terkemuka Gerakan Indian Amerika, didakwa dengan kejahatan perusakan properti dalam insiden 10 Juni.
3. Patung Little Mermaid
Little Mermaid, patung paling terkenal di ibu kota Denmark telah dilapisi cat biru dan putih. Namun, itu juga bukan hal terburuk yang pernah terjadi pada patung paling ikonik tersebut dalam sejarahnya, bahkan, ini bukan pertama kalinya patung itu dirusak.
Dilansir dari BBC, patung Little Mermaid telah dirusak dengan cara dipenggal kepalanya sebanyak dua kali, lalu dibagian lengannya digergaji dan diledakkan. Pematung Edvard Eriksen tidak dapat membayangkan apa yang akan menimpa patungnya, yang terinspirasi oleh dongeng Hans Christian Anderson.
Awal dari kerusakan patung Little Mermaid itu yakni lengan yang digergaji, tampaknya ini bukan protes politik melainkan tindakan yang dilakukan oleh dua orang pria yang sedang mabuk. Hanya enam tahun setelah kejadian itu, upaya lain dilakukan untuk memenggal kepala Little Mermaid tersebut, namun tindakan itu tidak berhasil, tetapi meninggalkan kerusakan di lehernya.
Kemudian, pada tahun 1964 dan 1998, upaya untuk memenggal patung itu kembali dilakukan. Kali ini pelaku berhasil kabur dengan membawa kepala patung tersebut. Detektif regu pembunuh direkrut untuk menangkap pelaku, dan dalam beberapa hari pelaku ditemukan.
Fraksi Feminis Radikal yang sebelumnya tidak pernah terdengar mengatakan mereka telah melakukannya untuk "menciptakan simbol mimpi laki-laki yang terpaku secara seksual dan misoginis tentang wanita sebagai tubuh tanpa kepala".
Namun, kepala patung itu akhirnya dikembalikan di luar pusat televisi Denmark.
Pada September 2003, dan dalam usia 90 tahun, patung itu ditemukan mengambang tertelungkup di pelabuhan.
Kini patung itu berhasil dijaga serta ditutupi dengan cat agar tetap utuh. Tampaknya aksi vandalisme ini tidak mungkin menjadi yang terakhir, karena erat hubungan nya dengan politik sebagai aksi protes. Namun, hal ini dapat dicegah dengan menempatkan CCTV di dekat patung tersebut, agar tidak terjadi kerusakan lagi.
Penulis : Vania Dinda Marella
Advertisement