Liputan6.com, Jakarta - Sebuah proyek patung atau tugu kura-kura raksasa yang terletak di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Gado Bangkong, Pelabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat, sedang jadi sorotan publik setelah ditemukan dalam kondisi rusak. Patung kura-kura yang kabarnya dibangun dengan anggaran sekitar Rp15,6 miliar ini diduga terbuat dari bahan berkualitas rendah, seperti kardus dan bambu, yang memicu berbagai kritik dari masyarakat.
Video singkat tentang patung tersebut ramai beredar di media sosial, Video itu dituliskan milik Eko Likeeath dan diunggah ulang di beberapa akun Instagram, seperti di @sukabumi_satu dan @selasarmedia.
Advertisement
Baca Juga
Salah satunya dibagikan oleh akun Instagram @radar_sukabumi pada Minggu, 2 Maret 2025. Proyek tugu kura-kura di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Sukabumi, Jawa Barat ini ramai dikritik warganet karena menghabiskan APBD Jawab Barat tahun 2023 sebanyak Rp15,6 miliar, yang hanya berbahan dasar dari kardus dan bambu,” tulis keterangan unggahan tersebut.
Advertisement
Nampak jelas terlihat kerusakan pada bagian kaki, sirip dan punggung yang memperlihatkan bagian dalamnya. Unggahan itu pun mendapat sorotan dan beragam komentar dari warganet.
"Sudah kardus 15m," komentar seorang warganet. "Kardusnya x dilapisi emas bs sbgitu ngabisin APBD........... 😂😂😂😂," kata warganet lain.
"@dedimulyadi71 Coba di Usut Pak Gubernur❤️🙏🏻," sahut yang lain.
"Apakah nanti diperbaiki dengan menggunakan bahan fiberglass??? Atau dibiarkan sampe hancur pisan," tanya yang lain.
"Cek gubernur sebelumnya masjid agung aja meninggalkan hutang percuma mewah mewah kalo ujungnya meninggalkan hutang," sindir warganet yang lain.
"Kalau di hitung-hitung masuk akal si anggaran segitu, 200 ribu beli dus bekas, 100 ribu beli cat 200 ribu gaji pekerja nah sisanya buat jalan jalan dan makan makan bersama keluarga," ujar warganet lainnya.
Kekecewaan Warga Sukabumi
Pada 2024 lalu, pembangunan saluran irigasi tersier di Kampung Mangkalaya, RT 01 dan RT 02/RW 05, Desa Cibolang, Kecamatan Gunungguruh, Kabupaten Sukabumi, diprotes warga. Mereka kecewa karena proyek yang bersumber dari Dana Desa (DD) tersebut, kembali rusak setelah satu pekan selesai dibangun.
Ketua RT 02 di Kampung Mangkalaya, Desa Cibolang, Kecamatan Gunungguruh, Kabupaten Sukabumi, Jaja mengatakan, pembangunan drainase sepanjang 250 meter dan lebar 20 sentimeter, serta tinggi 50 sentimeter itu, menuai protes warga. Lantaran warga menilai hasilnya tidak memuaskan karena baru beberapa hari setelah pembangunan, drainase tersebut sudah rusak kembali.
"Iya, itu yang menjadi permasalahan di wilayah RT 02 ini, karena hasilnya tidak memuaskan dan itu jaraknya hanya 66 meter. Jadi kiri dan kanan pembangunanya hanya 132 meter panjangnya," kata Jaja saat dikonfirmasi Jumat, 5 Juli 2024, dilansir dari kanal Regional Liputan6.com.
Kekecewaan warga semakin memuncak setelah beberapa hari pembangunan selesai, saluran drainase tersebut sudah terlihat rusak. "Yang tidak memuaskan itu sebetulnya pelesterannya atau bagian atasnya, sudah rusak. Bahkan, saat waktu kemarin ditinjau oleh pemerintah Kecamatan Gunungguruh juga, itu pekerjaannya dikomplain parah,” ucapnya.
Advertisement
Mempertanyakan Persoalan Pembangunan
Dia mengatakan, pemerintah kecamatan juga sempat meninjau proyek tersebut. Kerusakan itu diduga karena kualitas bahan bangunan yang kurang baik. "Sempat ambles itu drainasenya, karena memang kurang memuaskan hasilnya. Bahkan, sama tangan juga bisa rusak," jelasnya.
Jaja menambahkan, proyek drainase tersier tersebut mulai dibangun oleh pemerintah Desa Cibolang melalui pihak ketiga pada Jumat , 11 Juni 2024 lalu dengan lama pekerjaan sekitar dua pekan terakhir.
"Kalau keinginan warga itu kemarin saya sudah ngobrol sama warga itu, mintanya dibenarkan lagi saja, dan harus dibongkar lagi sama yang bertanggung jawab atas pembangunan ini,” tuturnya.Pihaknya menyebut, warga juga sudah mempertanyakan persoalan pembangunan yang menggunakan dana desa tersebut, kepada pemerintah Desa Cibolang, Kabupaten Sukabumi.
"Nah, jawaban dari Kepala Desa-nya itu, ingin mempertanyakan kepada pihak pemborongnya dulu, dari pihak kedua ke pihak ketiga terus ke pihak pekerjanya. Iya, katanya begitu," ujarnya.
Pihaknya juga mengaku kecewa. Lantaran, saat pemerintah Kecamatan Gunungguruh meninjau ke lokasi proyek, ia selaku Ketua RT di Kampung Mangkalaya dipanggil hingga ditegur oleh aparatur pemerintah Kecamatan Gunungguruh.
Khawatir Drainase Jebol
Penjelasan yang diterima dari pemerintah kecamatan menyebut, jika pembangunan di bawah anggaran Rp200 juta itu, tidak diwajibkan menggunakan pemborong. Dampak dari pembangunan proyek yang rusak tersebut, lanjut Jaja, kini warga di wilayah kampung tersebut, merasa khawatir drainase tersebut dapat jebol atau ambruk hingga merusak rumah penduduk.
"Dampaknya itu kan, di bawah drainase itu ada pemukiman warga. Nah, takutnya jebol kalau enggak dibenarkan jebol ke wilayah RT 3, di sana ada 9 KK yang terancam longsor. Apalagi, sekarang lagi musim hujan,” ungkapnya.
Menanggapi kejadian tersebut, Kepala Desa Cibolang, Arif Agung Gumelar menyatakan, pihaknya membenarkan bahwa pembangunan saluran drainase tersier tersebut, telah mendapatkan protes dari warga setempat.
"Intinya terkait keluhan warga perihal kegiatan yang kemarin itu, kita sudah koordinasi dengan pihak kecamatan, bahwa statmen dari pihak kecamatan itu bukan mengurangi volume atau tidak dikerjakan, tetapi itu cuma untuk diperbaiki," kata Arif. Pihaknya menyebut, dalam waktu dekat ini ia akan melakukan survei kembali ke lokasi proyek untuk memperbaiki saluran drainase tersier yang rusak tersebut.
Advertisement
