Liputan6.com, Taipei - China pada hari Kamis (2/6) mengatakan “dengan tegas menentang” pembicaraan perdagangan antara Amerika Serikat dan Taiwan setelah Taipei dan Washington mengumumkan peluncuran inisiatif baru untuk memperdalam hubungan ekonomi.
Beijing mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya dan berusaha membuatnya tetap terisolasi di panggung dunia, menentang segala upaya untuk memperlakukan demokrasi yang berpemerintahan sendiri itu sebagai negara merdeka.
Advertisement
Baca Juga
“China selalu menentang segala bentuk pertukaran resmi antara negara mana pun dan wilayah Taiwan di China, termasuk negosiasi dan penandatanganan perjanjian ekonomi dan perdagangan apa pun dengan konotasi kedaulatan dan sifat resmi,” kata juru bicara kementerian perdagangan Gao Feng, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Sabtu (4/6/2022).
Washington berusaha meningkatkan pengaruhnya di kawasan itu untuk melawan Beijing dan Presiden Amerika Serikat Joe Biden mendapat tekanan bipartisan dari anggota Kongres AS untuk memperdalam hubungan dengan Taiwan.
Pembicaraan yang diumumkan pada hari Rabu – “Inisiatif AS-Taiwan tentang Perdagangan Abad ke-21” – dilakukan setelah kesepakatan perdagangan yang diumumkan minggu lalu antara Amerika Serikat dan 12 ekonomi Asia, yang mengecualikan Taiwan.
Seperti perjanjian perdagangan sebelumnya, diskusi dengan Taiwan tidak akan melibatkan tarif atau akses pasar yang memerlukan persetujuan Kongres, kata para pejabat AS.
Dalam sebuah pernyataan, Perwakilan Dagang AS mengatakan bahwa “kedua pihak akan bekerja untuk mengembangkan peta jalan yang ambisius untuk mencapai kesepakatan dengan komitmen standar tinggi dan hasil yang berarti secara ekonomi.”
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Joe Biden Siap Pasang Badan Bela Taiwan
Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan bahwa dia akan bersedia menggunakan kekuatan untuk membela Taiwan.
Selain itu, bersedia menggalang dukungan pada perjalanan pertamanya ke Asia sejak menjabat sebagai oposisi AS terhadap ketegasan China yang tumbuh di seluruh kawasan.
Komentar Biden tampaknya merupakan penyimpangan dari kebijakan AS yang disebut punya pandangan ambiguitas strategis pada posisinya ke pulau yang diperintah China sebagai wilayahnya.
Ketika ditanya oleh seorang reporter di Tokyo apakah Amerika Serikat akan membela Taiwan jika diserang oleh China, presiden menjawab: "Ya."
"Itulah komitmen yang kami buat. Kami setuju dengan kebijakan satu China. Kami telah menandatanganinya dan semua perjanjian yang dimaksudkan dibuat dari sana. Tetapi gagasan bahwa itu dapat diambil dengan paksa, diambil oleh kekuatan, tidak, tidak tepat."
Dia menambahkan bahwa itu adalah harapannya bahwa peristiwa seperti itu tidak akan terjadi atau dicoba.
Sementara Washington diwajibkan oleh undang-undang untuk memberi Taiwan sarana membela diri.
AS dinilai telah lama mengikuti kebijakan "ambiguitas strategis" tentang apakah akan campur tangan secara militer untuk melindungi Taiwan jika terjadi serangan China.
Biden membuat komentar serupa tentang membela Taiwan pada Oktober lalu. Saat itu, juru bicara Gedung Putih mengatakan bahwa Biden tidak mengumumkan perubahan apa pun dalam kebijakan Amerika Serikat.
Advertisement
Perubahan Kebijakan AS?
Pada Senin (23/5), seorang pejabat Gedung Putih mengatakan bahwa tidak ada perubahan dalam kebijakan AS terhadap Taiwan.
"Seperti yang dikatakan Presiden, kebijakan kami tidak berubah," kata pejabat Gedung Putih, yang menolak disebutkan namanya.
“Dia mengulangi Kebijakan One China Policy dan komitmen kami untuk perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan. Dia juga menegaskan kembali komitmen kami di bawah Undang-Undang Hubungan Taiwan untuk memberi Taiwan sarana militer untuk mempertahankan diri.”
Kekhawatiran tentang kekuatan China yang semakin besar dan kemungkinan bahwa China dapat menyerang Taiwan telah menguatkan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida dan Partai Demokrat Liberal yang berkuasa di bidang pertahanan, mengikis beberapa kewaspadaan tradisional di antara banyak orang Jepang tentang mengambil postur pertahanan yang lebih kuat.
China Kecam Taiwan karena Beri Bantuan Kemanusiaan untuk Pengungsi Ukraina
Pemerintah China pada Rabu (16/3/2022) mengecam bantuan kemanusiaan Taiwan untuk Ukraina dan sanksi terhadap Rusia.
China menyebut, apa yang dilakukan Taiwan seakan-akan "mengambil keuntungan dari kesulitan orang lain" setelah pulau itu mengumumkan akan mengirimkan lebih banyak dana yang disumbangkan oleh masyarakat untuk pengungsi Ukraina.
Perang di Ukraina telah mengumpulkan simpati luas di Taiwan, dengan banyak masyarakat melihat kesejajaran antara invasi Rusia dan ancaman militer yang ditimbulkan oleh China.
Taiwan telah bergabung dalam sanksi yang dipimpin Barat terhadap Rusia, demikian dikutip dari laman Channel News Asia, Rabu (16/3/2022)
Advertisement