Liputan6.com, Odesa - Setidaknya 21 orang, termasuk satu anak-anak, telah tewas dalam serangan rudal Rusia semalam di wilayah Odesa selatan Ukraina, kata para pejabat Ukraina.
Layanan darurat negara bagian, DSNS, mengatakan 16 orang tewas di sebuah bangunan sembilan lantai yang dihantam oleh satu rudal di desa Serhiyivka.
Lima orang lainnya, termasuk anak itu, tewas dalam pemogokan terpisah di sebuah resor liburan di desa itu.
Advertisement
Rusia telah menembakkan puluhan rudal ke kota-kota Ukraina dalam beberapa hari terakhir.
Pada Jumat, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kembali membantah bahwa Rusia memukul target sipil.
"Kami mendengar tiga ledakan dan sekarang tidak ada yang tersisa dari pusat rekreasi," kata penduduk setempat Yulia Bondar, 60, kepada BBC, dikutip pada Sabtu (2/7/2022).
"Desa ini sangat sepi, kami tidak pernah berpikir ini bisa terjadi."
DSNS mengatakan rudal-rudal itu menghantam Serhiyivka sekitar pukul 01:00 pada Jumat (22:00 GMT Kamis).
Mereka merilis rekaman yang menunjukkan petugas pemadam kebakaran mencari korban selamat di puing-puing gedung sembilan lantai itu.
Mereka juga terlihat membawa apa yang tampak seperti tubuh salah satu korban di dalam tas.
DSNS mengatakan 38 orang, termasuk enam anak-anak, terluka dalam serangan Rusia.
Maryna Martynenko, juru bicara DSNS di wilayah Odesa, mengatakan kepada TV Ukraina bahwa dinding luar gedung itu rusak, dan sebuah toko di dekatnya dibakar setelah pemogokan. Petugas pemadam kebakaran kemudian memadamkan api.
Dia mengatakan 60 penyelamat saat ini bekerja di lokasi tersebut.
Sebanyak 150 orang diyakini tinggal di dalam gedung tersebut.
Anak yang tewas di resor liburan itu adalah seorang anak laki-laki berusia 12 tahun, kata Kyrylo Tymoshenko, wakil kepala kantor Presiden Volodymyr Zelensky.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Â
Rudal Diluncurkan dari Pesawat Tempur Rusia
Para pejabat Ukraina mengatakan tiga rudal diluncurkan dari pesawat tempur Rusia di atas Laut Hitam.
Juru bicara administrasi regional Odesa Serhiy Bratchuk mengatakan rudal X-22 era Soviet diyakini telah digunakan.
Walikota kota itu, Gennadiy Trukhanov, mengatakan kepada Newshour dari BBC World Service bahwa tidak ada instalasi militer atau stasiun radar di dekat Serhiyivka, meskipun kementerian pertahanan Rusia bersikeras ada.
Orang-orang Odesa "menjalani hidup mereka dalam ketakutan" akan serangan Rusia lebih lanjut, tambahnya.
Andriy Yermak, kepala staf Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, menuduh Rusia sebagai "negara teroris".
"Menanggapi kekalahan di medan perang, mereka [Rusia] melancarkan perang terhadap warga sipil," katanya.
Ukraina berharap bahwa penarikan Rusia pada hari Kamis dari Pulau Ular yang penting secara strategis akan mengurangi ancaman terhadap pelabuhan Laut Hitam terbesar Ukraina di Odesa dan wilayah yang lebih luas.
Rusia mengatakan telah menarik garnisunnya sebagai "isyarat niat baik" untuk membuktikan bahwa mereka tidak menghalangi ekspor biji-bijian dari Odesa dan pelabuhan Ukraina lainnya - tetapi Ukraina menolak klaim itu, dengan mengatakan Moskow terus mengekang simpanan biji-bijiannya.
Â
Advertisement
Menimbang Kesuksesan Jokowi Jadi Juru Damai Ukraina-Rusia
Usai kunjungan yang dilakukan presiden Jokowi ke Ukraina dan Rusia, misi perdamaian tersebut mendapat sorotan berbagai pihak.
Ada yang menilai ini sukses, namun ada pula yang belum. Menurut Dosen HI dan Kajian Eropa Timur dari Universitas Airlangga, Radityo Dharmaputra kunjungan ini bisa dilihat dari dua sisi.
"Ada aspek suksesnya, tapi juga ada aspek gagalnya. Suksesnya terkait aktivisme Indonesia dan pelaksanaan politik luar negeri bebas-aktif. Selama ini kan hanya "bebas-nya" saja yang didorong, tapi sekarang juga telah mencoba berkontribusi aktif," ujar Radityo yang saat ini sedang menjadi peneliti doktoral di University of Tartu, Estonia saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (1/7/2022).
"Juga bagus untuk image pak Jokowi secara domestik maupun di antara negara-negara berkembang, karena sudah membawa isu pangan."
"Gagalnya lebih karena harapan yang terlalu tinggi dari masyarakat dan dari narasi pemerintah kita sendiri sebagai 'juru damai.' Belum ada arah pada perdamaian. Malah, ada banyak miskom yang terjadi kalau Indonesia mau memainkan peran sebagai juru damai."
Radityo memberi contoh misalnya, ucapan pak Jokowi soal dia membawa pesan dari Zelensky itu dikritik Jubir Zelensky, yang mengatakan bahwa semua pernyataan Zelensky akan disampaikan secara publik.
"Bahkan, ucapan Jokowi soal Putin yang memberi jaminan soal pangan dan pupuk itu juga tidak ada di pernyataan resmi Putin."