Liputan6.com, Jakarta - Duta Besar (Dubes) Vasyl Hamianin mengatakan bahwa untuk mengakhiri perang Rusia Ukraina diperlukan langkah lebih jauh, tak sekadar upaya persiasif. Ia pun membeberkan tiga jurus utama terkait hal tersebut.
Yang pertama, menurutnya, siapa yang lebih agresif.
Baca Juga
"Jika kita bicara misalnya tentang konflik antara negara, pulau atau wilayah sengketa, tapi yang terjadi di Ukraina ini berbeda. Sekarang kami memiliki agresor, kami memiliki negara yang diserang. Dan sangat penting untuk memahami siapa yang harus disalahkan atas serangan ini. Dan siapa yang harus mengambil keputusan utama untuk menghentikan perang, di bawah tekanan atau dibujuk atau disuap," paparnya dalam konferensi pers online pada Selasa (12/7/2022).
Advertisement
Hal kedua, menurutnya bukan hanya kemampuan dua pasukan untuk bertarung. "Artinya jika satu pihak jauh lebih kuat, dan pihak lain berada di ambang kekalahan. Maka mereka ingin satu pihak dapat mendikte kondisi dan tekanan pada yang pertama kepada dunia dan menekan negara yang menghadapi kekalahan, untuk menyepakati tuntutan dan segalanya."
"Apa yang terjadi sekarang, saya tidak melihat sedikit pun tanda-tanda arbitrase Ukraina, bahkan menunjukkan kelemahan. Saya pikir kami baik-baik saja. Namun, dibayar dengan harga yang sangat tinggi dari kehidupan prajurit, kami melakukannya dengan baik".
Dubes Hamianin mengatakan bahwa Ukraina yakin akan mengalahkan Federasi Rusia cepat atau lambat. "Jadi ini bukan tentang tawar-menawar, apakah kita bisa kita takut, kita tidak ingin ini, tidak sebanding dengan apa pun."
Dan faktor ketiga, merupakan tuntutan atau kondisi kedua belah pihak untuk bertemu.
"Jika mereka bertemu bersama sebentar saja, apa pun bisa disepakati kedua belah pihak. Ini akan memberi kita harapan bahwa negosiasi dapat dimulai dan kemudian dapat dilanjutkan," ungkapnya.
Namun dalam situasi ini, sambungnya, ia sendiri tak melihat kesamaan antara Federasi Rusia dan Ukraina, yang berarti bahwa tuntutan Federasi Rusia pada dasarnya Ukraina harus mengakui wilayah yang diduduki sebagai wilayah yang dibebaskan oleh tentara Rusia dan diduduki dan kemudian menjadi independen untuk bergabung dengan Rusia."
"Ini adalah sesuatu yang tidak akan pernah kita sepakati. Itu sebabnya, Itu sebabnya masalahnya."
"Saya akan mengatakan bahwa Anda tahu jika suatu negara membuat keputusan untuk menghentikan perang untuk membawa perdamaian di mana pun jika Anda melihat Ukraina, itu adalah keputusan suatu negara. Jadi itu bukan terserah presiden atau kabinet atau menteri atau menteri pertahanan, parlemen untuk memutuskan menghentikan perang atau tidak. Ini adalah keputusan negara dari orang-orang di Ukraina yang memiliki konsensus mutlak tentang hal ini dengan tentara kita tanpa presiden tanpa parlemen."
Jadi jika Anda berbicara tentang Rusia tidak ada hubungannya dengan orang-orangnya, jelasnya.
"Karena mereka tidak berpartisipasi dalam kehidupan politik dalam banyak keputusan di Rusia. Jadi keputusan bisa diambil oleh satu orang saja, tidak berkonsultasi dengan siapa pun, tidak meminta izin dari parlemen, izin dari publik, dari bangsa. Federasi Rusia jadi ini atas keputusan terserah satu orang."
"Jadi upaya utama harus dikonsentrasikan pada satu orang yakni presiden Putin," pungkasnya.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Roket Rusia Hantam Apartemen Ukraina Tewaskan 15 Orang, Petugas Berjibaku Menyelamatkan Warga
Sebelumnya, sedikitnya 15 orang tewas ketika satu roket Rusia menghantam sebuah gedung apartemen di Kota Chasiv Yar, Ukraina timur dan lebih dari 20 orang mungkin masih terperangkap di reruntuhan, kata para pejabat pada Minggu 10 Juli 2022.
Menurut laporan CBS News, Senin (11/7/2022), serangan roket Sabtu 9 Juli malam adalah yang terbaru dalam ledakan serangan dengan korban tinggi baru-baru ini terhadap bangunan sipil.
Sebelumnya, sedikitnya 19 orang tewas ketika sebuah rudal Rusia menghantam sebuah pusat perbelanjaan di kota Kremenchuk pada akhir Juni. Lalu 21 orang tewas ketika sebuah gedung apartemen dan tempat rekreasi diserang roket di wilayah Odesa selatan bulan ini.
Rusia telah berulang kali mengklaim bahwa mereka hanya menyerang target bernilai militer dalam perang. Tidak ada komentar tentang Chasiv Yar pada pengarahan Kementerian Pertahanan Rusia pada hari Minggu.
Wilayah Donetsk adalah salah satu dari dua provinsi bersama dengan Luhansk yang membentuk wilayah Donbas, di mana pemberontak separatis telah memerangi pasukan Ukraina sejak 2014. Pekan lalu, Rusia mengklaim merebut Kota Lysychansk, benteng besar terakhir perlawanan Ukraina di Luhansk.
Pasukan Rusia meningkatkan "neraka sejati" di Donbas, meskipun penilaian mereka mengambil jeda operasional, Gubernur Luhansk Serhiy Haidai mengatakan Sabtu.
Setelah perebutan Lysychansk, beberapa analis memperkirakan pasukan Moskow kemungkinan akan membutuhkan waktu untuk mempersenjatai diri dan berkumpul kembali.
Tapi "sejauh ini belum ada jeda operasional yang diumumkan oleh musuh. Rusia masih menyerang dan menembaki tanah kami dengan intensitas yang sama seperti sebelumnya," kata Haidai. Dia kemudian mengatakan pemboman Rusia terhadap Luhansk dihentikan karena pasukan Ukraina telah menghancurkan gudang amunisi dan barak yang digunakan oleh Rusia.
Advertisement
Kata Dubes Ukraina Soal Jokowi Sampaikan Pesan Presiden Zelensky ke Putin
Sebelumnya, kedatangan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo atau Jokowi ke Ukraina pada Rabu 29 Juni 2022 lalu menjadi salah satu pembahasan dalam konferensi pers Duta Besar (Dubes) Vasyl Hamianin beberapa waktu lalu.
Dubes Vasyl Hamianin membeberkan bahwa ada hal yang jadi perhatian terkait pesan dari Presiden Ukraina kepada Jokowi untuk Vladimir Putin.
"Itu adalah kejutan besar bagi kami, dan kemudian saya mencoba menjelaskannya kepada semua orang. Pesan dari Ukraina ke Rusia yang disampaikan oleh Presiden Jokowi," ujar Dubes Vasyl.
Menurutnya, pesan tersebut bisa memiliki tiga arti.
"Salah satu artinya adalah sesuatu yang tertulis di atas kertas seperti pesan tertulis yang diambil di suatu tempat. Kedua adalah sesuatu yang diucapkan seperti dibentuk secara verbal dan disampaikan kepada pihak lain," jelasnya.
"Dan pemahaman ketiga adalah setelah data cukup berbicara, dengan pembicaraan lain antara presiden setelah bertukar pandangan dan setelah kedua belah pihak saling memahami," tambahnya.
Jadi, menurut Dubes Vasyl, tidak ada pesan tertulis maupun pesan langsung seperti 'tolong katakan ini, ini, dan ini' kepada Putin".
"Demikian persepsi dan pemahaman pihak Indonesia yang disampaikan kepada Vladimir Putin. Saya pikir ada pesan yang sangat jelas, dan tidak ada interpretasi. Posisi Ukraina jelas," ujarnya.
Hamianin mengaku sangat menyayangkan hal tersebut.
Dalam kesempatan tersebut, Dubes Vasyl mengatakan tidak tahu apa yang disampaikan Jokowi (ke Presiden Putin). Pesan terjelas yang dipahaminya adalah Ukraina masih membuka pintu perdamaian, tetapi tidak akan menyerah dalam kondisi apa pun di bawah Rusia.
"Kami menjunjung integritas wilayah, HAM, dan hukum internasional, tentu saja," ujar Hamianin.
Sebelumnya Jokowi menyatakan sudah menyampaikan pesan dari Zelensky kepada Putin. Ia pun menyatakan, Indonesia bersedia menjadi jembatan komunikasi antara kedua pemimpin. Kendati demikian dia tidak mengatakan is pesan tersebut.
Bangga dengan Keputusan Indonesia
Dubes Vasyl juga mengatakan dirinya berbangga atas kunjungan kenegaraan dari pemimpin Indonesia tersebut.
"Dan saya sangat bangga bahwa negara tempat saya bekerja, telah membuat keputusan ini pada tingkat tertinggi dan kunjungan berlangsung, terima kasih kepada Pemerintah Indonesia dan terima kasih kepada Pemerintah Ukraina telah dapat menyetujui hal penting ini," kata Dubes Vasyl.
Dubes Vasyl kemudian menceritakan tatkala dirinya mendampingi Jokowi dan Iriana ke Ukraina. "Saya benar-benar menemani mereka di kereta. Kereta khusus yang diatur oleh pemerintah, jadi kami melakukan perjalanan dan itu aman."
Menurutnya, perjalanan tersebut berlangsung sesuai dengan rencana.
Advertisement