Para Menlu Negara ASEAN Desak Kemajuan di Myanmar, Bakal Tekan Junta Militer

Menlu ASEAN akan menekan junta militer demi kemajuan di Myanmar.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 03 Agu 2022, 12:30 WIB
Diterbitkan 03 Agu 2022, 12:30 WIB
Potret Polisi Myanmar Pukuli Pengunjuk Rasa
Petugas polisi anti huru hara menahan seorang pengunjuk rasa ketika mereka membubarkan demonstrasi di Kotapraja Tharkata di pinggiran Yangon, Myanmar, Sabtu (6/3/2021). PBB Myanmar mengecam tindakan kekerasan aparat terhadap pendemo dalam aksi damai menolak kudeta militer. (AP Photo)

Liputan6.com, Jakarta - Para menteri ASEAN akan mendorong untuk meningkatkan tekanan pada pemerintah militer Myanmar pada pertemuan regional Rabu (3 Agustus) di Kamboja ketika kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan mengancam untuk membayangi proses dengan ketegangan antara Washington dan Beijing yang melonjak.

Dilansir dari laman Channel News Asia, Rabu (3/8/2022), pekan lalu 10 negara Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) mengutuk eksekusi militer terhadap empat tahanan, dengan bagian-bagian dari blok itu semakin frustrasi karena kurangnya kemajuan.

Kudeta militer di Myanmar tahun lalu membuat negara itu kacau balau dengan jumlah korban tewas dari tindakan brutal militer terhadap perbedaan pendapat melewati 2.100, menurut kelompok pemantau lokal, dan kelompok hak asasi manusia mendesak tindakan nyata.

Namun kunjungan Pelosi mengancam untuk mengaburkan diskusi Myanmar, dengan perhatian malah terfokus pada Menteri Luar Negeri China Wang Yi dan timpalannya dari Amerika Antony Blinken - keduanya terbang ke ibu kota Kamboja.

Pada Selasa malam, China berjanji akan ada "aksi militer yang ditargetkan" sebagai tanggapan atas kunjungannya ke pulau yang diklaim Beijing sebagai bagian dari wilayahnya.

Sementara itu, para menteri luar negeri ASEAN - bertemu tatap muka untuk pertama kalinya sejak pandemi - diperkirakan akan meratapi kurangnya kemajuan dalam rencana "konsensus lima poin" blok regional mengenai konflik Myanmar.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Tak Ada Kemajuan

Aksi Mogok Senyap di Myanmar
Kendaraan melintas di jalan kosong di pusat kota Yangon, Myanmar, Jumat (10/12/2021). Aktivis anti-kudeta meminta orang-orang untuk tinggal di rumah dan menutup bisnis untuk memprotes pengambilalihan militer Myanmar yang menggulingkan pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi. (AP Photo)

Disepakati pada bulan April tahun lalu, rencana tersebut menyerukan diakhirinya segera kekerasan dan dialog antara junta dan lawan kudeta.

Tetapi setelah lebih dari satu tahun tidak ada kemajuan pada rencana tersebut, Malaysia mengatakan akan menghadirkan kerangka kerja untuk implementasinya, bahkan ketika para kritikus mencemooh ASEAN sebagai toko omong kosong.

"Perdamaian bisa menunggu, tapi menyelamatkan nyawa tidak bisa menunggu," kata juru bicara Kamboja Kung Phoak, saat berbicara tentang keuntungan dalam pengiriman bantuan kemanusiaan.

Ketiadaan diplomat top Myanmar, Wunna Maung Lwin, atau perwakilan dari negara itu bagaimanapun dapat menghambat kemajuan, akunya.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Isu Laut China Selatan

Bendera Myanmar (unsplash)
Bendera Myanmar (unsplash)

Ketegangan Laut China Selatan yang sedang berlangsung akan menjadi isu penting lainnya dalam agenda.

Beijing mengklaim sebagian besar laut - dengan pernyataan teritorial yang bersaing dari Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan dan Vietnam.

Kamboja - sekutu utama Beijing - terakhir menjadi tuan rumah ASEAN pada 2012 dan dituduh berpihak pada China atas perairan yang disengketakan dan kaya sumber daya, sehingga tidak ada komunike yang dikeluarkan.

Tetapi berdasarkan kemajuan pertemuan pejabat senior, Kung Phoak mengatakan dia yakin konsensus dapat dicapai dan pernyataan bersama dirilis.

"Saya yakin segala sesuatunya bergerak ke arah yang benar. Kami hampir sampai," katanya.


Komunikasi dengan Junta

Pengunjuk Rasa Kembali Turun ke Jalan Protes Kudeta Militer Myanmar
Pengunjuk rasa memberi hormat tiga jari selama demonstrasi menentang kudeta militer di Yangon (3/6/2021). Pasukan keamanan telah membunuh 840 orang sejak kudeta, menurut angka dari aktivis yang dikutip oleh PBB. Junta mengatakan sekitar 300 orang telah tewas. (AFP/STR)

Bersama Blinken dan Wang, diplomat top Rusia Sergei Lavrov - yang akan singgah di Myanmar untuk melakukan pembicaraan dengan junta sebelum melakukan perjalanan ke Kamboja - dan Josep Borrell dari Uni Eropa akan menghadiri pertemuan dengan rekan-rekan ASEAN akhir pekan ini.

Para menteri diperkirakan akan bergulat dengan masalah mulai dari konflik Rusia-Ukraina hingga uji coba rudal Korea Utara dan masalah keamanan regional.

Infografis Penangkapan Aung San Suu Kyi dan Kudeta Militer Myanmar. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Penangkapan Aung San Suu Kyi dan Kudeta Militer Myanmar. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya