Liputan6.com, Rio de Janeiro - Seorang politisi di Brasil nekat melemparkan granat ke arah mobil polisi karena tak mau ditangkap. Akibatnya, dua petugas terluka.
Dilaporkan BBC, Senin (24/10/2022), politisi bernama Roberto Jefferson itu ditangkap atas perintah hakim Mahkamah Agung karena menghina Hakim Ketua Carmen Lucia. Sebelumnya, Jefferson sudah dikenakan tahanan rumah karena mengancam sang hakim.
Advertisement
Baca Juga
Hakim Mahkamah Agung Alexandre de Moraes memerintahkan penangkapan Jefferson karena dianggap melanggar ketentuan tahanan rumah.
Granat itu dilempar ketua Jefferson dijemput di rumahnya di Comendador Levy Gaspariany yang berlokasi di Rio de Janeiro utara. Dua aparat yang terluka dibawa ke rumah sakit.
Tak hanya melempar granat, politisi berusia 69 tahun itu juga mempersenjatai dirinya dengan rifle. Ia menembak ke arah mobil polisi dan memecahkan kaca jendelanya.
Jefferson sebetulnya adalah sekutu dari Presiden Brasil Jair Bolsonaro, namun Bolsonaro meminta aparat menangkap pihak-pihak yang menyerang polisi.
Beruntung, dua polisi yang terluka dinyatakan selamat. Jefferson juga berhasil ditangkap.
Kondisi politik di Brasil dilaporkan sedang panas menjelang pemilu putaran kedua. Presiden petahana Jair Bolsonaro akan kembali berhadapan dengan Luiz Inácio Lula da Silva yang pernah menjabat sebagai presiden Brasil pada 2003-2010.
Pada putaran pertama, Lula sebetulnya unggul hingga 48 persen, namun capres Brasil butuh 50 persen suara agar meraih kemenangan. Sementara, Presiden Bolsonaro hanya mendapatkan 43 persen suara.
Apabila Jair Bolsonaro kalah, maka ia hanya akan menjadi presiden selama satu periode saja.
Mengenal Luiz Inacio Lula da Silva, Mantan Presiden Brasil yang Kini Jadi Penantang Bolsonaro
Luiz Inacio Lula da Silva, atau yang akrab disapa Lula unggul di putaran pertama pemilu presiden Brasil, beberapa persen di atas Jair Bolsonaro.
Nama Lula muncul kembali di tengah kritik terhadap Jair Bolsonaro tak mampu menangani pandemi COVID-19. Di Brasil namanya sudah tak asing, lantaran pernah menjabat sebagai presiden.
Ia dikreditkan sebagai sosok yang membangun program kesejahteraan sosial yang luas selama masa jabatannya 2003-2010, tetapi juga dikenang karena keterlibatan pemerintahannya dalam berbagai skandal korupsi.
Pria berusia 76 tahun itu pernah dipenjara pada 2018 atas tuduhan korupsi, tetapi kemudian dibatalkan oleh Mahkamah Agung, seperti dikutip dari laman Sky News, Senin (3/10).
Beberapa orang percaya tuduhan itu bermotif politik, karena dia adalah yang terdepan melawan Bolsonaro dalam kampanye presiden yang berlangsung saat itu.
Lula, mantan pekerja pabrik dan pemimpin serikat, mengundurkan diri pada 2010 setelah dua kali masa jabatan.
Selama masa kepresidenannya, deforestasi turun 65% di Brasil, menurut Institut Nasional Penelitian Luar Angkasa Brasil.
Advertisement
Polarisasi di Pilpres Brasil
Pemungutan suara di Brasil sangat terpolarisasi antara memilih pempimpin dari aliran kiri ke pucuk pimpinan demokrasi atau mempertahankan pemimpin sayap kanan selama empat tahun lagi.
Bisa dibilang ini adalah pemilu paling kritis di Brasil sejak akhir kediktatoran militer pada tahun 1985. Dimana da Silva dari Partai Buruh kiri memiliki 48,26% suara dari 99,29% dari total suara yang berpartisipasi.
Bolsonaro berada di urutan kedua, dengan dukungan 43,34%.
Berbicara setelah putaran pertama pemilihan, da Silva menyebut putaran kedua mendatang sebagai "waktu tambahan" dalam pertandingan sepak bola.
"Saya ingin memenangkan setiap pemilu di putaran pertama. Tapi itu tidak selalu mungkin," katanya.
Bolsonaro mengatakan kepada wartawan di ibu kota Brasilia bahwa dia memahami ada "keinginan untuk perubahan" di antara penduduk, tetapi "perubahan tertentu bisa menjadi lebih buruk".
Jajak pendapat terbaru telah menyebut da Silva memimpin dengan survei pada Sabtu kemarin.
"Terlalu dini untuk melangkah terlalu dalam, tetapi pemilihan ini menunjukkan kemenangan Bolsonaro pada 2018 bukanlah sebuah hambatan," ujar Carlos Melo, seorang profesor ilmu politik di Universitas Insper di Sao Paulo.
Saling Tuding Korupsi
Sebelumya, kedua kandidat untuk pemilihan presiden di Brasil terlibat debat sengit di televisi hari Minggu (28/8). Presiden Brasil Jair Bolsonaro menuduh penantangnya, mantan presiden Luiz Inacio "Lula” da Silva melakukan korupsi besar-besaran selama menjadi presiden. Dia menyebut Lula adalah ancaman terhadap demokrasi. Pemilihan presiden di Brasil akan diadakan pada 2 Oktober mendatang.
"Pemerintahan Anda adalah yang paling korup dalam sejarah Brasil," kata Jair Bolsonaro menyerang Lula atas skandal besar yang berpusat pada raksasa minyak milik negara, Petrobras.
"Itu adalah kleptokrasi, pemerintahan yang didasarkan pada perampokan... Untuk apa kamu ingin kembali berkuasa? Untuk melakukan hal yang sama pada Petrobras lagi?" Bolsonaro mengatakan dengan berapi-api dalam duel televisi yang melibatkan calon-calon presiden yang lain.
Penyelidikan kasus itu telah menyeret mantan presiden berusia 76 tahun itu ke penjara dari 2018 hingga 2019. Namun tuduhan kontroversial itu dibatalkan oleh Mahkamah Agung Brasil pada 2021.
Namun Lula, yang menjadi presiden 2003 hingga 2010, membantah tuduhan Jair Bolsonaro yang disebutnya menyebarkan "ketidakbenaran."
Dia mengatakan bahwa pemerintahannya telah mewariskan pertumbuhan ekonomi dan langkah-langkah jelas yang diambil untuk mengurangi kemiskinan.
"Negara yang saya tinggalkan adalah negara yang dirindukan orang, ini adalah negara pekerja, di mana orang memiliki hak untuk hidup dengan bermartabat, dengan kepala tegak," kata Lula. "Ini adalah negara yang sedang dihancurkan oleh presiden saat ini."
Advertisement