Film Sweet As Jadi Pembuka FSAI 2023, Ini Cerita Inspiratif Di Baliknya

Penyelenggaran FSAI 2023 juga sekaligus menandai 70 tahun acara perayaan program beasiswa Australia Indonesia. Berikut cerita inspirasi dari film "Sweet As" dan cerita industri perfilman di Australia dan Indonesia.

oleh Chesa Andini Saputra diperbarui 24 Feb 2023, 20:45 WIB
Diterbitkan 24 Feb 2023, 20:45 WIB
Film "Sweet As"
Film "Sweet As" (Sumber: Screenshot MIFF.com.au)

Liputan6.com, Jakarta - Pada acara Festival Sinema Australia Indonesia 2023 hari ke-2, film “Sweet As” yang pernah memenangkan penghargaan kembali diputar pertama kali.

Fitur debut dari penulis dan sutradara Jub Clerc, terinspirasi dari pengalamannya sendiri, “Sweet AS” adalah sebuah film remaja yang menggembirakan tentang sisi lain dari persahabatan, cinta pertama, dan menemukan jati diri di jalan yang jarang dilalui. 

Clerc sendiri adalah wanita Yawuru, dan film ini menggambarkan tentang kehidupannya ketika beranjak remaja di wilayah australia bagian barat. 

Dalam debutnya, dia ingin mengajak penonton semua untuk mencintai alam dan tanah seperti yang dilakukan orang bangsa pertama dan pribumi pada zaman itu.

Steve Rogers, rekan penulis film Sweet As, mengatakan kemarin pada acara FSAI 2023, “Film ini juga merupakan ajakan kepada semua orang di seluruh dunia untuk turut berpartisipasi dalam hubungan pribumi yang ada di tanah air, dan film ini mencakup lanskap keseluruhan Australia yang indah.”

Di acara FSAI 2023 kemarin, salah satu aktor dari film tersebut ikut hadir untuk meriahkan acara. “Kondisi suhunya sangat tinggi di negara tersebut, itu merupakan salah satu tantangan dalam pembuatan film. Berhadapan dengan suhu yang terik di siang hari dan kami harus berjuang melawan cahaya, banyak adegan yang kami lakukan itu tepat sebelum matahari terbenam, sehingga kita hanya mendapatkan satu atau dua pengambilan gambar,” ujar Carlos Sanson Jr mengenai tantangan saat syuting.

Terlepas dari itu, dia mengatakan bahwa seluruh prosesnya sangat menyenangkan.

Perfilman di Australia dan Indonesia

Steve Rogers dalam acara FSAI 2023 tanggal 23 Februari
Steve Rogers dalam acara FSAI 2023 tanggal 23 Februari

Australia dan Indonesia memiliki banyak kesamaan dalam ciri khas dan karakter yang ada pada film dan ceritanya. “Keduanya biasa memiliki kisah yang kuat, vital, yang dekat dengan hati,” ujar Steve Rogers mengenai perfilman Australia dan Indonesia.

Berkembang nya industri film sebenarnya dimulai dari negara Prancis dan London, sedangkan letak Australia cukup jauh dari sana.

Namun Australia unggul dengan “The Story of The Kelly Gang”, film fitur pertama di dunia pada tahun 1906.

Film itu menelusuri eksploitasi perampok jalanan abad ke-19 dan buronan Ned Kelly dan gengnya.

Hal yang menarik dari “The Story of The Kelly Gang” bukan hanya karena itu merupakan bagian inti di saat Australia menjadi federasi, tetapi itu menceritakan bagaimana Australia sebagai bangsa bersatu. Hal tersebut menjadi cerita nasional, dan arsip Australia mengakui akan hal itu.

Melestarikan Film The Story of The Kelly Gang

Marisa Anita, Victoria Duckett, Steve Rogers, Angela Tanoesoedibjo, Penny Williams, Carlos Sanson Jr di FSAI 2023
Marisa Anita, Victoria Duckett, Steve Rogers, Angela Tanoesoedibjo, Penny Williams, Carlos Sanson Jr di FSAI 2023

“Kontribusi kami kemudian adalah apa yang kami lakukan dengan sinema sekarang setelah kami mendapatkan materi, kami tidak membuat sinematografi atau film di Australia, tetapi kami mulai membicarakan cerita. Apa yang kita lihat hari ini yang ditayangkan di bioskop sangatlah penting.” ujar Victoria Duckett, Lektor Kepala dan bagian Keterlibatan Internasional Universitas Deakin.

Mereka menemukan fragmen dari “The Story of The Kelly Gang”, tetapi mereka tidak pernah sepenuhnya merekonstruksi film tersebut. 

Film merupakan bahan yang rapuh dan mudah menghilang. Saat itu arsip Australia tidak berpikir untuk melestarikannya, jadi cerita “The Story of The Kelly Gang” direkonstruksi ceritanya tetapi mereka tidak mempunyai cetakan versi lengkap nya. 

Masalah itu yang dialami arsip Australia pun sebenarnya dialami juga oleh arsip Indonesia.

Nonton Gratis di FSAI 2023

Festival Sinema Australia Indonesia 2023, tanggal 23 Februari 2023
Festival Sinema Australia Indonesia 2023, tanggal 23 Februari 2023

Festival Sinema Australia Indonesia Tahun 2023 juga sekaligus menandai 70 tahun acara perayaan program beasiswa Australia Indonesia. Dalam memeriahkan momentum spesial ini, FSAI 2023 menyelenggarakan serangkaian kegiatan eksklusif yang melibatkan alumni Australia, termasuk nonton film bersama, kegiatan Networking, dan masterclass.

"Pencapaian alumni kami saat ini untuk mempromosikan program alumni global Australia pada generasi baru. Dengan 200.000 alumni Australia di seluruh Indonesia, kami harap dapat merayakannya bersama-sama dimulai dengan pemutaran film FSAI, karena film bisa menyatukan banyak orang," kata Dubes Penny Williams.

Kedutaan besar Australia di Indonesia memutar sejumlah film dalam rangkaian acara tahunan Festival Sinema Australia Indonesia, FSAI 2023 mulai 16 Februari 2023.

Pada FSAI 2023, rangkaian penayangan film akan hadir di bioskop CGV indonesia di 7 kota mulai 18 Februari hingga 18 maret 2023. Film pilihan dari Australia dan Indonesia akan disajikan gratis.

Berikut jadwal FSAI 2023 yang diselenggarakan di kota kesayangan anda:

  • Jakarta: 24-26 Feb 2023 (CGV Grand Indonesia)
  • Surabaya: 25-26 Feb 2023 (CGV Marvell City)
  • Makassar: 25-26 Feb 2023 (CGV Panakkukang Square)
  • Mataram: 25-26 Feb 2023 (CGV Transmart Mataram)
  • Yogyakarta: 4-5 Mar 2023 (CGV Pakuwon Mall)
  • Bandung: 11-12 Mar 2023 (CGV Paris Van Java)
  • Tangerang Selatan: 18 Mar 2023 (CGV Teras Kota)

Untuk informasi lebih lanjut dan cara mendapatkan tiket gratis, Anda bisa mengunjungi website FSAI.id.

Infografis Jalan Panjang Perfilman Indonesia (Liputan6.com/Yoshiro)
Infografis Jalan Panjang Perfilman Indonesia (Liputan6.com/Yoshiro)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya