Liputan6.com, Jakarta - Samsung tengah mengembangkan smartphone lipat tiga yang desainnya menyerupai Huawei Mate XT dan diperkirakan akan dirilis tahun ini. Namun, bagi mereka yang menantikan inovasi besar selain fitur layar berlipat ganda, kemungkinan akan merasa kecewa.
Seorang sumber terpercaya di industri mengungkapkan bahwa perangkat Galaxy dengan desain lipat tiga tersebut hanya akan mendukung pengisian daya 25W.
Baca Juga
Diwartakan PhoneArena, Kamis (24/4/2025), meskipun kecepatan pengisian sebenarnya bisa lebih lambat, Samsung kemungkinan tetap akan mengklaim angka 25W secara resmi.
Advertisement
Selama ini, Samsung kerap mendapat kritik dari para penggemar teknologi karena lambannya kecepatan pengisian daya di perangkat mereka.
Contohnya, Galaxy S25 Ultra--model flagship terbaru--hanya mendukung pengisian daya 45W. Di sisi lain, produsen dari Tiongkok menawarkan pengisian jauh lebih cepat; seperti Xiaomi 15 Ultra yang mendukung pengisian kabel 90W, pengisian nirkabel 80W, dan pengisian balik nirkabel 10W.
Pabrikan Tiongkok juga mulai mengadopsi teknologi baterai berkapasitas tinggi, dan diprediksi perangkat pertama dengan baterai 8.000 mAh akan segera hadir.
Karena itu, kecepatan pengisian daya yang rendah di ponsel lipat tiga Samsung menimbulkan kekecewaan di kalangan penggemar. Banyak yang mempertanyakan alasan Samsung masih enggan mengadopsi teknologi baterai terbaru.
Namun, ada alasan yang mungkin bisa membela keputusan Samsung. Perusahaan ini memiliki pangsa pasar global yang cukup besar dan cenderung berhati-hati sebelum mengimplementasikan teknologi baru.
Pengisian daya dengan watt tinggi memang berisiko lebih besar, dan bisa jadi Samsung masih belum yakin dengan keamanan baterai padat energi.
Masih segar dalam ingatan publik kasus Samsung Galaxy Note 7 yang mengalami insiden ledakan secara tiba-tiba, yang kemungkinan besar menjadi alasan Samsung tetap berhati-hati.
Teknologi Kamera dari Samsung Lipat Tiga
Samsung kemungkinan tidak akan menyematkan teknologi kamera di bawah layar pada ponsel tri-lipat terbarunya.
Meskipun teknologi ini dapat menciptakan tampilan layar yang lebih mulus, kualitas kameranya masih kalah dibandingkan kamera konvensional, sehingga perusahaan tampaknya memilih untuk tidak menggunakannya saat ini.
Namun, keputusan tersebut belum final. Masih ada kemungkinan kamera di bawah layar tetap digunakan dalam produk akhirnya.
Topik ini masih menjadi perdebatan, karena sebagian pengguna lebih menyukai kamera punch hole tradisional. Di sisi lain, pengguna yang mengutamakan tampilan layar penuh dan tidak terlalu peduli dengan kualitas kamera mungkin akan lebih memilih opsi tanpa lubang kamera.
Meski demikian, kamera bukanlah satu-satunya tantangan dari ponsel lipat--masalah lipatan pada layar juga menjadi sorotan. Dalam kasus ponsel tri-lipat, perangkat ini akan memiliki dua lipatan.
Laporan menyebutkan bahwa kualitas lipatan tersebut akan serupa dengan yang ditemukan di Galaxy Z Fold 6. Sementara itu, Galaxy Z Fold 7 kabarnya akan hadir dengan desain lipatan yang lebih halus dan tidak mencolok.
Advertisement
Apple Masih Tahan Diri, Samsung Fokus ke Inovasi Ponsel Lipat Tiga
Sementara Samsung terus bereksperimen dengan perangkat lipat, Apple — pesaing utamanya — masih belum terjun ke pasar ini.
Apple dilaporkan tengah mengembangkan ponsel lipat dengan desain tanpa lipatan yang terlihat, dan jika berhasil, perangkat tersebut kemungkinan akan dirilis pada 2027 untuk memperingati 20 tahun peluncuran iPhone, bersamaan dengan varian iPhone Pro terbaru.
Menunda kehadiran di pasar perangkat lipat mungkin menjadi strategi yang tepat. Pasalnya, penjualan ponsel lipat belum memenuhi ekspektasi, dan Samsung bahkan telah menurunkan proyeksi penjualannya di segmen ini.
Peluncuran ponsel tri-lipat juga diperkirakan terbatas, mengingat harga jualnya yang diperkirakan melebihi $2.000. Beberapa produsen lain bahkan telah menghentikan pengembangan ponsel lipat karena minimnya permintaan.
Samsung berencana merilis ponsel tri-lipat ini pertama kali di Korea Selatan, sebelum memperluas distribusinya ke pasar-pasar besar lainnya.
Namun, peluncuran secara global tampaknya tidak akan dilakukan. Diperkirakan akan butuh beberapa generasi lagi sebelum ponsel tri-lipat menjadi cukup terjangkau bagi konsumen umum.
Infografis Akhir Riwayat Ponsel Black Market di Indonesia
Advertisement
