Liputan6.com, Jakarta - Desingan peluru, dentuman bom, hingga kepulan asap, membuat suasana di Sudan mencekam. Perang saudara pecah di tengah ibadah puasa Ramadan.
Sejak baku serang antara kelompok paramiliter dan militer Sudan terjadi pada pertengahan April 2023, penduduk di Ibu Kota Khartoum diminta tetap tinggal di rumah. Situasi itu membuat persediaan makanan dan minuman menipis, bahkan pengeboman yang menghantam sejumlah infrastruktur utama seperti pipa air, membuat warga terpaksa mengonsumi air dari Sungai Nil.
Menurut catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), konflik bersenjata selama berminggu-minggu di Ibu Kota Khartoum, telah menewaskan 459 jiwa dan 4.072 orang terluka. 29 negara, termasuk Indonesia, telah mengevakuasi warganya dari Sudan untuk kembali ke Tanah Air.
Advertisement
Pemerintah Indonesia melakukan evakuasi WNI secara bertahap. "Evakuasi tahap pertama jumlahnya adalah 538 orang yang sudah berada di Kota Port Sudan. Terdapat tambahan 31 orang WNI yang tiba di Kota Port Sudan dari Provinsi lain, sehingga total evakuasi pertama jumlahnya adalah 569 orang," ujar Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi dalam press briefing virtual pada Rabu (26/4/2023).
"Dari 569 orang ini, 557 sudah melanjutkan perjalanan melalui laut ke Pelabuhan Jeddah dan telah tiba di Pelabuhan Jeddah pada hari ini 26 April sekitar pukul 10.00 WIB," imbuh Menlu Retno.
Sementara itu, sambung Menlu Retno, 12 orang lainnya yaitu 10 orang dari tim KBRI tetap tinggal sementara di Kota Port Sudan untuk membantu evakuasi tahap kedua. Plus ada 2 WNI yang saat ini masih menunggu penyelesaian dokumen perjalanan.
Selain itu, tim dari Kementerian Luar Negeri (Kemlu) yang dipimpin oleh Direktur PWNI saat ini juga sedang menyebrang dari Jeddah ke Kota Port Sudan untuk membantu evakuasi tahap 2 serta menyelesaikan segala urusan terkait evakuasi yang sangat rumit.
Evakuasi Tahap Dua
"Alhamdullilah, proses evakuasi tahap kedua dari Khartoum menuju kota Port Sudan telah tiba di Port Sudan melalui jalur darat dan tiba pada hari ini juga 26 April sekitar pukul 09.30 WIB."
Di dalam evakuasi tahap kedua ini, terdapat 328 WNI yang terdiri dari:
- Perempuan: 29 orang
- Anak- anak: 5 orang
- Laki-laki: 294 orang
Sebagian besar mereka adalah mahasiswa, terdapat pula PMI dengan keluarganya dan seorang tenaga profesional airlines.
"Keberangkatan mereka dipimpin oleh 4 staf KBRI Khartoum. Kalau yang tahap pertama dipimpin langsung oleh Dubes, yang tahap kedua ini dipimpin oleh tim dari KBRI yang jumlahnya 4 orang," ucap Menlu Retno.
"Mereka menggunakan 7 buah bus dan menempuh perjalanan yang sama dengan evakuasi tahap pertama yaitu dari Kota Khartoum melewati Atbara, kemudian kota Sawakin, dan kemudian ke Kota Port Sudan," papar Menlu Retno.
Selain WNI, sambung Menlu Retno, evakuasi tahap kedua ini kita juga membawa 7 WNA (Warga Negara Asing), yaitu 6 WN Australia dan 1 WN Sudan.
Menlu Retno menuturkan bahwa menurut data awal yang disampaikan olehnya, jumlah WNI yang tercatat di KBRI adalah 1.209 WNI.
Namun, sambungnya, setelah dilakukan pemutakhiran data, total WNI yang dapat dikontak dan tercatat jumlahnya adalah 937 WNI. Dengan rincian sebagai berikut:
- Jumlah yang sudah dievakuasi baik tahap 1 maupun tahap 2 adalah 897; (Dari 897 ini, 557 sudah tiba di Jeddah).
- Kemudian, terdapat pula 15 WNI yang telah melakukan evakuasi secara mandiri.
- 25 WNI menyatakan tidak ikut evakuasi karena alasan keluarga.
- Sedangkan WNI lain sudah tidak berada di Sudan karena sudah kembali ke Indonesia, sedang pulang mudik, atau sedang menjalankan umroh di Arab Saudi.
Setiba di Jeddah, kata Menlu Retno, para WNI ini akan beristirahat dan akan dipulangkan secara bertahap ke Indonesia.
"Para WNI tersebut, sekali lagi, akan dipulangkan ke Indonesia secara bertahap dalam waktu dekat, dan update mengenai kepulangan ke Indonesia akan saya sampaikan dalam waktu dekat pada kesempatan pertama," tuturnya lagi.
Retno mengakui, evakuasi WNI dari Sudan sangat tidak mudah. Evakuasi dilakukan di tengah pertempuran yang masih terus berlangsung.
"Saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada otoritas dan pihak-pihak yang ada di Sudan yang telah membantu kelancaran proses evakuasi via darat dari Khartoum ke kota Port Sudan. Selain itu, saya juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada pemerintah Saudi Arabia yang telah memfasilitasi jalur transportasi laut dari kota Port Sudan menuju Jeddah," pungkas Menlu Retno.
Perang Paramiliter Vs Militer Sudan
Perang saudara pecah di Sudan akibat masalah antara pasukan militer melawan paramiliter. Kekuatan paramiliter yang juga kuat membuat mereka dapat menghadapi angkatan bersenjata negara.
Namun, siapa sebenarnya kelompok paramiliter Rapid Support Forces (RSF)?
RSF merupakan kelompok paramiliter yang digunakan Presiden Omar Al-Bashir untuk menghancurkan pemberontak di Dafur pada tahun 2000-an.
Berdasarkan laporan Middle East Eye, Rabu (26/4/2023), RSF juga pernah dituduh melakukan kejahatan-kejahatan perang, seperti pembunuhan extrajudicial, pemerkorsaan, dan penyiksaan. Konflik yang terjadi di Dafur berdampak kepada 2,5 juta orang yang harus dipindahkan dan 300 ribu orang kehilangan nyawa.
Siapa RSF?
Pemimpin RSF adalah Mohamed Hamdan Dagalo (Hemeti) yang merupakan seorang jenderal. RSF kerap kali terlibat ke urusan sipil di Sudan, seperti penegakan hukum dan pengumpulan pajak.
Pada 2019, RSF ikut melawan Presiden Omar Al-Bashir yang didemo masyarakat.
Pada 2021, RSF dan Militer (Sudan Armed Force) berkolaborasi untuk melakukan kudeta terhadap Perdana Menteri Abdalla Hamdok, tetapi kedua pihak akhirnya pecah kongsi.
Bentrok RSF dan Militer
Konflik antara Jenderal Abdul Fattah Al-Burhan yang merupakan pemimpin militer dan Hemeti semakin meruncing dalam beberapa bulan terakhir.
Mereka pun melakukan negosiasi agar ada integrasi pada kedua belah pihak. Perjanjian harusnya ditandatangani pada 1 April 2023, tetapi ada masalah soal jadwal integrasi sehingga berujung konflik.
Menurut draf perjanjian tersebut, integrasi antara militer Sudan, RSF, dan mantan gerakan-gerakan pemberontak harus dilakukan dalam tempo 10 tahun. Akan tetapi, pihak militer ingin dua tahun saja. Ketegangan pun terjadi antara kedua pihak.
Konflik Militer Pecah pada April 2023
Menjelang pertengahan April 2023, militer Sudan memberikan teguran kepada RSF karena mereka melakukan mobilisasi tanpa persetujuan militer. Posisi mobilisasi RSF juga dekat dengan bandara strategis.
Pada Rabu 12 April, setidaknya ada 100 kendaraan RSF yang masuk ke kota Merowe yang berjarak sekitar 330 kilometer dari ibu kota Khartoum. Bandara di kota itu juga dikepung.
Middle East Eye melaporkan bahwa masyarakat merasa resah karena mobilitasi tersebut. Warga pun memilih diam di rumah.
Ketika konflik militer pecah pada 15 April 2023, warga asing pun juga terdampak, termasuk para WNI yang kesulitan mencari makanan.
Media Nigeria, The Pulse, melaporkan bahwa para mahasiswa Nigeria merasakan ketakutan, listrik sering mati, dan meminta untuk dievakuasi.
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi sempat berkata kesulitan untuk mengevakuasi para WNI karena situasi yang mencekam. Namun, ratusan WNI kini sudah berhasil diterbangkan keluar dari Sudan.
Negara-negara lain juga menyelamatkan warga mereka dari perang saudara di Sudan.
Saat ini, pihak RSF telah setuju untuk melakukan gencatan senjata selama tiga hari.
Advertisement
Penyebab Perang Saudara di Sudan
Dikutip dari laman BBC, Selasa (25/4/2023) penyebab perang Sudan bermula ketika negara tersebut dilanda kudeta tahun 2021. Sejak itu, Sudan dijalankan oleh dewan jenderal, yang dipimpin oleh dua orang petinggi militer, yang kemudian menjadi cikal bakal perselisihan ini.
Mereka adalah Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, kepala angkatan bersenjata dan presiden negara itu dan wakilnya serta pemimpin RSF, Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo, lebih dikenal dengan nama Hemeti.
Masalah utama adalah rencana untuk memasukkan sekitar 100.000 Rapid Support Forces (RSF) ke dalam tubuh tentara, dan siapa yang kemudian akan memimpin pasukan baru tersebut.
Mengapa dan Kapan Perang di Sudan Pecah?
Aksi penembakan menjadi pemicu konflik Sudan, tepatnya pada tanggal 15 April setelah ketegangan berhari-hari terjadi.
Kala itu, anggota RSF ditempatkan kembali di seluruh negeri dalam suatu tindakan yang dianggap oleh tentara negara sebagai bentuk ancaman.
Ada harapan bahwa pembicaraan dapat menyelesaikan situasi tetapi ini tidak pernah terjadi.
Masih diperdebatkan siapa yang melepaskan tembakan pertama tetapi pertempuran dengan cepat meningkat di berbagai bagian negara. Akibatnya, lebih dari 400 warga sipil tewas, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Mengapa Warga Sipil Terjebak?
Meskipun konflik tampaknya berada di bawah kendali instalasi, namun hal ini banyak menimbulkan efek besar, terutama di daerah perkotaan. Bahkan, warga sipil menjadi korban.
Tidak jelas di mana pangkalan RSF berada, tetapi anggota mereka kerap pindah ke daerah padat penduduk.
Angkatan udara Sudan telah melakukan serangan udara di ibu kota, sebuah kota berpenduduk lebih dari enam juta orang, yang kemungkinan besar telah menyebabkan korban sipil.
Beberapa gencatan senjata telah diumumkan untuk memungkinkan orang-orang melarikan diri dari pertempuran tetapi hal ini belum dipatuhi.
29 Negara Sudah Evakuasi Warganya dari Sudan
Berikut ini update daftar negara yang telah mengevakuasi warganya dari Sudan, berdasarkan informasi yang tersedia sejauh ini, mengutip Associated Press dan sejumlah sumber, Rabu (26/4/2023):
1. Indonesia
Menurut informasi Kemlu RI, otoritas Indonesia telah melakukan evakuasi tahap II dari konflik Sudan.
Evakuasi pertama dengan memindahkan warganya terlebih dahulu ke Jeddah, sebelum akhirnya tiba di Tanah Air. Ada 542 WNI sedang dalam perjalanan laut dari Port Sudan menuju Jeddah.
Sementara dalam evakuasi tahap II, kabarnya tengah berlangsung dari Khartoum ke Port Sudan terlebih dahulu.
2. Amerika Serikat
Penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan pada hari Senin bahwa Washington telah mulai memfasilitasi keberangkatan darat warga negara AS yang ingin meninggalkan Sudan dengan menggunakan aset intelijen, pengawasan dan pengintaian.
Sebelumnya, pemerintah AS memberi tahu sekitar 16.000 warga AS di Sudan bahwa mereka harus berjuang sendiri dan tidak akan ada evakuasi massal.
3. Inggris
Sekitar 1.200 tentara Inggris yang menjadi bagian dari operasi militer dari pangkalan udara utama Inggris di Pulau Siprus di Mediterania timur membantu mengevakuasi sekitar 30 staf diplomatik Inggris dan keluarga mereka keluar dari Sudan.
Pengaturan sedang dilakukan untuk menerbangkan para pengungsi pulang dari Siprus. Menteri Inggris untuk Afrika, Andrew Mitchell, mengatakan sekitar 2.000 warga Inggris yang masih berada di Sudan telah mendaftar ke kedutaan dan bahwa "perencanaan intensif" sedang dilakukan untuk "serangkaian kemungkinan evakuasi."
4. Prancis
Para pejabat mengatakan Prancis telah mengevakuasi 491 orang, termasuk warga negara dari 36 negara, dalam penerbangan ke Djibouti di Tanduk Afrika terdekat. Mereka termasuk 23 warga negara Sudan yang merupakan anggota keluarga atau memiliki hubungan lain dengan orang asing yang dievakuasi dan 38 warga negara Niger.
36 lainnya adalah warga negara Irlandia dan sembilan orang Amerika. Lainnya termasuk tiga orang yang terluka, duta besar Jerman dan beberapa duta besar asing lainnya.
5. Jerman
Empat pesawat angkut militer Jerman menerbangkan lebih dari 400 orang dari Sudan ke Yordania dari mana mereka akan menuju ke negara asal mereka. Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengatakan negaranya telah mengevakuasi warga dari 20 negara selain negaranya sendiri, dan akan berusaha untuk terus melakukannya, bahkan jika berakhirnya gencatan senjata pada Senin dapat memperumit situasi. Pemerintah Austria mengatakan 27 orang di antaranya adalah warga negara Austria.
6. Kanada
Menteri luar negeri Kanada, Melanie Joly, mengatakan Ottawa bekerja sama dengan "negara-negara yang berpikiran sama" untuk membantu setidaknya 1.600 warga negara yang secara resmi terdaftar di Sudan melarikan diri dari negara tersebut. Kanada menangguhkan layanan konsuler di Sudan pada Minggu 23 April, mengatakan diplomat Kanada akan "sementara bekerja dari lokasi yang aman di luar negeri."
7. Italia
Pesawat angkut C-130 Angkatan Udara Italia mengangkut sekitar 200 orang dari bandara Khartoum pada Minggu 23 April malam dan menerbangkannya ke Djibouti. Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani mengatakan mereka termasuk 140 orang Italia, beberapa orang Swiss, orang Eropa lainnya dan personel dari kedutaan Vatikan di Khartoum.
8. Spanyol
Spanyol mengatakan telah mengevakuasi sekitar 172 orang dari ibu kota Sudan ke Djibouti sejauh ini, termasuk 34 warga negara Spanyol dan warga Argentina, Kolombia, Irlandia, Italia, Meksiko, Portugal, dan Polandia.
9 dan 10. Swedia-Denmark
Swedia mengatakan 25 staf kedutaannya dan keluarga mereka termasuk di antara 388 orang yang diterbangkan pesawat Prancis ke Djibouti. Denmark mengatakan 15 warganya termasuk di antara kelompok itu.
11. Swiss
Kementerian Luar Negeri Swiss mengatakan pasukan Prancis telah mengevakuasi 12 warga negara Swiss ke Djibouti dan Mesir.
12. Finlandia
Menteri Luar Negeri Finlandia Pekka Haavisto mengatakan via twit bahwa 10 warga Finlandia, termasuk anak-anak, telah dievakuasi dari Khartoum. Dia mengatakan upaya sedang dilakukan untuk mengevakuasi orang lain yang masih berada di ibu kota Sudan.
13. Norwegia
Duta Besar Norwegia untuk Sudan Endre Stiansen telah men-twit bahwa dia dan dua rekannya berada "di tempat yang aman" di luar Sudan.
14. Polandia
Kementerian Luar Negeri Polandia mengatakan 11 warga Polandia – termasuk duta besar untuk Sudan, staf diplomatik dan warga negara – telah dievakuasi sebagai bagian dari upaya Prancis dan Spanyol.
15. Belanda
Sepasang pesawat Hercules C-130 angkatan udara Belanda telah terbang dari Sudan ke Yordania pada Senin 24 April, membawa sejumlah orang Belanda dan pengungsi lainnya yang dirahasiakan. Menteri Pertahanan Kajsa Ollongren mengatakan dalam sebuah tweet bahwa lebih banyak penerbangan telah direncanakan “bekerja sama erat dengan para mitra.”
16.Bulgaria
Kementerian Luar Negeri Bulgaria mengatakan 21 warga negara Bulgaria telah dievakuasi melalui darat ke Mesir atau melalui udara ke Eropa.
17. Turki
Pemerintah Turki mengatakan sedang mengevakuasi "ratusan" warganya melalui darat ke Ethiopia, dari mana mereka dijadwalkan akan diterbangkan ke Istanbul.
18. Yunani
Kementerian Luar Negeri Yunani mengatakan 15 warga negara Yunani dan anggota keluarga mereka telah dievakuasi ke Djibouti dengan bantuan Italia.
19. Jepang
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan delapan orang Jepang, termasuk pejabat kedutaan dan keluarga mereka, diterbangkan dari pangkalan udara di Khartoum utara oleh militer Prancis. Pasukan pertahanan Jepang telah mengevakuasi 45 orang lainnya ke Djibouti terdekat.
20. Afrika Selatan
Pemerintah Afrika Selatan mengatakan sedikitnya 77 warga negara Afrika Selatan, termasuk staf kedutaan, sedang dalam perjalanan keluar dari ibu kota Sudan.
21. Kenya
Kementerian Luar Negeri Kenya mengatakan 29 pelajar Kenya telah menyeberang ke Ethiopia dan sedang dalam perjalanan ke Nairobi, sementara angkatan udara memiliki pesawat angkut yang siap menerbangkan 18 pelajar yang sekarang dalam perjalanan menuju perbatasan Sudan Selatan. Dua pesawat lainnya diperkirakan akan mengangkut 300-400 warga Kenya ke Jeddah.
22. Palestina
Kementerian Luar Negeri dan Ekspatriat Palestina mengatakan sekitar 72 warga Palestina telah pindah ke Port Sudan, sementara konvoi kendaraan membawa sekitar 200 warga Palestina ke Mesir.
23. Korea Selatan
Korea Selatan mengatakan sebuah bus yang mengangkut sedikitnya 28 warga negaranya, termasuk staf kedutaan, telah memasuki bandara internasional Port Sudan di mana sebuah pesawat militer Korea Selatan menunggu untuk menerbangkan mereka ke Jeddah, Arab Saudi.
24. Yordania
Sekitar 343 warga negara Yordania yang dievakuasi dari Port Sudan tiba di bandara militer Amman dengan empat pesawat angkut.
25. Mesir
Kantor berita MENA milik pemerintah Mesir mengatakan negara itu mendesak lebih dari 10.000 warga Mesir di Sudan untuk menuju ke Port Sudan dan Wadi Halfa di utara untuk evakuasi. Bus yang membawa sejumlah warga Mesir yang dirahasiakan menyeberang ke Mesir dari perbatasan Arqin pada hari Senin.
26. Austria
Pemerintah Austria mengatakan 27 warga negara Austria dievakuasi bersama dengan pihak Jerman.
27 dan 28. Hungaria dan Rumania
Hungaria dan Rumania mengatakan warganya telah dievakuasi dengan bantuan asing.
29. Uni Eropa
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan bahwa lebih dari 1.000 warga Uni Eropa telah dievakuasi.
Advertisement