Liputan6.com, Seoul - Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol mengimbau agar komunitas internasional harus lebih serius lagi untuk mencegah program senjata nuklir Korea Selatan. Tekad internasional harus lebih kuat dari tekad program Korut.
"Sekarang saatnya untuk dengan jelas menunjukkan bahwa tekad komunitas internasional untuk mencegah program senjata nuklir Korea Utara lebih kuat, ketimbang keinginan Korea Utara untuk mengembangkan senjata nuklir," ujar Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol pada wawancara bersama AP News, dikutip Senin (10/7/2023).
Baca Juga
Ucapan Presiden Yoon itu dibuat sebelum ia menghadiri NATO Summit yang akan digelar di Vilnius, Lithuania. Ini adalah tahun kedua Yoon ikut pertemuan NATO tersebut. Ia pun berkomitmen akan mendukung kemerdekaan Ukraina.
Advertisement
Lebih lanjut, Presiden Yoon menjelaskan bahwa Korea Utara melakukan "tindakan-tindakan ilegal". Dokumen kerja sama baru NATO-Korea Selatan juga akan segera diterapkan di 11 area, termasuk non-proliferasi dan keamanan siber.
Pemerintah Korea Selatan mengestimasi bahwa Korea Utara sudah punya 60 nuclear warhead. Para pakar menyebut Korea Utara bisa menambah hingga 18 warhead baru tiap tahun.
Presiden Yoon merupakan tokoh politik konservatif yang kerap memberikan retorika yang cukup keras terhadap Kim Jong Un. Ini berbeda dari pendahulunya, Presiden Moon Jae In, yang lebih punya pendekatan yang lebih halus.
AP News menyebut diskusi Presiden Yoon diprediksi akan memunculkan protes dari Korea Utara.
Presiden Yoon menilai bahwa kekuatan internasional merupakan jaminan yang kuat terhadap program nuklir Korut. Ia berkata perdamaian baru bisa kuat jika didukung kekuatan.
"Sanksi-sanksi internasional terhadap Korea Utara memiliki efek untuk mencegah kemajuan kapabilitas nuklir dan misilnya," ujar Presiden Yoon.
* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Vladimir Putin Klaim Tak Perlu Pakai Senjata Nuklir di Perang Lawan Ukraina
Beralih ke konflik di Eropa, Rusia kembali menjadi sorotan karena mengirimkan senjata nuklir taktis ke Belarus yang notabene dekat dengan ibu kota Ukraina, Kyiv. Proses pengiriman akan berlangsung hingga akhir musim panas ini.
Dilansir New York Post, Sabtu (17/6), Presiden Belarus Alexander Lukashenko menyebut menyebut kekuatan senjata nuklir Rusia lebih besar ketimbang bom atom yang jatuh di Jepang saat Perang Dunia II.
Belarus merupakan sekutu dekat Rusia di Eropa. Sebelum invasi dimulai, militer Rusia juga mendekati Ukraina via Belarus.
Meski demikian, Presiden Vladimir Putin berkata tidak tertarik menggunakannya untuk menyerang Ukraina. Ia berkata akan memakai nuklir jika negaranya terancam.
"Senjata-senjata nuklir dibuat untuk memastikan keamanan kita dalam arti kata terluas dan eksistensi negara Rusia," ujar Presiden Putin di sebuah forum di St. Petersburg.
Ia berkata "tidak butuh" menggunakan senjata nuklir tersebut untuk menyerang Ukraina. Tetapi, Putin ogah mengurangi persediaan senjata nuklir seperti yang diinginkan negara-negara Barat.
"Kita punya lebih banyak dari negara-negara NATO dan mereka ingin kita mengurangi jumlah punya kita. Pergi saja mereka," ujar Putin.
Lebih lanjut, Presiden Putin berkata serangan balik Ukraina terhadap Rusia tidak memberikan hasil yang kuat. Militer Ukraina disebut menderita kekalahan besar dan "tidak punya peluang" melawan militer Rusia.
Advertisement