Penyelenggaraan Miss Korea 2024 Dikritik karena Pertanyaan Deepfake yang Mengejek Kejahatan Seksual

Kontes kecantikan Miss Korea 2024 dihujani kritik tajam akibat pertanyaan yang dianggap tidak peka mengenai deepfake, di tengah meningkatnya kejahatan seksual terkait teknologi tersebut di Korea Selatan.

oleh Dyah Ayu Pamela diperbarui 28 Sep 2024, 17:30 WIB
Diterbitkan 28 Sep 2024, 17:30 WIB
Ilustrasi Mahkota
Ilustrasi mahkota. (dok. Unsplash.com/@cotk_photo)

Liputan6.com, Jakarta - Kontes kecantikan Miss Korea 2024 menghadapi kecaman luas setelah sebuah pertanyaan kontroversial mengenai deepfake diajukan selama sesi tanya jawab pada 24 September 2024. Pertanyaan yang diajukan kepada para kontestan berbunyi, "Jika saya terlihat lebih menarik dalam video deepfake, bagaimana saya bisa menjembatani kesenjangan antara itu dan diri saya yang sebenarnya?"

Mengutip dari laman Koreaboo, Sabtu (28/9/2024), pertanyaan ini segera memicu ketidaknyamanan di kalangan pemirsa, yang merasa bahwa topik tersebut tidak peka dan meremehkan seriusnya kejahatan seksual yang melibatkan deepfake. Deepfake, teknologi yang memanfaatkan kecerdasan buatan untuk memanipulasi video dan gambar, telah menjadi alat yang sering disalahgunakan untuk menghasilkan konten seksual ilegal dan telah menimbulkan kekhawatiran besar di Korea Selatan.

Reaksi publik terhadap pertanyaan tersebut sangat keras, dengan banyak warganet yang berbondong-bondong ke akun Instagram resmi Miss Korea untuk mengungkapkan ketidakpuasan mereka. Sebagian besar kritik menyoroti bagaimana pertanyaan tersebut tampaknya mengabaikan dampak serius dari kejahatan seksual deepfake dan hanya memfokuskan pada standar kecantikan.

Pada awalnya, penyelenggara kontes kecantikan, Global E&B Co., tampak berusaha meredam kontroversi dengan menghapus komentar yang meminta penjelasan lebih lanjut. Namun, langkah ini hanya memperburuk situasi, dan akhirnya akun Instagram mereka membatasi komentar. Baru pada tanggal 26 September 2024, Global E&B Co. mengeluarkan permintaan maaf resmi di Instagram.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Penjelasan Penyelenggara Miss Korea

Ilustrasi kontes kecantikan
Ilustrasi kontes kecantikan. Photo by Kristal Terziu from Pexels

Dalam pernyataan mereka, Global E&B Co. menjelaskan bahwa maksud dari pertanyaan tersebut adalah untuk mendengar pandangan para kontestan mengenai penggunaan teknologi AI dalam berbagai bidang seperti film, iklan, dan pendidikan. Namun, mereka mengakui bahwa pilihan kata mereka tidak tepat, terutama mengingat masalah serius yang ditimbulkan oleh penyalahgunaan deepfake di Korea Selatan saat ini.

"Kami meminta maaf kepada para pemirsa dan kontestan yang merasa tidak nyaman dengan pertanyaan tersebut. Kami seharusnya lebih berhati-hati dalam memilih kata-kata, terutama mengingat kenyataan saat ini di mana 'deepfake' disalahgunakan untuk video seksual ilegal," tulis Global E&B Co. dalam pernyataan mereka. 

Penyelenggara pun berjanji untuk lebih berhati-hati di masa mendatang. Mereka akan memastikan bahwa pertanyaan-pertanyaan dalam kontes kecantikan mereka lebih sensitif terhadap isu-isu sosial yang sedang berlangsung.

Insiden ini akhirnya menyoroti betapa pentingnya kesadaran dan kepekaan terhadap isu-isu sosial dan teknologi dalam acara publik, terutama yang memiliki audiens luas seperti kontes kecantikan. Kejahatan seksual yang melibatkan deepfake adalah masalah serius yang memerlukan perhatian dan penanganan yang tepat, bukan sekadar bahan pertanyaan dalam kontes kecantikan. 


Polisi Korea Selidiki Kasus Deepfake

Latihan Militer AS Korea Selatan
Seorang petugas polisi Korea Selatan mengikuti latihan anti-teror sebagai bagian dari latihan militer Ulchi Freedom Shield antara AS dan Korea Selatan di stasiun kereta bawah tanah di Seoul, Korea Selatan, Selasa, 22 Agustus 2023. (AP Photo/Lee Jin-man)

Mengutip dari kanal Global Liputan6.com, kepolisian nasional Korea Selatan mengatakan pada Kamis, 19 September 2024, bahwa mereka berencana untuk menghabiskan dana hampir 7 juta dolar AS atau sekitar Rp106 miliar selama tiga tahun ke depan untuk bidang teknologi. Anggaran digunakan untuk memerangi deepfake, kloning suara, serta bentuk-bentuk penipuan seksual digital lainnya.

Deepfake porno mencakup konten eksplisit di mana wajah individu tertentu digabungkan secara digital ke gambar atau video porno lain menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan. CNA menulis pada Sabtu, 21 September 2024, dalam beberapa minggu terakhir, pihak berwenang telah mengungkap jaringan ruang obrolan Telegram yang kebanyakan dibuat dalam lingkup sekolah dan universitas.

Lewat jejaring itu, para penggunanya saling membagikan video porno deepfake yang menggambarkan siswa atau staf perempuan. Fenomena tersebut telah memicu kemarahan publik sekaligus memicu kebijakan dari Presiden Yoon Suk Yeol yang bersumpah untuk mengambil tindakan tegas.


Deepface Memicu Kekhawatiran

[FEATURE] polisi
Polisi menjaga unjuk rasa menyerukan larangan orang-orang China memasuki Korea Selatan di depan Kedutaan Besar Tiongkok, Seoul, Korea Selatan, Selasa (4/2/2020). Jika berkembang lebih jauh, virus corona mengakibatkan sesak napas dan berkembang lebih berat. (AP Photo/Ahn Young-joon)

Yoon mengatakan minggu lalu bahwa "masalah deepfake telah memicu kekhawatiran yang meluas, terutama di kalangan perempuan, karena merupakan kejahatan serius yang merusak keharmonisan sosial". "Saya telah mendesak kementerian terkait untuk mengambil tindakan tegas," sambung Yoon.

Badan Kepolisian Nasional Seoul mengatakan pada hari Kamis bahwa mereka sudah mengalokasikan 2,7 miliar won setahun hingga tahun 2027 untuk mengembangkan teknologi pembelajaran mendalam guna mendeteksi konten yang dibuat secara digital seperti deepfake dan kloning suara.

Di samping itu, mereka juga bakal menghabiskan dana hingga ratusan ribu dolar untuk meningkatkan perangkat lunak mereka saat ini guna memantau deepfake dan video lain yang dibuat dengan AI.

Korea Selatan sudah lama memerangi kekerasan seksual di dunia maya, tetapi menurut data resmi, kasusnya meningkat 11 kali lipat tahun ini dari tahun 2018.

Tetapi, tingkat penuntutan tetap suram. Dari tahun 2021 hingga Juli 2024, 793 kejahatan deepfake dilaporkan, tetapi hanya 16 orang yang ditangkap dan dituntut, dari data polisi yang diperoleh oleh seorang anggota parlemen.

Infografis 4 Rekomendasi Chatbot AI Terbaik. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Infografis 4 Rekomendasi Chatbot AI Terbaik. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya