Israel Naikkan Jumlah Sandera Hamas Jadi 199 Orang

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengakui akan ada penyelidikan terhadap kegagalan intelijen dan keamanan yang memungkinkan Hamas melancarkan serangan dahsyat pada Sabtu 7 Oktober 2023.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 16 Okt 2023, 22:39 WIB
Diterbitkan 16 Okt 2023, 22:39 WIB
Israel Bombardir Gaza Palestina
Bola api meletus saat Israel membombardir Kota Gaza, Palestina, Senin (9/10/2023). Israel memberlakukan pengepungan total di Jalur Gaza dan memutus pasokan air karena terus mengebom sasaran-sasaran di daerah kantong Palestina yang padat penduduknya sebagai tanggapan atas serangan mendadak Hamas yang disamakan dengan serangan 9/11. (MOHAMMED ABED/AFP)

Liputan6.com, Tel Aviv - Militer Israel kembali memperbarui informasi soal jumlah orang yang disandera Hamas. Terbaru, setidaknya ada 199 orang yang menurut mereka disandera di Gaza.

Jumlah terbaru ini merupakan peningkatan tajam dari sebelumnya yang dikonfirmasi militer Israel, yakni 126 orang. Kabar awal menyebutkan terdapat sekitar 150 orang yang disandera di Gaza.

Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Laksamana Muda Daniel Hagari pada Senin (16/10/2023) menyatakan bahwa mereka telah berkomunikasi dengan keluarga dari 199 sandera. Demikian seperti dilansir CNN.

Dalam pernyataan terbarunya, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan di Knesset bahwa bangsa Israel bersatu untuk meraih kemenangan. Dia mengakui akan ada penyelidikan terhadap kegagalan intelijen dan keamanan yang memungkinkan Hamas melancarkan serangan dahsyat pada Sabtu 7 Oktober 2023.

Lebih dari 1.400 orang di Israel tewas dalam serangan Hamas tersebut.

"Banyak pertanyaan seputar musibah yang menimpa kita 10 hari yang lalu. Kami akan menyelidiki setiap aspek secara keseluruhan," kata Netanyahu, seperti dikutip dari The Guardian.

"Bangsa ini bersatu menuju satu tujuan, kemenangan. Kita akan menang karena ini tentang keberadaan kita di wilayah ini, yang penuh dengan kekuatan gelap. Hamas adalah bagian dari poros jahat Iran dan Hezbollah. Mereka bertujuan menjerumuskan Timur Tengah ke dalam jurang kekacauan."

Netanyahu menambahkan, "Kini seluruh dunia memahami siapa yang dihadapi Israel. Mereka memahami bahwa Hamas mewakili Nazisme versi baru. Sama seperti dunia yang bersatu untuk mengalahkan Nazi dan ISIS, dunia juga harus bersatu untuk mengalahkan Hamas."

"Kami berkomitmen kepada seluruh keluarga. Kami tidak akan menyerah untuk membawa pulang saudara-saudara kami."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Inggris Dukung Israel tapi...

Israel Kepung Jalur Gaza Palestina
"Hukum kemanusiaan internasional sudah jelas: kewajiban untuk selalu berhati-hati untuk menyelamatkan penduduk sipil dan objek-objek sipil tetap berlaku selama serangan terjadi," tegas Turk dalam pernyataannya. (AP Photo/Ohad Zwigenberg)

Di Inggris, Perdana Menteri Rishi Sunak yang berpidato di hadapan Dewan Rakyat atau House of Commons menyerukan pembebasan segera semua sandera. Dia mengonfirmasi bahwa setidaknya enam warga negara Inggris tewas dalam serangan Hamas dan 10 orang lainnya hilang.

Dalam kesempatan yang sama, Sunak menyatakan bahwa Inggris mendukung hak Israel untuk mempertahankan diri dan mencegah serangan lebih lanjut. Namun, kata dia, hal tersebut harus dilakukan sejalan dengan hukum kemanusiaan internasional.

"Sebagai seorang teman, kami akan terus menyerukan Israel untuk mengambil segala tindakan pencegahan agar tidak merugikan warga sipil," ungkap PM Sunak, seperti dikutip dari BBC.

Sunak memastikan bahwa Inggris akan melakukan semua yang bisa dilakukan untuk menjaga stabilitas di kawasan dengan menggunakan semua alat diplomasi.


Tim AS Siaga di Mesir

Potret Pilu Anak-anak Palestina di Tengah Serangan Israel
Seorang anak berjalan pergi dengan barang-barang yang diselamatkan dari reruntuhan bangunan yang terkena serangan Israel di Rafah di Jalur Gaza selatan pada 15 Oktober 2023. (Photo by MOHAMMED ABED / AFP)

Sementara warga Amerika Serikat (AS) di Gaza menunggu pembukaan perbatasan Rafah, seorang pejabat senior Kementerian Luar Negeri AS mengatakan pada Senin bahwa Mesir memperingatkan ancaman keamanan akut yang menghalangi AS untuk menempatkan personelnya di sisi gerbang Mesir dalam upaya membantu warga AS untuk berhasil melewatinya.

Penyeberangan Rafah adalah satu-satunya titik masuk dan keluar dari Gaza yang tidak dikontrol oleh otoritas Israel.

"Mesir telah mengatakan kepada kami bahwa ada ancaman keamanan akut di sana yang dapat mencegah (penempatan personel AS)," kata pejabat tersebut seperti dilansir CBS News, seraya menambahkan bahwa AS memiliki tim di Ismailia yang akan berada sedekat mungkin dengan perbatasan jika kondisinya memungkinkan.

Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri AS mengatakan pada Sabtu (14/10) bahwa AS sedang berupaya mengamankan jalan keluar yang aman bagi sekitar 500-600 warga AS dari Gaza.

Kementerian Luar Negeri AS dilaporkan telah mengatakan kepada warganya bahwa mereka diharapkan bergerak lebih dekat ke perbatasan Rafah jika memang kondisinya aman.

Infografis Perang Hamas Vs Israel Kembali Berkecamuk. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Infografis Perang Hamas Vs Israel Kembali Berkecamuk. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya