Liputan6.com, Kyiv - Investigasi media Amerika Serikat dan Jerman menyorot keterlibatan seorang komandan Ukraina dalam penyerangan pipa gas Nord Stream pada September 2022. Tidak ada yang mau mengaku siapa yang melakukan serangan.
Pipa gas Nord Stream itu berfungsi mengalirkan gas dari Rusia ke Eropa. Gas merupakan salah satu sumber daya penting Rusia, dan negara itu membantah bahwa mereka yang menyerang Nord Stream.
Baca Juga
Laporan The Washington Post dan Der Spiegel menyebut nama Roman Chervinsky, komandan Pasukan Operasi Khusus Ukraina. Chervinsky disebut sebagai "koordinator" dari serangan tersebut.
Advertisement
Informasi itu berasal dari sejumlah pejabat dari Ukraina dan Eropa yang berbicara secara anonim.
Dilansir France24, Minggu (12/11/2023), Chervinsky dikatakan mengawasi logistik dan mendukung tim enam orang untuk menarget Nord Stream. Tim itu menyewa kapal dengan identitas palsu.
Kemudian, mereka menyelam untuk menaruh peledak di saluran pipa gas tersebut. Ledakan itu merusak tiga dari empat gas Nord Stream 1 dan Nord Stream 2, sehingga gas bocor ke Laut Baltik.
Chervinsky juga ternyata diduga mendapatkan perintah dari pejabat Ukraina yang lebih senior.
Hal itu dibantah oleh pengacara yang bersangkutan dan dinilai sebagai propaganda Rusia.
"Semua spekulasi terkait keterlibatan saya dalam serangan kepada Nord Stream disebarkan oleh propaganda Rusia tanpa basis apa pun," ujarnya dalam pernyataan.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky juga berkali-kali membantah bahwa negaranya ada di balik sabotase Nord Stream.
Akan tetapi, serangan ke Nord Stream itu dilaporkan sengaja tidak melaporkan Zelensky. The Washington Post dan Der Spiegel berkata pihak pemerintah Ukraina menolak berkomentar terkait laporan ini.
Saat ini, Chervinsky sendiri sedang menunggu persidangan karena tuduhan penyalahgunaan kekuasaan saat ia mencoba mengajak pilot Rusia untuk berkhianat. Tetapi, Chervinsky menyebut ia disidang karena mengkritik Zelensky.
Jokowi dan Volodymyr Zelenskyy Diskusi Via Telepon, Formula Perdamaian Ukraina hingga Konflik Israel-Palestina Disorot
Sebelumnya dilaporkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan komunikasi via telepon dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada Rabu (9/11/2023), yang utamanya membahas konflik di Timur Tengah, antara Israel dengan kelompok militan Palestina Hamas saat ini.
"Kemarin adalah hari yang sangat penting untuk kedua negara kita. Presiden Joko Widodo dan Presiden Volodymyr Zelenskyy melakukan diskusi singkat namun sangat berarti," kata Duta Besar Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin dalam pernyataan pers secara virtual, Kamis (10/11).
Kedua presiden tersebut, sebut Dubes Vasyl, membahas konflik di Timur Tengah serta masalah kemanusiaan di sana.
"Saya pikir kita berada di posisi yang sama dalam hal kemanusiaan. Masalah kemanusiaan dan keadilan menjadi isu penting yang dibahas secara serius," sambungnya.
Lebih lanjut, Vasyl mengatakan bahwa kedua presiden kemungkinan membahas inisiatif Ukraina soal Formula Perdamaian (Peace Formula), yang sebelumnya juga sempat dibahas dalam KTT G20 di Bali.
Dilansir dari laman resmi kepresidenan Ukraina, kedua pemimpin negara -Indonesia dan Ukraina- disebutkan memang membahas implementasi Formula Perdamaian Ukraina itu.
Zelenskyy menyampaikan tiga keberhasilan pertemuan tingkat penasehat keamanan nasional dan penasehat politik kepala negara mengenai implementasi Formula Perdamaian dan persiapan KTT Perdamaian Global atau Global Peace Summit.
Dalam sambungan telepon dengan Jokowi, Zelenskyy pun mengundang Indonesia untuk ikut serta dalam KTT Perdamaian Global atau Global Peace Summit.
Selain itu, Volodymyr Zelenskyy mencatat bahwa meskipun ada upaya Rusia untuk menghalangi navigasi sipil di Laut Hitam, Ukraina tetap menjadi penjamin keamanan pangan global.
Lebih jauh, Zelenskyy juga mengundang Jokowi untuk bergabung dalam inisiatif kemanusiaan global "Grain from Ukraine" dan mengambil bagian dalam pertemuan puncak terkait pada bulan November.
Advertisement
Zelensky: Perang Hamas Vs Israel Mengalihkan Fokus dari Perang Ukraina
Perang Hamas Vs Israel menghilangkan fokus konflik di Ukraina. Hal tersebut diakui Presiden Volodymyr Zelensky.
Zelensky mengatakan itu adalah salah satu tujuan Rusia, yang melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina pada Februari 2022. Dia membantah bahwa pertempuran di Ukraina telah menemui jalan buntu.
Berbicara pada Sabtu (4/11/2023) di Kyiv dengan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen yang sedang berkunjung, Zelensky menuturkan, "Jelas bahwa perang di Timur Tengah mengalihkan fokus dari Ukraina."
Menurutnya Rusia ingin fokus terhadap perang Ukraina dilemahkan.
"Semua orang mulai lelah dan ada pendapat berbeda," tutur Zelensky seperti dilansir BBC, Minggu (5/11), ketika diminta mengomentari penilaian panglima militer Ukraina Valery Zaluzhny pekan ini bahwa perang Ukraina kini bergerak ke tahap posisional atau statis sehingga akan menguntungkan Rusia dengan memungkinkannya membangun kembali kekuatan militernya.
Dia menambahkan, "Tetapi ini bukan jalan buntu."
Rusia pada Kamis juga mengomentari penilaian Zaluzhny. Juru bicara Presiden Vladimir Putin mengungkapkan bahwa situasi medan perang saat ini bukanlah jalan buntu.
"Semua tujuan (perang) yang ditetapkan harus dicapai," kata Dmitry Peskov.
Peskov melanjutkan, Ukraina harus menyadari bahwa bahkan membicarakan prospek kemenangan rezim Zelensky di medan perang adalah hal yang tidak masuk akal.
Ukraina Butuh Pesawat Tempur
Zelensky mengakui bahwa Rusia "mengendalikan langit" dan Ukraina sangat membutuhkan pesawat tempur F-16 buatan Amerika Serikat (AS) dan pertahanan anti-pesawat canggih untuk mengubah situasi.
Presiden Ukraina menolak laporan media bahwa dia mendapat tekanan yang semakin besar untuk mempertimbangkan negosiasi dengan Rusia.
"Saat ini, tidak ada seorangpun di antara para pemimpin Uni Eropa, AS, dan negara-negara lain –mitra kami– yang memberikan tekanan kepada kami untuk duduk berunding dengan Rusia, dan memberikan sesuatu kepada Rusia. Hal ini tidak akan terjadi," tegasnya.
Presiden Putin telah berulang kali mengklaim bahwa serangan balasan Ukraina gagal, sementara Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengatakan pekan ini bahwa Kyiv kalah perang meskipun ada pasokan senjata baru dari sekutu NATO.
Terkait perkembangan lainnya, intelijen pertahanan Inggris menyebutkan dalam laporan terbarunya pada Sabtu bahwa Rusia kemungkinan kehilangan sekitar 200 kendaraan lapis baja selama serangannya di Kota Avdiivka di Donbas, Ukraina timur.
"Masuk akal bahwa Rusia telah menderita beberapa ribu korban personel di sekitar kota tersebut sejak awal Oktober 2023. Kepemimpinan Rusia terus menunjukkan kesediaan untuk menerima kehilangan banyak personel demi keuntungan teritorial yang kecil," ujar laporan itu.
Rusia dalam beberapa pekan terakhir dilaporkan berusaha menyerang wilayah timur dan timur laut Ukraina - namun militer Ukraina mengklaim semua serangan berhasil ditepis.
Advertisement