Liputan6.com, Vatican City - Paus Fransiskus batal menghadiri Konferensi Iklim COP28 di Dubai karena alasan kesehatan. Vatikan mengungkap bahwa para dokter khawatir dengan gejala mirip flu yang dialaminya baru-baru ini.
Awalnya, Paus Fransiskus yang kini berusia 86 tahun itu akan menjadi Paus pertama yang menghadiri acara PBB tersebut sejak pertama kali diadakan pada tahun 1995.
Baca Juga
Selama 10 tahun masa kepausannya, ia juga menjadikan perlindungan lingkungan sebagai salah satu landasan kepemimpinannya.
Advertisement
Dengan ketidakhadiran Paus Fransiskus dari konferensi yang dimulai pada Kamis (30/11/2023) itu, konferensi COP28 akan kehilangan tokoh penting yang mendukung lingkungan hidup, otoritas moral yang diakui di panggung global yang kata-katanya diyakini dapat mendorong para pemimpin untuk mengambil tindakan nyata.
"Meskipun gambaran klinis umum Paus Fransiskus telah membaik sehubungan dengan kondisinya yang mirip flu dan peradangan saluran pernapasan, para dokter telah meminta Paus untuk tidak melakukan perjalanan yang direncanakan untuk kunjungan beberapa hari mendatang ke Dubai," ungkap Juru Bicara Vatikan Matteo Bruni, seperti dilansir The Guardian, Selasa (29/11).
"Paus Fransiskus menerima permintaan dokter dengan sangat menyesal dan perjalanan tersebut dibatalkan," sambungnya.
Bruni – yang beberapa jam sebelumnya telah menyampaikan pada pengarahan bahwa Paus akan hadir – menambahkan bahwa dia masih ingin menjadi bagian dari diskusi di Dubai, tanpa menjelaskan caranya secara spesifik.
Sebelumnya pada Sabtu (25/11), Paus Fransiskus juga telah membatalkan sebuah acara karena sedang mengalami gejala flu ringan.
Paus Fransiskus, yang berusia 87 tahun bulan depan, telah mengalami sejumlah masalah kesehatan dalam beberapa tahun terakhir, mulai dari nyeri lutut dan pinggul hingga radang usus besar dan yang terbaru, operasi hernia pada bulan Juni.
Rencana Awal Paus Fransiskus di COP28
Sebagai pemimpin dari 1,3 miliar umat Katolik di dunia, yang lebih dari setengahnya tinggal di negara berkembang, Paus Fransiskus telah lama menekankan hubungan antara krisis iklim dan kemiskinan, dimana kelompok paling terpinggirkan di dunia harus menanggung akibat paling besar dari pemanasan global.
Di Dubai, Paus diperkirakan akan menggunakan platform ini untuk mengecam negara-negara karena kurangnya tindakan terhadap krisis iklim, dan berupaya membujuk mereka untuk mengurangi emisi gas rumah kaca secara signifikan.
Ia juga diharapkan berperan dalam membangun kembali kepercayaan, antara negara-negara yang rentan terhadap perubahan iklim dan negara-negara kaya yang menghasilkan polusi akibat konsumerisme.
Advertisement
Peringatan Paus Soal Masalah Iklim Global
Adapun pidato Paus Fransiskus kepada para pemimpin dunia di COP28 disampaikan hanya beberapa minggu setelah ia menerbitkan sebuah teks pada bulan Oktober yang memperingatkan bahwa dunia sedang "runtuh" dan mendekati "titik puncaknya" akibat pemanasan global.
Peringatan tersebut – yang mengungkapkan rasa frustrasinya atas tanggapan pemerintah yang tidak memadai terhadap krisis iklim – merupakan tindak lanjut dari tesisnya pada tahun 2015 tentang lingkungan hidup, Laudato Si (Praise Be To You), sebuah kritik penuh semangat terhadap perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia dan dampaknya di seluruh dunia berdasarkan sains.
Hal ini diyakini telah berkontribusi terhadap terobosan dalam perundingan iklim PBB di Paris beberapa bulan kemudian, ketika negara-negara berkomitmen untuk membatasi pemanasan “jauh di bawah” dua derajat Celcius di atas tingkat pra-industri, dan sebaiknya batas yang lebih aman yaitu 1,5 derajat Celcius.
Paus Fransiskus menulis pada bulan Oktober bahwa pembicaraan COP28 dapat “mewakili perubahan arah” jika para peserta membuat perjanjian yang mengikat, mengenai peralihan dari bahan bakar fosil ke sumber energi bersih seperti angin dan matahari.
Selain berpidato di hadapan para pemimpin dunia, Paus Fransiskus juga diperkirakan akan meresmikan paviliun keagamaan yang pertama di COP, sebagai tanda meningkatnya keterlibatan agama dalam isu-isu iklim.
Joe Biden dan Xi Jinping Juga Absen
Sementara itu, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping tidak berencana menghadiri acara yang berlangsung selama dua minggu itu.
COP28 bertujuan untuk mengarahkan pemerintah di seluruh dunia agar mendukung Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) dan target Perjanjian Paris tahun 2015 untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri.
Kedua negara akan mengirimkan perwakilan tingkat tinggi. Mantan Menteri Luar Negeri AS John Kerry, utusan khusus pemerintahan Biden untuk perubahan iklim, akan hadir dalam acara tersebut. Utusan iklim China, Xie Zhenhua, juga diperkirakan akan hadir.
Advertisement