Ini Alasan Maroko Pertimbangkan Putus Hubungan Diplomatik dengan Israel

Ada alasan pemerintah Maroko mempertimbangkan upaya pemutusan hubungan Rabat dengan Tel Aviv.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 11 Jan 2024, 13:02 WIB
Diterbitkan 11 Jan 2024, 13:02 WIB
Puluhan ribu orang di Maroko berunjuk rasa untuk mendukung warga Palestina
Ribuan pengunjuk rasa turun ke jalan di beberapa ibu kota Timur Tengah untuk mendukung warga Palestina di tengah serangan udara Israel di Gaza sebagai pembalasan atas serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober. (FADEL SENNA / AFP)

Liputan6.com, Rabat - Invasi Israel ke Jalur Gaza, menjadi alasan pemerintah Maroko mempertimbangkan upaya pemutusan hubungan Rabat dengan Tel Aviv.

Dikutip dari laman Middle East Monitor, Kamis (11/1/2024), juru bicara pemerintah Maroko, Mustafa Baytas, menegaskan bahwa pemerintah siap untuk memusyawarahkan petisi masyarakat.

5.000 petisi dari masyarakat berhak dipertimbangkan oleh pemerintah Maroko.

Petisi menjadi salah satu cara rakyat Maroko untuk menuntut pemerintah untuk mengambil kebijakan publik atau membatalkan kesepakatan.

Pada November 2023 lalu, demonstrasi juga terjadi di Maroko yang menolak normalisasi diplomatik dengan Israel.

Maroko melakukan normalisasi hubungan diplomasi dengan Israel pada 2020 setelah Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Sudan melakukannya terlebih dahulu.

Negara-negara itu sepakat menjalin diplomasi karena upaya pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Arab Saudi Masih Lirik Israel untuk Normalisasi Hubungan Diplomatik

Ilustrasi bendera Arab Saudi. (Usnplash)
Ilustrasi bendera Arab Saudi. (Usnplash)

Pangeran Kerajaan Arab Saudi mengungkap bahwa masih ada potensi normalisasi hubungan diplomatik antara Saudi dan Israel setelah perang di Jalur Gaza usai. Dan ternyata, hubungan diplomatik hampir pulih sebelum akhirnya perang pecah di Jalur Gaza.

Hal itu diungkap oleh Pangeran Khalid bin Bandar yang merupakan duta besar Arab Saudi untuk United Kingdom.

Dilaporkan BBC, Rabu (10/1), Pangeran Khalid berkata Arab Saudi masih percaya dengan terwujudnya hubungan diplomatik dengan Israel, meski Arab Saudi juga mengecam tingginya korban jiwa di Jalur Gaza. Pangeran Khalid juga berkata tidak ingin kerja sama itu merugikan rakyat Palestina.

Selain itu, Pangeran Khalid meminta kepada United Kingdom agar mengambil "posisi moderat" dan "memperlakukan Israel dengan cara yang sama seperti memperlakukan yang lain".

 


Titik Buta Kelakuan Israel

Ilustrasi bendera Arab Saudi (AFP Photo)
Ilustrasi bendera Arab Saudi (AFP Photo)

Pangeran Khalid menilai adanya titik buta soal kelakuan Israel bisa mempersulit perdamaian.

Pada September lalu, Pangeran Mohammed bin Salman berkata isu Palestina "sangatlah penting" dan kesepakatan dengan Israel mesti memberikan dampak baik kepada rayat Palestina.

Tetapi pada awal Oktober, perang pecah antara Hamas dan Israel di Jalur Gaza.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken yang pada Senin kemarin baru bertemu Pangeran MbS. Blinken berkata ada ketertarikan normalisasi antara Saudi dan Israel, namun denga syarat.

"Tetapi itu membutuhkan agar konflik berakhir di Gaza, dan itu juga jelas membutuhkan adanya jalan praktis kepada kenegaraan Palestina," kata Blinken.

INFOGRAFIS_Jalur Gaza terbagi atas lima kegubernura
INFOGRAFIS_Jalur Gaza terbagi atas lima kegubernura (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya