Liputan6.com, Jakarta - Mantan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, Jumat (9/2), mengatakan dia berjanji akan membatalkan semua pembatasan penggunaan senjata yang diterapkan oleh Presiden Joe Biden, jika dia terpilih kembali.
Kandidat unggulan Partai Republik dalam Pemilihan Presiden 2024 tersebut mengklaim dia sudah berupaya keras melindungi hak-hak penggunaan senjata ketika dia berkuasa di Gedung Putih, dikutip dari laman VOA Indonesia, Selasa (13/2/2024)
Baca Juga
Trump berbicara di hadapan ribuan pendukungnya di sebuah acara yang diselenggarakan oleh National Rifle Association (NRA). Ia berjanji untuk membatalkan aturan yang membatasi penjualan aksesori senjata yang dikenal sebagai penyangga pistol dan peraturan lain yang diberlakukan oleh pemerintahan Joe Biden.
Advertisement
“Setiap serangan Biden terhadap pemilik dan produsen senjata akan dihentikan pada minggu pertama saya kembali menjabat, mungkin hari pertama saya,” kata Trump dalam pidatonya di acara Great American Outdoor di Harrisburg, ibu kota Pennsylvania.
NRA dengan antusias mendukung Trump selama Pemilu 2016. Selama pemerintahannya, Trump menunjuk tiga hakim konservatif ke Mahkamah Agung dan mengadopsi serangkaian langkah yang diminta oleh kelompok lobi senjata yang berpengaruh. Hal tersebut ermasuk menetapkan toko senjata api sebagai bisnis penting selama pandemi COVID-19, sehingga memungkinkan mereka untuk tetap buka.
Dengan memandang pentingnya dukungan dari pemilik senjata yang konservatif untuk peluangnya memenangkan kembali pemilihan, Donald Trump terus aktif merayu mereka. Dia menyatakan kepada massa pada jika dia terpilih kembali, "tidak ada yang akan menyentuh senjata api Anda".
Pembatasan Senjata di Masa Jabatannya
Dia juga membanggakan penolakannya terhadap tekanan untuk menerapkan pembatasan senjata selama masa jabatannya di Gedung Putih dari 2017 hingga 2021.
"Selama empat tahun saya tidak terjadi apa-apa, dan ada tekanan besar kepada saya karena berkaitan dengan senjata. Kami tidak melakukan apa pun, kami tidak menyerah," kata Trump.
Partai Republik, dengan dukungan dari NRA dan kelompok hak senjata lainnya, sebagian besar menentang undang-undang yang lebih tegas dengan mengutip hak untuk memiliki senjata yang diakui dalam Amandemen Kedua Konstitusi AS. Sikap itu tetap teguh bahkan di tengah serangkaian penembakan massal yang terus-menerus. Padahal AS tercatat sebagai negara dengan tingkat kematian akibat senjata api tertinggi di antara negara-negara maju.
Pada pidatonya yang kedelapan di hadapan massa NRA, Trump mendesak para pendukungnya untuk "membanjiri" jajak pendapat pada November, sebuah pengakuan bahwa ia memerlukan kondisi medan pertempuran yang ia kalahkan pada 2020 jika ia ingin merebut kembali Gedung Putih.
Advertisement