Rusia Pantau Susunan Kabinet Donald Trump

Donald Trump akan dilantik sebagai presiden ke-47 AS pada 20 Januari 2025.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 16 Nov 2024, 12:07 WIB
Diterbitkan 16 Nov 2024, 12:07 WIB
KTT G20 Donald Trump-Vladimir Putin
Presiden AS, Donald Trump (kanan) berbincang dengan Presiden Rusia Vladimir Putin saat bertemu di KTT G20, di Hamburg, Jerman (7/7/2017). Pertemuan pemimpin negara adidaya ini untuk memperbaiki hubungan kedua negara. (Dok. AFP Photo/Sputnik/Mikhail Klimentiev)

Liputan6.com, Moskow - Kremlin pada hari Kamis (14/11/2024) mengatakan Rusia sedang memantau pembentukan pemerintahan periode kedua presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

"Kami tentu memantau ini, tapi percayalah, ini bukan prioritas utama kami. Masih terlalu dini untuk membicarakan apa pun saat ini," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov seperti dikutip dari Anadolu, Sabtu (16/11).

Menyangkal adanya pembicaraan antara Presiden Vladimir Putin dan Trump, Peskov mengatakan masih terlalu dini untuk membicarakan apakah hambatan kerja sama di markas PBB di New York akan dihapus selama masa jabatan kedua Trump.

"Itu bukan satu-satunya pertanyaan yang dapat diajukan kepada pihak Amerika Serikat. Masalah yang memicu ketegangan antara Moskow dan Washington sangat banyak, jadi akan salah jika hanya satu masalah yang dianggap sebagai prioritas," tambah Peskov.

Perdana Menteri Rusia Mikhail Mishustin pada hari Rabu (13/11) bertemu dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres di Baku dan menyatakan keprihatinan tentang pembatasan visa yang diberlakukan oleh AS terhadap perwakilan Rusia di PBB.

Trump, telah menominasikan sejumlah orang untuk mengisi kabinetnya, termasuk Marco Rubio sebagai menteri luar negeri dan Pete Hegseth sebagai menteri pertahanan. Namun, sejumlah orang yang dipilih Trump masih harus mendapat konfirmasi Senat.

Beralih ke laporan media yang mengklaim Putin membahas situasi di Ukraina dengan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed Bin Salman, Peskov membenarkan bahwa topik tersebut disinggung selama pembicaraan telepon mereka pada hari Rabu.

Menanggapi pernyataan Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov, yang mengatakan delegasi resmi Rusia kesulitan terbang ke luar negeri karena pesawat mereka mengalami masalah pengisian bahan bakar akibat beberapa perusahaan menolak memberikan layanan lantaran takut terkena sanksi, Peskov mengatakan masalah ini juga yang memengaruhi keputusan perjalanan luar negeri presiden.

Mengomentari laporan yang menyebutkan beberapa produsen mobil Barat dan Jepang akan kembali ke Rusia, Peskov menuturkan bahwa semua negara bersikap pragmatis dan akan membuat pengecualian terhadap pembatasan demi kepentingan mereka. Beberapa perusahaan meninggalkan Rusia setelah perang Ukraina dimulai pada 2022.

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya