PBB Khawatir Konflik Israel-Lebanon Makin Memanas

Juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Stéphane Dujarric khawatir dengan kondisi keamanan di Lebanon.

oleh Tim Global diperbarui 16 Feb 2024, 11:05 WIB
Diterbitkan 16 Feb 2024, 11:05 WIB
Bendera Lebanon. (Unsplash/ Charbel Karam)
Ilustrasi bendera Lebanon. (Unsplash/ Charbel Karam)

Liputan6.com, Beirut - Juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Stéphane Dujarric, pada Rabu (14/2), mengatakan telah mendapat informasi dari Misi Penjaga Perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) tentang "pergeseran situasi yang mengkhawatirkan terkait baku tembak antara Angkatan Bersenjata Israel dan kelompok-kelompok bersenjata di negara itu, termasuk yang menarget daerah-daerah yang jauh dari Garis Biru atau Blue Line."

"Garis Biru" atau "Blue Line" adalah garis demarkasi yang memisahkan Lebanon dari Israel dan Dataran Tinggi Golan. Garis tersebut ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 7 Juni 2000 untuk menentukan apakah Israel telah sepenuhnya mundur dari Lebanon. Garis itu digambarkan sebagai "sementara" dan "bukan perbatasan, tetapi "garis penarikan."

Dujarric mengatakan "pelanggaran gencatan senjata sejak 8 Oktober lalu telah merenggut banyak korban jiwa dan menyebabkan kerusakan yang signifikan pada rumah-rumah sipil dan infrastruktur publik. Eskalasi yang terjadi baru-baru ini merupakan tindakan yang berbahaya dan harus dihentikan."

Ia menambahkan, "Misi Pasukan Penjaga Perdamaian PBB di Lebanon atau UNIFIL terus terlibat penuh dengan para pihak [yang bertikai] untuk mengurangi ketegangan dan terus melaksanakan mandatnya," dikutip dari VOA Indonesia, Jumat (16/2/2024).

"Pasukan penjaga perdamaian tetap beroperasi di lapangan meskipun ada peningkatan risiko dan tantangan,” ujarnya.

Ia kembali mengulangi seruan kepada seluruh pihak untuk melakukan gencatan senjata dan bekerja untuk mencapai solusi diplomatik.

Balas Serangan ke Markas Militer, Israel Gempur Hizbullah di Lebanon dan Tewaskan 7 Warga Sipil

Pada Rabu 14 Februari 2024 pagi, sirene terdengar di seluruh Israel utara ketika rentetan roket ditembakkan ke arah komunitas perbatasan Netua dan Manara, dan Kota Safed, yang berjarak 14 km (9 mil) selatan perbatasan.

Seorang tentara Israel tewas dan tujuh lainnya terluka setelah markas militer mereka di Safed terkena serangan roket, kata media dan layanan darurat Israel seperti dikutip dari BBC, Kamis (15/2/2024). 

Tentara yang tewas itu kemudian diidentifikasi sebagai Staf-Sersan Omer Sarah Benjo.

Sebuah video kemudian menunjukkan roket lain mendarat di dekat gerbang rumah sakit Safed.

Hizbullah kemudian mengklaim bahwa mereka telah menyerang "posisi musuh" di Safed "untuk mendukung rakyat dan perlawanan terhadap Gaza yang menjadi sasaran agresi brutal Zionis dengan lampu hijau AS".

Sore harinya, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengumumkan bahwa jet tempur telah "menyerang serangkaian sasaran teror Hizbullah" di Lebanon yakni Souaneh, Aadchit, Jabal al-Braij, Kfar Houneh dan Kfar Dunin sebagai tanggapan atas tembakan roket tersebut.

"Di antara target yang diserang adalah kompleks militer, ruang kendali operasional, dan infrastruktur teror," kata IDF, seraya menambahkan bahwa beberapa target adalah milik Pasukan Radwan elit Hizbullah, yang anggotanya yang terlatih dianggap sebagai pasukan khusus kelompok tersebut.

Setidaknya tujuh warga sipil tewas dalam serangan Israel di Lebanon, kata sumber keamanan, setelah tembakan roket Hizbullah menewaskan seorang tentara di Israel.

Rincian Korban Serangan Balasan Israel ke Lebanon

Serangan roket dari Lebanon menargetkan beberapa wilayah di Israel utara, termasuk Kota Safed. (AFP)
Serangan roket dari Lebanon menargetkan beberapa wilayah di Israel utara, termasuk Kota Safed. (AFP)

Seorang wanita dan dua anak terbunuh di Souaneh, dan setidaknya empat anggota keluarga kemudian dibunuh di Nabatieh.

National News Agency (NNA) yang dikelola pemerintah Lebanon mengatakan serangan terhadap sebuah rumah di Souaneh menewaskan seorang wanita Suriah, Rawaa al-Mohammed, dan kedua putranya, Hassan Mohsen (13), dan Amir Mohsen (2).

Pada Rabu (14/2) malam, sumber keamanan mengatakan kepada AFP bahwa empat anggota keluarga yang sama, termasuk dua wanita, tewas dalam serangan berikutnya. Sumber tersebut mengatakan mereka tidak memiliki hubungan dengan Hizbullah.

"Seperti yang telah kami jelaskan berkali-kali, Israel tidak tertarik pada perang di dua front. Namun jika terprovokasi, kami akan merespons dengan tegas,” kata juru bicara pemerintah Israel Ilana Stein kepada kantor berita Reuters.

"Kenyataan saat ini, di mana puluhan ribu warga Israel mengungsi [di utara] dan tidak dapat kembali ke rumah mereka, sungguh tidak tertahankan. Mereka harus dapat kembali ke rumah mereka dan hidup dalam damai dan aman."

Sementara itu, beredar video dari kota menunjukkan warga memeriksa puing-puing setidaknya satu bangunan yang hancur dan puing-puing mobil yang terbakar.

Hizbullah mengatakan setidaknya dua anggotanya juga tewas dalam serangan di Lebanon selatan. 

Menurut NNA, satu orang tewas di Aadchit adalah Hassan Ali Najm, seorang anggota Hizbullah yang kematiannya dikonfirmasi oleh kelompok tersebut dalam sebuah pernyataan di Telegram. Selain itu, di kota tersebut dilaporkan 10 orang lainnya terluka.

Klaim Ancam Saling Serang Israel Vs Lebanon

Konflik Israel - Lebanon
Sejak awal baku tembak pada tanggal 8 Oktober, terdapat sekitar 143 pejuang Hizbullah yang terbunuh, dan setidaknya 11 tentara Israel yang juga terbunuh dalam baku tembak tersebut. (AP Photo/Ohad Zwigenberg)

Kepala staf IDF, Letjen Herzi Halevi, mengatakan kepada para kepala kota di wilayah utara: "Ada pencapaian besar yang dicapai dari serangan ke Hizbullah di Lebanon, namun kami terus beroperasi – ini bukan waktunya untuk berhenti. Kami mengintensifkan serangan sepanjang waktu, dan Hizbullah menanggung akibatnya yang semakin besar."

Pada hari Selasa (13/2), pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah memperingatkan para pemimpin Israel dalam pidatonya bahwa melancarkan perang melawan tentara Israel akan mengakibatkan "jutaan pengungsi" dari Israel utara.

"Bagi mereka yang mengancam kami dengan memperluas perang: jika Anda memperluasnya, kami juga akan melakukan hal yang sama," kata Hassan Nasrallah, seraya menambahkan bahwa “mereka yang berpikir perlawanan mungkin takut adalah kesalahan besar”.

Hassan Nasrallah juga bersumpah bahwa Hizbullah hanya akan melakukan gencatan senjata "ketika agresi berhenti dan ada gencatan senjata di Gaza".​

Infografis Perang Israel-Hamas Lewati 100 Hari. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Perang Israel-Hamas Lewati 100 Hari. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya