Liputan6.com, Wina - Austria mengusir dua diplomat Rusia, kata kementerian luar negerinya pada hari Rabu (13/3/2024), di tengah ketegangan yang sedang berlangsung mengenai invasi Rusia ke Ukraina, yang telah menyebabkan sanksi berat dari pemerintah Barat.
"Para diplomat tersebut telah bertindak dengan cara yang tidak sesuai dengan status diplomatik mereka," kata kementerian tersebut tanpa memberikan rincian lebih lanjut seperti dikutip dari AFP, Kamis (14/3/2024).
Baca Juga
Pihak Kementerian Austria menambahkan bahwa para diplomat Rusia memiliki waktu hingga 19 Maret untuk meninggalkan negara tersebut.
Advertisement
Kedutaan Besar Rusia di Wina mengatakan pihaknya "marah" dengan keputusan Austria yang "murni bersifat politis", dan menambahkan bahwa keputusan tersebut tidak "diberikan bukti sedikit pun".
"Respons tegas Moskow tidak diragukan lagi," kata Kedutaan Besar Rusia di Wina melalui Telegram, sambil menyalahkan Wina atas "degradasi lebih lanjut hubungan bilateral".
Sebelum Moskow menginvasi Ukraina, pengusiran diplomatik jarang terjadi di negara netral Uni Eropa tersebut, yang memiliki hubungan dekat dengan Rusia.
Sebelumnya, Austria telah mengusir empat diplomat Rusia pada Februari 2023, termasuk dua diplomat yang terakreditasi PBB di Wina.
Rusia membalas dengan mengusir empat diplomat Austria.
Austria juga mengusir empat diplomat Rusia pada April 2022 sebagai bagian dari reaksi terkoordinasi Uni Eropa setelah ditemukannya dugaan pembunuhan warga sipil Ukraina oleh pasukan Rusia di Bucha, pinggiran Kyiv.
Austria juga sempat mengusir diplomat Rusia yang dituduh melakukan spionase pada April 2020.
Austria, negara berpenduduk sembilan juta jiwa ini secara tradisional memandang dirinya sebagai jembatan antara Timur dan Barat.
Diplomat Rusia Diusir Lagi, Kali Ini di Montenegro
Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri Rusia tidak terima diplomat mereka diusir dari Montenegro. Ini kesekian kalinya diplomat Rusia diusir negara-negara sahabat sejak invasi ke Ukraina.Â
Media pemerintah Rusia, TASS, menyebut bahwa Kemlu Rusia menuduh ada campur tangan Barat dalam pengusiran tersebut. Sebelumnya, Montenegro memberikan status persona non grata kepada seorang diplomat Rusia.Â
"Kami memandang tindakan otoritas Montenegro sebagai episode lainnya dari kampanye hibrid yang dikerahkan Barat dan minionnya terhadap Rusia," ujar Juru Bicara Kemlu Rusia Maria Zakharova, dilansir TASS, Minggu (14/8/2022).
Zakharova turut mengkritik pemerintah Montonegro karena menyebut pengusiran ini bersifat destruktif dan merugikan diri sendiri.
"Kami menerima gerakan ini sebagai ketidakmauan atau ketidakmampuan pejabat Podgorica untuk menyingkir dari kebijakan yang secara mekanis mengikuti garis destruktif ini, merugikan keamanan nasional, serta kepentingan nasional," ujarnya.
Pihak Rusia pun memberikan sinyal akan mengambi langkah serupa untuk mengusir diplomat Montonegro. Dalam hubungan bilateral, sebuah negara berhak membalas perlakuan serupa dari negara lain.Â
Pada Juli 2022, ada juga empat orang diplomat Rusia yang diberikan status persona non grata di Montenegro. Berbagai negara lain juga telah mengusir diplomat Rusia.Â
Salah satu yang terbanyak adalah Bulgaria. Pada Juni 2022, ada 70 staf diplomatik Rusia yang diusir. Maria Zakharova menuduh tindakan Bulgaria diatur oleh "kekuatan dari luar".
Â
Advertisement
Diplomat Diusir di AS, Rusia Minta Barat Ingat pada Konvensi Wina
Sebelymnya, pemerintah Rusia menuntut negara-negara barat untuk mengingat komitmen mereka terkait diplomasi dan relasi kekonsuleran. Hal itu tertuang pada Konvensi Wina.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, meminta agar akreditasi dari perwakilan diplomasi Rusia dijaga berdasarkan konvensi tersebut.
"Tentunya, kami menuntut mereka (negara-negara barat) menegaskan komitmen-komitmen dan apa yang paling penting lagi secara tegas mematuhi mereka," ujar Maria Zakharova seperti dikutip media pemerintah Rusia, TASS, Senin (7/3/2022).
Saat ini, diplomat Rusia sedang tersandung masalah di AS. Ada 12 diplomat yang terkena persona non grata.
Sebelumnya, Maria Zakharova sempat meledek media-media barat yang mengabarkan akan ada invasi Rusia. Wanita itu berkata meminta kapan jadwal invasinya.
Sekitar seminggu kemudian, Rusia menyerang Ukraina.
Sebanyak 12 diplomat Rusia yang diusir adalah perwakilan di Markas PBB yang berada di New York, Amerika Serikat.
Mereka diminta pergi dari AS pada 7 Maret 2022.
Pihak Kemenlu berkata pengusiran itu menambah parah hubungan bilateral dan pihak AS dinilai provokatif.
Kini, muncul kemungkinan Rusia juga melakukan pengusiran kepada diplomat-diplomat AS atas buntut dari tindakan di New York.
 Â
Negara Uni Eropa Usir 43 Diplomat Rusia, Diduga Jadi Mata-Mata
Sebelumnya lagi, empat negara Uni Eropa mengusir puluhan diplomat Rusia. Ada dugaan sejumlah diplomat Rusia itu melakukan aksi mata-mata.
Dilansir BBC, Rabu (30/3/2022), totalnya ada 43 diplomat yang diusir Irlandia, Belgia, Belanda, Republik Ceko pada Selasa kemarin. Belanda berkata ada 17 diplomat Rusia di negaranya yang merupakan agen intelijen aktif.
Kementerian Luar Negeri Belgia, Sophie Wilmes, berkata pengusiran di negaranya terkait masalah keamanan nasional. Ada 21 diplomat yang diusir Belgia.
Irlandia melakukan pengusiran atas saran dari pejabat-pejabat intelijen. Irlandia mengusir para diplomat meski Kedutaan Besar Rusia di Dublin berkata hal itu tidak berdasar.
"Aktivitas-aktivitas mereka (diplomat Rusia) tidak selaras dengan standar internasional dari perilaku diplomatik," ujar Taoiseach (perdana menteri) Irlandia, Micheal Martin.
Selama invasi Rusia di Ukraina, sikap Uni Eropa adalah melakukan pengecaman dan membantah retorika Rusia terkait denazifikasi Ukraina.
Sebelumnya, Polandia terlebih dahulu mengusir sejumlah diplomat Rusia. Totalnya, ada 45 diplomat Rusia yang diusir.Â
Pemerintah Polandia berkata para diplomat Rusia tidak menaati Konvensi Wina. Konvensi tersebut mengatur mengenai pekerjaan diplomat. Para diplomat itu dituding bekerja sebagai intelijen.
Republik Ceko berkata mengusir deputi duta besar Rusia atas tuduhan mata-mata.Â
Advertisement