Liputan6.com, Moskow - Seorang diplomat Inggris dan pasangan diplomat lainnya diusir dari Rusia, menurut keterangan dinas keamanan dalam negeri negara itu, dalam apa yang dianggap sebagai eskalasi terbaru yang saling balas.
Kedua pria itu dituduh melakukan "pekerjaan intelijen dan subversif" oleh Federal Security Service (FSB) atau Dinas Keamanan Federal yang mengatakan bahwa akreditasi mereka telah dicabut dan diperintahkan untuk meninggalkan Rusia dalam waktu dua minggu.
Advertisement
Baca Juga
"Ini bukan pertama kalinya Rusia membuat tuduhan jahat dan tidak berdasar terhadap staf kami," kata Kantor Kementerian Luar Negeri Inggris dalam pernyataannya seperti dikutip dari BBC, Senin (10/3/2025).
Advertisement
Bulan lJanuari alu, Inggris mengusir seorang diplomat Rusia - tindakan yang diambil sebagai tanggapan atas pengusiran seorang diplomat Inggris oleh Moskow pada November 2024.
Kementerian Luar Negeri Rusia saat itu mengatakan bahwa mereka bermaksud untuk membalas pengusiran tersebut.
Dalam setahun terakhir saja, ada tujuh diplomat Inggris yang diusir dari Rusia dengan tuduhan Moskow melakukan spionase - tuduhan yang dibantah oleh Inggris.
Hubungan antara Inggris dan Rusia telah memburuk ke titik terendah pasca-Perang Dingin pada tahun-tahun setelah invasi Rusia ke Ukraina.
Dalam tindakan yang dilaporkan pada hari Senin (10/3), Moskow mengatakan bahwa mereka mengusir para diplomat dengan alasan spionase.
Dalam sebuah pernyataan, FSB mengatakan bahwa keduanya telah menyatakan "informasi palsu tentang diri mereka sendiri ketika menerima izin" untuk memasuki Rusia.
Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan pada hari Senin (10/3) bahwa mereka juga telah memanggil seorang perwakilan kedutaan Inggris "sebagai protes".
Kedua diplomat Inggris tersebut sepertinya merupakan pengusiran diplomatik Barat pertama oleh Moskow sejak Rusia dan AS mengadakan pembicaraan untuk memulihkan hubungan bulan Januari lalu - pertama kalinya dalam tiga tahun sejak dimulainya perang Ukraina.
Namun, hubungan antara Inggris dan Rusia semakin tegang karena Perdana Menteri Sir Keir Starmer dengan tegas mendukung Ukraina. Ia telah berjanji untuk meningkatkan anggaran pertahanan dan meminta negara-negara untuk bergabung dalam "koalisi yang bersedia" untuk mencegah Rusia menginvasi Ukraina lebih lanjut jika terjadi kesepakatan damai.
Perdana Menteri Sir Keir Starmer telah berjanji bahwa Inggris akan mengerahkan pasukan darat dan pesawat di udara untuk membantu menjaga perdamaian. Sementara Moskow mengkritik gagasan misi penjaga perdamaian asing.