Pria di Kanada Menderita Leptospirosis Usai 2 Jarinya Digigit Tikus

Setelah 18 hari digigit tikus, pria tersebut mengalami demam, sakit kepala, dan sakit perut selama beberapa hari hingga terpaksa harus dirawat.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 06 Apr 2024, 19:40 WIB
Diterbitkan 06 Apr 2024, 19:40 WIB
Ilustrasi Tikus
Ilustrasi Tikus (Sipa/Pixabay).

Liputan6.com, Ottawa - Dalam kasus medis baru yang tidak biasa, seorang pria di Kanada dirawat di rumah sakit karena infeksi bakteri yang parah setelah dua jarinya digigit tikus di toilet.

Pria berusia 76 tahun itu semula mengunjungi unit gawat darurat di sebuah rumah sakit di Montreal, Quebec, pasca insiden digigit tikus. Di unit gawat darurat, dokter memberinya perawatan luka dasar dan booster tetanus.

Sekitar 18 hari kemudian, pria tersebut dirawat di rumah sakit karena mengalami demam, sakit kepala, dan sakit perut selama beberapa hari. Saat ini, meski sebagian besar luka di jarinya sudah sembuh, tekanan darah pria itu rendah dan jantungnya berdetak sangat kencang.

Tes darah awal menunjukkan bahwa ginjal pasien rusak dan darahnya memiliki jumlah trombosit yang rendah – yaitu fragmen sel yang membentuk gumpalan untuk mencegah atau menghentikan pendarahan. Dokter memasukkannya ke unit perawatan intensif (ICU) karena dia menunjukkan tanda-tanda disfungsi multi-organ dan sepsis, sebuah fenomena berbahaya di mana infeksi membuat sistem kekebalan tubuh bekerja berlebihan.

Untuk mengungkap penyebab penyakit pria tersebut, dokter mengambil dan menganalisis sampel darah dan urin. Berdasarkan laporan kasus tersebut, yang diterbitkan pada Januari di Canadian Medical Association Journal, terungkap pria itu mengidap penyakit menular yang disebut leptospirosis. Demikian seperti dilansir live science, Sabtu (6/4/2024).

Leptospirosis atau disebut juga penyakit Weil disebabkan oleh bakteri dalam genus Leptospira. Secara global, penyakit ini merupakan infeksi paling umum yang disebabkan oleh kuman yang ditularkan antara hewan dan manusia. Setiap tahunnya, lebih dari 1 juta kasus leptospirosis dilaporkan di seluruh dunia dan mengakibatkan hampir 60.000 kematian. Sekitar 100 hingga 150 kasus terjadi di Amerika Serikat (AS) setiap tahunnya.

Kondisinya Membaik

Tikus, hewan yang membawa penyakit Leptospirosis. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Tikus, hewan yang membawa penyakit Leptospirosis. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Penderita leptospirosis paling sering mengalami gejala ringan, seperti demam, sakit kepala, dan nyeri otot, sekitar lima hingga 14 hari setelah terinfeksi. Gejala umum lainnya termasuk muntah, diare, sakit perut, batuk, dan terkadang ruam kulit. Gejala infeksi sering kali tertukar dengan penyakit lain, seperti flu (influenza) dan demam berdarah.

Sekitar 10 persen kasus disebut menjadi parah dan dapat menyebabkan disfungsi multi-organ hingga kematian.

Setelah pengobatan dengan antibiotik, kebanyakan orang pulih dalam beberapa hari atau minggu, dan pengobatan yang tepat dapat mengurangi durasi dan tingkat keparahan penyakit. Tingkat kematian di antara mereka yang menderita penyakit parah adalah sekitar 5 persen hingga 15 persen, namun bagi sebagian orang yang mengalami pendarahan parah di paru-paru, angka tersebut melonjak hingga 50 persen.

Pria dalam kasus di Kanada diberi antibiotik dan perawatan lain untuk mengatasi kerusakan ginjal serta kadar trombosit yang rendah. Setelah beberapa hari, gejalanya membaik dan dia keluar dari ICU.

Dapat Ditularkan Hewan Liar dan Peliharaan

Leptospirosis rawan menjangkit di daerah rendaman. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Leptospirosis rawan menjangkit di daerah rendaman. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Bakteri Leptospira berbentuk spiral dan biasanya menginfeksi manusia baik ketika seseorang bersentuhan dengan urin hewan yang terinfeksi atau tanah atau air yang terkontaminasi. Seringkali penyakit ini dibawa oleh hewan ternak, seperti sapi, babi atau kuda, namun dapat disebarkan oleh hewan liar seperti rakun dan hewan peliharaan seperti anjing.

Hewan yang terinfeksi mungkin tidak menunjukkan gejala penyakit.

Bakteri Leptospira masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang rusak – misalnya karena luka atau cakaran – atau melalui mata, hidung, dan mulut. Risiko wabah ini diperburuk oleh angin topan atau banjir, yang dapat membuat masyarakat terpapar air yang terkontaminasi. Minum air yang terkontaminasi juga dapat menyebabkan infeksi. Penularan dari orang ke orang jarang terjadi, namun bukan tidak mungkin.

Menurut penulis laporan di Canadian Medical Association Journal, tikus yang terinfeksi Leptospira tidak mengeluarkan spora bakteri tersebut melalui air liurnya, hanya melalui urinnya. Jadi, kemungkinan mulut tikus tersebut baru saja terkontaminasi sementara dengan urin yang mengandung Leptospira, yang kemudian masuk ke tubuh pria tersebut melalui luka tusuk akibat gigitan hewan pengerat tersebut.

Cara penularan ini jarang terjadi dibandingkan dengan kemungkinan cara penularan lainnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya