Menlu Antony Blinken Bantah Keterlibatan AS dalam Serangan Israel Terhadap Iran

AS membantah terlibat dalam serangan Israel terhadap Iran pada Jumat (19/4) dini hari, serta mengaku tak menerima informasi terkait serangan tersebut.

oleh Tim Global diperbarui 21 Apr 2024, 13:00 WIB
Diterbitkan 21 Apr 2024, 13:00 WIB
Senat Amerika Serikat telah mengukuhkan Antony Blinken sebagai Menteri Luar Negeri AS pada Selasa (26/1/2021). (Photo credit: Alex Edelman/POOL/AFP/File)
Senat Amerika Serikat telah mengukuhkan Antony Blinken sebagai Menteri Luar Negeri AS pada Selasa (26/1/2021). (Photo credit: Alex Edelman/POOL/AFP/File)

Liputan6.com, Washington - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengatakan pada Jumat (19/4/2024) bahwa Amerika Serikat tidak terlibat dalam serangan udara dini hari Israel terhadap Iran dan menolak untuk mengonfirmasi laporan bahwa Washington telah diberitahu soal rencana Israel sesaat sebelum serangan itu dilakukan.

"(Mengenai) laporan yang Anda lihat, saya tidak akan membahasnya kecuali mengatakan bahwa Amerika Serikat tidak terlibat dalam operasi ofensif apa pun," katanya dalam konferensi pers setelah pertemuan para menteri luar negeri Kelompok Tujuh (G7) di Pulau Capri, Italia.

Ia menyebut G7 fokus untuk menghindari perang yang lebih luas di kawasan.

"Anda melihat Israel menerima serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya, tetapi fokus kami, tentu saja, adalah memastikan bahwa Israel dapat mempertahankan diri secara efektif, tetapi juga mengurangi ketegangan dan menghindari konflik," kata Blinken, seperti dilansir VOA Indonesia, Minggu (21/4). 

Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani, yang memimpin pertemuan G7, mengatakan AS telah memberi tahu para mitra G7 bahwa Washington menerima informasi "menit terakhir" mengenai serangan Israel.

Dalam komunike bersama G7, Blinken dan menteri luar negeri lainnya mengumumkan rencana sanksi baru terhadap Iran atas serangannya terhadap Israel dan mendesak deeskalasi.

Teheran tampaknya mengindahkan saran tersebut untuk saat ini.

Serangan Israel Terhadap Iran

FOTO: Iran Luncurkan Rudal Baru yang Bisa Jangkau Israel
Rudal Khaibar-buster diluncurkan dari lokasi yang dirahasiakan di Iran, 10 Februari 2022. Iran meluncurkan rudal baru dengan jangkauan yang akan memungkinkannya mencapai pangkalan AS di wilayah tersebut serta target di dalam musuh bebuyutannya, Israel. (IMA Media via AP)

Serangan Israel tampaknya merupakan pembalasan atas ratusan drone dan rudal Iran yang diluncurkan ke Israel pada 13 April lalu.

Sebagian besar dicegat dengan bantuan Amerika Serikat dan sekutu regional, termasuk Yordania dan Arab Saudi, sehingga tidak menimbulkan korban jiwa dan hanya menimbulkan sedikit kerusakan.

Hal ini mengindikasikan bahwa Iran mungkin telah "mengkalibrasi serangan tersebut" untuk membatasi jumlah korban atau mengirimkan pemberitahuan terlebih dahulu melalui telegram. Namun hal ini dibantah oleh Gedung Putih.

Serangan Israel pada Jumat (19/4) pagi terhadap Iran tampaknya terbatas, dan tidak ada korban jiwa yang dilaporkan.

Biden Desak Israel Menahan Diri

Presiden Amerika Serikat Joe Biden disambut Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di Bandara Internasional Ben Gurion, Tel Aviv, Israel, pada 18 Oktober 2023.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden disambut Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di Bandara Internasional Ben Gurion, Tel Aviv, Israel, pada 18 Oktober 2023. (Dok. Evan Vucci/AP)

Presiden AS Joe Biden telah mendesak Israel untuk menahan diri dan menghindari eskalasi setelah serangan Iran. Pemerintahannya telah berkoordinasi dengan sekutu dan mitra, termasuk G7 mengenai “respons komprehensif.”

Hal ini dapat mencakup sanksi baru terhadap Teheran dan memperkuat pertahanan udara dan rudal serta sistem peringatan dini di seluruh Timur Tengah, kata penasihat keamanan nasional Jake Sullivan dalam sebuah pernyataan awal pekan ini.

Media pemerintah Iran melaporkan pada Jumat dini hari waktu setempat bahwa tiga ledakan terdengar di kota Isfahan, Iran. Ledakan dilaporkan terjadi pada waktu yang hampir bersamaan di Irak dan Suriah.

Teheran mengatakan serangannya pada 13 April adalah respons terhadap serangan udara Israel terhadap konsulat Iran di Damaskus, Suriah, pada 1 April. Pemboman tersebut menewaskan Brigadir Jenderal Mohammad Reza Zahedi dan komandan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) lainnya. Israel tidak membenarkan atau menyangkal bertanggung jawab atas serangan itu.

Ketegangan di Timur Tengah Makin Panas

Ketika Rudal dan Drone Iran Beterbangan Menuju Israel
Garda Revolusi Iran mengonfirmasi pada 14 April 2024 bahwa serangan pesawat tak berawak dan rudal sedang berlangsung terhadap Israel. (Jalaa MAREY/AFP)

Para analis mengatakan serangan balik Israel yang terbatas dan tanggapan diam Iran menunjukkan bahwa kedua belah pihak bersedia menghindari eskalasi lebih lanjut, setidaknya untuk saat ini.

Namun, saat ini risiko eskalasi jauh lebih tinggi dibandingkan sebelumnya, kata Brian Katulis, peneliti senior di Middle East Institute.

"Timur Tengah kini berada dalam situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya," katanya kepada VOA.

Skenario terbaiknya adalah kembalinya "perang bayangan" Iran-Israel yang berupa pembunuhan dan serangan teror oleh kelompok-kelompok proksi mereka, katanya. Dampak terburuknya adalah konflik terbuka yang melibatkan perwakilan Iran di Lebanon, yang sebagian besar tidak ikut campur sejak perang Gaza.

"Jika Hizbullah ikut campur di sini, saya pikir ini akan menjadi pusaran yang menyedot lebih banyak aktor dalam konflik regional, termasuk Amerika Serikat," tambah Katulis.

Dalam upaya memfasilitasi deeskalasi, Gedung Putih menolak membahas serangan balik Israel. Didesak oleh para wartawan selama konferensi pers oada Jumat, Sekretaris Pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre berulang kali mengatakan, “Kami tidak memiliki komentar apa pun mengenai laporan tersebut saat ini.”

Infografis Iran dan Israel Saling Serang Militer, Perdamaian Timur Tengah Terancam? (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Infografis Iran dan Israel Saling Serang Militer, Perdamaian Timur Tengah Terancam? (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya