Erdogan: Barat 'Dalang' Serangan Israel ke Lebanon, Perang Berpotensi Meluas

Pernyataan Erdogan muncul ketika kekhawatiran meningkat atas meningkatnya ancaman dan baku tembak lintas batas yang sedang berlangsung antara pasukan Israel dan Hizbullah Lebanon yang didukung Iran.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 27 Jun 2024, 17:05 WIB
Diterbitkan 27 Jun 2024, 17:05 WIB
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (AP/Yasin Bulbul)
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (AP/Yasin Bulbul)

Liputan6.com, Istanbul - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada hari Rabu (27/6/2024) menuduh negara-negara Barat 'dalang' serangan Israel untuk menyerang Lebanon dan "menyebarkan perang” ke seluruh wilayah. Karena negara-negara tersebut mendukung apa yang disebutnya sebagai rencana Israel memperluas wilayah serangan.

"Israel kini mengarahkan perhatiannya ke Lebanon dan kami melihat kekuatan Barat di belakang layar menepuk punggung Israel dan bahkan mendukung mereka," kata Erdogan kepada anggota parlemen dari partai berkuasa, AK seperti dikutip dari AFP, Kamis (27/6/2024).

"Rencana Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk menyebarkan perang ke wilayah tersebut akan menimbulkan bencana besar," sambungnya.

"Sungguh menyedihkan bahwa negara-negara yang berbicara tentang kebebasan, hak asasi manusia dan keadilan hanya ditawan oleh orang yang sakit jiwa seperti Netanyahu."

Pernyataan Erdogan muncul ketika kekhawatiran meningkat atas meningkatnya ancaman dan baku tembak lintas batas yang sedang berlangsung antara pasukan Israel dan Hizbullah Lebanon yang didukung Iran, sehingga memicu kekhawatiran bahwa hal itu dapat berubah menjadi perang besar-besaran.

Kekerasan di perbatasan Lebanon meletus setelah militan Hamas melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya di Israel selatan, memicu operasi pembalasan besar-besaran Israel, yang hingga kini masih berlangsung.

Benjamin Netanyahu mengatakan pasukan Israel kini mengakhiri bagian paling intens dari perang Gaza dan akan dikerahkan kembali ke perbatasan utara, sehingga menganggap tindakan tersebut sebagai tindakan defensif.

Pekan lalu, Israel mengatakan rencana serangannya di Lebanon “disetujui dan divalidasi”.

 

Peringatan untuk Yunani dan Siprus

Ilustrasi bandar udara, bandara
Ilustrasi bandar udara, bandara. (Photo by VOO QQQ on Unsplash)

Pernyataan pemimpin Turki tersebut disampaikan dua hari setelah Menteri Luar Negeri Hakan Fidan memperingatkan Yunani dan Siprus agar tidak terlibat dalam konflik Timur Tengah yang sedang berlangsung.

Berbicara kepada Haberturk TV pada Senin (24//6) malam, Fidan menuduh ada “militerisasi serius di Siprus selatan” yang digunakan sebagai pangkalan untuk “penerbangan intelijen dan militer” menuju Gaza, mengutip laporan intelijen.

Turki, katanya, telah memperingatkan mereka agar tidak terlibat dalam konflik tersebut.

"Ketika Anda terlibat dalam perang yang sedang berlangsung di Timur Tengah, ketika Anda memihak, maka api ini akan datang dan menyerang Anda juga," kata Fidan.

Pekan lalu, pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah memperingatkan Siprus agar tidak membuka bandara dan pangkalannya bagi Israel “untuk menargetkan Lebanon”, dengan mengatakan bahwa negara itu akan menghadapi pembalasan. Namun pemerintah Siprus di Nicosia dengan cepat menyangkal keterlibatan Israel dalam perang Gaza dan mengatakan pihaknya tidak akan "terlibat dalam konflik militer apa pun".

 

Situasi di Gaza Memburuk, Turki Tangguhkan Perdagangan dengan Israel

Ilustrasi Israel
Ilustrasi Israel (AP Photo/Tom Pringle)

Sebelumnya, Turki menangguhkan semua perdagangan dengan Israel menyusul tragedi kemanusiaan yang semakin buruk di Jalur Gaza. Perdagangan antara kedua negara bernilai hampir USD 7 miliar tahun lalu.

Penangguhan perdagangan, sebut Turki, mencakup semua produk.

"Turki akan secara ketat dan tegas menerapkan langkah-langkah baru ini sampai pemerintah Israel mengizinkan aliran bantuan kemanusiaan yang cukup dan tidak terputus ke Jalur Gaza," demikian pernyataan Kementerian Perdagangan Turki, seperti dilansir BBC, Jumat (3/5/2024).

Menteri luar negeri Israel menuduh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bertindak seperti seorang "diktator".

Israel Katz mengatakan di X bahwa Erdogan "mengabaikan kepentingan rakyat dan pengusaha Turki serta mengabaikan perjanjian perdagangan internasional".

Dia menambahkan bahwa dia telah menginstruksikan Kementerian Luar Negeri Israel untuk mencari alternatif perdagangan menyusul langkah Turki, dengan fokus pada produksi lokal dan impor dari negara lain.  * Follow

Naik Turun Hubungan Turki-Israel

Ilustrasi bendera Turki (pixabay)
Ilustrasi \Turki (pixabay)

Untuk diketahui, pada tahun 1949, Turki menjadi negara mayoritas muslim pertama yang mengakui Israel. Namun, hubungan keduanya memburuk dalam beberapa dekade terakhir.

Tahun 2010, Turki memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel setelah 10 aktivis Turki pro-Palestina tewas dalam bentrokan dengan pasukan komando Israel yang menaiki kapal milik Turki yang mencoba mendobrak blokade maritim Israel di Jalur Gaza.

Hubungan kembali membaik pada tahun 2016, namun kedua negara saling mengusir diplomat utama masing-masing dua tahun kemudian karena perselisihan mengenai pembunuhan Israel terhadap warga Palestina di tengah protes di perbatasan Jalur Gaza-Israel.

Erdogan semakin keras dalam mengkritik Israel sejak perang terbaru di Jalur Gaza pecah pada 7 Oktober 2023.

Pada Januari, Erdogan mengatakan serangan militer yang dilancarkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu terhadap Jalur Gaza "tidak kurang dari apa yang dilakukan Hitler".

Netanyahu membalasnya dengan mengatakan, "Erdogan, yang melakukan genosida terhadap suku Kurdi, yang memegang rekor dunia karena memenjarakan jurnalis yang menentang pemerintahannya, adalah orang terakhir yang bisa memberitakan moralitas kepada kami." 

Infografis DK PBB Setujui Resolusi Gencatan Senjata Palestina-Israel. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis DK PBB Setujui Resolusi Gencatan Senjata Palestina-Israel. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya