Ilmuwan Rilis Animasi Perubahan Medan Magnet Bumi 41 Ribu Tahun Lalu

Selain memetakan pergerakan garis medan magnet, tim tersebut menciptakan lanskap suara dari suara-suara alam, seperti batu jatuh dan kayu berderit.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 22 Okt 2024, 01:00 WIB
Diterbitkan 22 Okt 2024, 01:00 WIB
Medan Magnet Bumi
Di sekitar Bumi, medan magnet tak terlihat memerangkap elektron dan partikel bermuatan lainnya (Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard NASA)

Liputan6.com, Jakarta - National Aeronautics and Space Administration (NASA) merilis sebuah animasi yang memungkinkan kita mendengarkan 'visualisasi suara' medan magnet bumi yang terganggu selama peristiwa Laschamp. Animasi ini dibuat menggunakan data yang dikumpulkan Badan Antariksa Eropa (ESA).

Melansir laman IFL Science pada Senin (21/10/2024), bumi mengalami peristiwa Laschamp sekitar 41 ribu tahun yang lalu. Dengan mempelajari magnetisasi inti sedimen yang diambil dari masa itu, para ilmuwan telah mengidentifikasi bahwa medan magnet sempat berubah selama periode waktu ini.

Peristiwa inilah yang dipilih para ilmuwan di Technical University of Denmark dan GFZ German Research Centre for Geosciences untuk diubah menjadi suguhan audio dan visual. Dengan menggunakan data dari misi Swarm milik ESA dan tempat lain, tim tersebut menciptakan visualisasi untuk mengilustrasikan medan magnet Bumi selama peristiwa Laschamp.

Selain memetakan pergerakan garis medan magnet, tim tersebut menciptakan lanskap suara dari suara-suara alam, seperti batu jatuh dan kayu berderit.

 

Peristiwa Laschamp

Peristiwa Laschamp merupakan salah satu dari beberapa pembalikan medan magnet yang telah terjadi sepanjang sejarah bumi. Selama peristiwa ini, para ilmuwan menemukan bahwa medan magnet Bumi mengalami perubahan yang signifikan, termasuk pergerakan garis-garis medan magnet yang dapat mempengaruhi navigasi dan kehidupan di Bumi.

Manusia mungkin tidak terlalu khawatir tentang medan magnet bumi. Magnetosfer umumnya berada di sana, melindungi permukaan bumi dari partikel bermuatan dari matahari, dan terkadang menghasilkan aurora yang spektakuler.

Namun, medan magnet bumi tidak setangguh yang dikira. Menurut NASA, medan magnet telah melemah sekitar 9 persen dari rata-rata global selama 200 tahun terakhir.

Sejak pertama kali ditemukan oleh perwira Angkatan Laut Kerajaan Inggris dan penjelajah kutub Sir James Clark Ross pada 1831, posisi kutub utara magnet telah berangsur-angsur bergeser ke utara-barat laut sejauh lebih dari 1.100 kilometer. Kecepatan majunya telah meningkat, dari sekitar 16 kilometer per tahun menjadi sekitar 55 kilometer per tahun.

Kutub-kutubnya dapat terbalik dalam kurun waktu ratusan atau ribuan tahun. Hal ini dapat terjadi secara acak, dengan interval berkisar antara 10 ribu tahun hingga 50 juta tahun atau lebih.

Pembalikan kutub magnet terakhir yang berkelanjutan terjadi sekitar 780 ribu tahun yang lalu.

 

Medan Magnet Berbalik

Dalam sebuah laporan baru, Direktur Laboratory for Atmospheric and Space Physics di University of Colorado, Daniel Baker, mengklaim terdapat tanda-tanda kutub bumi berbalik. Baker mengatakan, terbaliknya kutub itu dapat membuat sejumlah area di Bumi menjadi tak dapat dihuni dan juga meruntuhkan jaringan listrik.

Satelit Swarm milik Badan Antariksa Eropa (ESA) yang memantau medan magnet bumi menunjukkan adanya kemungkinan terbaliknya medan magnet. Satelit tersebut memungkinkan peneliti untuk mempelajari perubahan struktur di inti Bumi, di mana medan magnet dihasilkan.

Pengamatan mereka menunjukkan, besi cair dan nikel mengeluarkan energi dari inti Bumi di dekat tempat medan magnet dihasilkan. Sementara para ilmuwan tidak yakin mengapa hal tersebut terjadi, mereka menggambarkannya sebagai "aktivitas yang bergejolak" (restless activity) yang memperlihatkan bahwa medan magnet sedang bersiap untuk berbalik.

Jika hal itu terjadi, kita akan terpapar angin surya yang mampu melubangi lapisan ozon. Dampaknya, jaringan listrik dapat hancur, iklim Bumi berubah secara radikal, dan meningkatkan jumlah pengidap kanker akibat radiasi.

Bahkan, sebuah penelitian di Denmark meyakini bahwa pemanasan global berhubungan langsung dengan medan magnet, dibanding emisi karbon dioksida. Para peneliti memprediksi bahwa setelah kutub bumi terbalik, seratus ribu orang akan meninggal setiap tahunnya akibat meningkatnya tingkat radiasi angkasa luar.

Meski kutub bumi dapat terbalik, kekuatan melemahnya medan magnet Bumi cukup bervariasi. Menurut NASA, tidak ada indikasi bahwa medan magnet akan lenyap sama sekali.

NASA menegaskan, penting untuk diingat bahwa berbaliknya kutub magnetik bumi secara utuh membutuhkan waktu ribuan tahun, sehingga proses tersebut bertanggung jawab atas semua perubahan cuaca drastis dan aktivitas seismik. Menurut NASA, satu-satunya hasil dari pergeseran kutub adalah berubahnya arah kutub, sehingga alat penunjuk arah atau kompas harus diperbaiki.

(Tifani)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya