Liputan6.com, Jakarta Bulan, satelit alami Bumi yang selalu memikat perhatian manusia, memiliki kontur yang menawan dengan permukaan berbatu dan kawah yang dalam. Sejak zaman kuno, Bulan telah menjadi subjek berbagai mitos dan penelitian ilmiah. Namun, satu hal yang selalu menjadi misteri adalah apa yang sebenarnya ada di dalam inti Bulan. Penemuan terbaru yang dipublikasikan oleh tim peneliti yang dipimpin oleh astronom Arthur Briaud dari Pusat Penelitian Ilmiah Nasional Prancis, akhirnya memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Advertisement
Menurut penelitian ini, inti Bulan ternyata terdiri dari bola padat dengan kepadatan yang hampir sama dengan besi. Penemuan ini menyelesaikan perdebatan panjang mengenai apakah inti Bulan itu padat atau cair. Dengan menggunakan data seismik dari misi Apollo dan berbagai eksperimen, para ilmuwan berhasil membangun model yang akurat dari bagian dalam Bulan yang sebelumnya masih menjadi teka-teki.
Data yang dikumpulkan mencakup berbagai faktor, seperti deformasi Bulan akibat interaksi gravitasi dengan Bumi dan variasi jarak antara keduanya. Temuan ini tidak hanya memberikan wawasan baru tentang struktur Bulan, tetapi juga tentang evolusi medan magnetnya dan sejarah pembentukannya dalam miliaran tahun pertama Tata Surya. Dirangkum Liputan6.com dari earth.com, Rabu (26/03/2025), ini ulasannya.Â
Temuan Ilmiah Mengenai Inti Bulan
Penelitian yang dilakukan oleh Arthur Briaud dan timnya menunjukkan bahwa inti Bulan memiliki radius sekitar 258 kilometer dengan kepadatan sekitar 7.822 kilogram per meter kubik. Kepadatan ini sangat mirip dengan kepadatan besi, yang mengindikasikan bahwa inti Bulan mungkin terdiri dari material yang kaya akan logam. Selain inti dalam yang padat, penelitian ini juga menunjukkan adanya inti luar yang bersifat cair.
Temuan ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh NASA pada tahun 2011, yang juga menunjukkan adanya inti dalam yang padat. Data seismik yang digunakan dalam penelitian ini, meskipun memiliki resolusi yang rendah, berhasil memberikan gambaran yang lebih jelas tentang struktur inti Bulan. Dengan penemuan ini, para ilmuwan berharap dapat memahami lebih baik bagaimana Bulan terbentuk dan bagaimana ia berevolusi selama miliaran tahun.Â
Advertisement
Proses Mengungkap Inti Bulan
Proses untuk mengungkap struktur inti Bulan tidaklah mudah. Para peneliti mengandalkan data seismik yang diperoleh dari misi Apollo, di mana para astronot menginstal seismometer untuk mengukur gempa Bulan. Meskipun resolusi data ini rendah, para ilmuwan menggabungkannya dengan data dari misi luar angkasa lainnya dan eksperimen jarak jauh laser untuk membangun model yang lebih akurat.
Data yang diperoleh mencakup tingkat deformasi Bulan akibat interaksi gravitasi dengan Bumi, serta variasi jaraknya dari Bumi. Semua informasi ini digunakan untuk menghitung kepadatan dan struktur internal Bulan, yang akhirnya mengarah pada penemuan inti yang padat dan cair. Penelitian ini menunjukkan betapa pentingnya kolaborasi antara berbagai misi luar angkasa untuk memahami lebih dalam tentang Bulan.
Implikasi Penemuan Ini
Penemuan tentang inti Bulan ini memiliki implikasi yang luas, terutama dalam memahami evolusi medan magnet Bulan. Medan magnet ini diperkirakan berperan penting dalam melindungi permukaan Bulan dari radiasi luar angkasa. Selain itu, penelitian ini juga mendukung skenario perputaran mantel global Bulan yang dapat mempengaruhi aktivitas geologisnya.
Dengan rencana manusia untuk kembali ke Bulan dalam waktu dekat, penelitian lebih lanjut sangat diharapkan dapat memverifikasi temuan ini melalui data seismik tambahan. Penelitian ini tidak hanya memberikan gambaran yang lebih jelas tentang struktur Bulan, tetapi juga membuka peluang untuk eksplorasi lebih lanjut yang dapat mengungkap lebih banyak misteri tentang satelit alami kita ini.
Advertisement
