Liputan6.com, Jakarta - Panglima Angkatan Laut Kanada Vice-Admiral Angus Tophsee berkunjung ke Indonesia pada tanggal 5-8 November 2024. Selama di Indonesia, Tophsee bertemu dengan Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Muhammad Ali dan Panglima Komando Armada RI (Koarmada RI) Denih Hendrata, beserta para pejabat militer Indonesia lainnya, untuk mendiskusikan kerja sama militer dan pertahanan.
"Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa saya berbicara dengan sejawat saya dan memahami perspektif mereka tentang keamanan," tutur Vice-Admiral Tophsee dalam konferensi pers pada 8 November 2024.
Baca Juga
"Kami ingin bekerja secara kolektif untuk mempertahankan tatanan internasional berdasarkan aturan yang disetujui oleh semua pihak, terutama Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut (UNCLOS) dan perjanjian diplomatik lainnya."
Advertisement
Kunjungan ini merupakan kelanjutan dari diskusi antara AL Kanada dan TNI AL mengenai penguatan kerja sama pertahanan, termasuk melalui Memorandum of Understanding (MoU) atau Nota Kesepahaman Kanada-Indonesia, yang akan menguraikan kerangka kerja untuk pelatihan bersama, pertukaran personel, serta mengidentifikasi bidang-bidang baru untuk kerja sama.
Mengenai itu, Tophsee mengatakan, "kami sedang mengerjakan Nota Kesepahaman antara militer kita dan antara kementerian kita sehingga kami dapat mengadakan pembicaraan militer-ke-militer antara Angkatan Laut Kanada dan Angkatan Laut Indonesia. Pembicaraan staf itu akan dirancang untuk memungkinkan kami mengoordinasikan pertukaran personel, pelatihan bersama, dan, idealnya, latihan bilateral di mana angkatan laut kita bekerja sama."
Tophsee juga mengikuti diskusi meja bundar di Pusat Studi Strategis dan Internasional atau Centre for Strategic and International Studies (CSIS). Diskusi itu membicarakan seputar perspektif regional tentang keamanan, serta penilaian tentang dampak pemilu baru-baru ini terhadap keamanan di wilayah tersebut.
"Diskusi dengan CSIS kemarin sangat informatif untuk memperkirakan tantangan apa yang akan dihadapi Indonesia jika terjadi konflik antara Cina dan negara-negara lain di kawasan ini dalam hal siapa yang mungkin ingin menggunakan perairan Indonesia," ujar sang panglima Kanada.
"Kami mencoba mempertimbangkan apakah kami melihat adanya perubahan untuk keamanan regional. Dan, pada umumnya, kami berpikir bahwa prinsip-prinsip yang sama akan berlaku, bahwa sebagian besar negara tetap berkomitmen pada tatanan internasional berbasis aturan."
Angkatan Laut Kanada yang sekarang selalu mengirimkan setidaknya tiga kapal per tahun di kawasan Indo-Pasifik akan kembali mengunjungi Indonesia pada awal tahun depan dengan kapal frigatnya yaitu HMCS Ottawa.
Selain itu, militer Kanada telah diundang ke Indonesia pada Maret tahun depan untuk menghadiri latihan militer multilateral Komodo.
Menurut Tophsee, mereka tidak akan mengirim kapal ke latihan itu, tetapi mereka akan mengirimkan kontingen kecil dan seorang Perwira Tinggi Angkatan Laut untuk berpartisipasi. Tophsee mengatakan bahwa mereka akan berusaha untuk dapat memiliki kapal di sini untuk latihan Komodo berikutnya.
Tophsee Puji Militer Indonesia
Vice-Admiral Tophsee mengunjungi Universitas Pertahanan Nasional (UNHAN) untuk bertemu dengan para staf pengajar dan mahasiswa. Di sana, ia menyampaikan kuliah bersama tentang keterlibatan pertahanan Kanada di kawasan Indo-Pasifik.
Menurutnya, kunjungan ini membuka pandangannya tentang militer Indonesia dan Kanada dapat mengambil pelajaran dari itu.
"Banyaknya wanita dalam pelatihan ini menunjukkan keinginan nyata untuk memastikan bahwa militer Indonesia adalah militer yang setara dan beragam dengan latar belakang dan fondasi yang kuat di bidang pendidikan," ungkap Tophsee.
Baginya, militer Indonesia juga menjunjung tinggi pendidikan dan ia kagum dengan anggota-anggota TNI yang tidak sedikit memiliki gelar S2, bahkan S3.
"Komitmen militer Indonesia terhadap pendidikan tinggi sangat mengesankan. Ini adalah sesuatu yang sebenarnya saya pikir patut dicontoh oleh Kanada," ucap panglima angkatan laut tersebut.
"Mereka memandang penting pendidikan tinggi. Rektor universitas ini memiliki gelar S3. Ada sejumlah perwira lain yang memiliki gelar S3. Saya tahu komandan armada juga demikian. Jadi, komitmen terhadap pendidikan tinggi, menurut saya, adalah hal yang sangat kuat, karena hal ini membantu orang untuk benar-benar memikirkan masalah-masalah besar dan memberikan perspektif."
Advertisement