Perang Dagang Makin Kacau, China Tarik Tarif Impor 100% ke Produk Pertanian Kanada

China mengatakan tarif 100% akan dikenakan pada impor minyak lobak, bungkil minyak, dan kacang polong Kanada.

oleh Natasha Khairunisa Amani Diperbarui 11 Mar 2025, 14:20 WIB
Diterbitkan 11 Mar 2025, 14:20 WIB
Ilustrasi bendera Republik China. (Pixabay)
Ilustrasi bendera Republik China. (Pixabay)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta China mengumumkan tarif impor balasan atas beberapa barang dan produk pertanian dari Kanada. Langkah tersebut diyakini sebagai balasan setelah Kanada mengenakan bea masuk atas kendaraan listrik buatan China, serta produk baja dan aluminium.

Mengutip CNBC International, Selasa (11/3/2025) China mengatakan tarif 100% akan dikenakan pada impor minyak lobak, bungkil minyak, dan kacang polong Kanada. China juga mengumumkan pungutan 25% terhadap impor produk akuatik dan daging babi yang berasal dari Kanada.

dalam pernyataan Komisi Tarif Bea Cukai Dewan Negara China, pembelakuan tarif dijadwalkan mulai pada 20 Maret 2025.

Langkah-langkah tersebut dilakukan di tengah perang dagang global yang sedang memanas, menyusul beberapa pengumuman tarif impor oleh AS, China, Kanada, dan Meksiko dalam beberapa bulan terakhir.

Sebelumnya, Kanada telah mengenakan tarif impor 100% pada kendaraan listrik buatan China mulai 1 Oktober 2024 lalu, mengikuti jejak AS dan Uni Eropa atas kekhawatiran terkait persaingan tidak sehat.

Ottawa juga menerapkan tarif sebesar 25% atas impor produk baja dan aluminium dari China yang mulai berlaku sejak 15 Oktober 2024.

"Pemberlakuan tarif sepihak oleh Kanada mengabaikan fakta objektif dan aturan Organisasi Perdagangan Dunia, merupakan praktik proteksionis perdagangan yang umum, merupakan tindakan diskriminatif terhadap China, secara serius melanggar hak dan kepentingan sah China, dan merusak hubungan ekonomi dan perdagangan China-Kanada," kata otoritas bea cukai China dalam sebuah pernyataan.

Promosi 1

China Balas Tarif Impor, Kenakan Bea Masuk hingga 15% ke Produk Pertanian AS

Bendera AS dan China berkibar berdampingan (AP/Andy Wong)
Bendera AS dan China berkibar berdampingan (AP/Andy Wong)... Selengkapnya

Sebelumnya, China mengumumkan akan mengenakan tarif impor tambahan hingga 15% pada beberapa barang dari Amerika Serikat mulai 10 Maret 2025.

Mengutip CNBC International, China juga mengungkapkan akan membatasi ekspor ke 15 perusahaan AS. Langkah ini menandai tindakan balasan atas penambahan tarif impor ke 20% oleh AS yang diumumkan Presiden Donald Trump beberapa waktu lalu.

Keterangan dalam situs web kementerian keuangan China mengungkapkan, bahwa tarif impor tambahan mencakup barang-barang pertanian AS, termasuk jagung dan kedelai, yang akan dikenakan bea baru masing-masing sebesar 15% dan 10%.

Perusahaan yang terkena dampak penekanan ekspor tersebut termasuk Leidos dan General Dynamics Land Systems, menurut data kementerian perdagangan China.

Seperti diketahui, Gedung Putih telah mengonfirmasi bahwa bea masuk baru sebesar 10% untuk barang-barang China akan mulai berlaku pada hari Selasa (4/3), sehingga jumlah total tarif impor AS yang dikenakan menjadi 20%.

Dalam sebuah pernyataan yang dipublikasikan sebelumnya pada hari itu, Kementerian Perdagangan China mengatakan bahwa "(Beijing) dengan tegas menolak" tarif tambahan AS untuk barang-barang China dan akan mengambil tindakan balasan.

"(Bea masuk tersebut) akan merugikan hubungan dagang AS-China dan China mendesak AS untuk menariknya," kata kementerian itu.

Perang Dagang Timbulkan Risiko

Presiden ke-47 AS Donald Trump menandatangani sejumlah perintah eksekutif setelah dilantik. (AFP)
Presiden ke-47 AS Donald Trump menandatangani sejumlah perintah eksekutif setelah dilantik. (AFP)... Selengkapnya

Frederique Carrier, kepala strategi investasi di RBC Wealth Management mengingatkan bahwa perang dagang membawa risiko pembalasan dan eskalasi.

"Dalam kasus China, dan dalam kasus potensial Kanada dan Meksiko, yang juga akan menghadapi tarif hari ini ... kami berharap akan ada tanggapan," ujar Carrier.

"Respons yang mungkin bukan balasan langsung, tetapi respons yang ditujukan untuk menunjukkan ketidakpuasan yang dialami negara-negara tersebut karena dikenakan tarif," jelasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya