Yoon Suk Yeol Tolak Pemeriksaan Ulang, Pengacara: Ada Masalah Kesehatan

Yoon Suk Yeol adalah presiden Korea Selatan pertama yang menjabat dan ditangkap untuk kasus hukum.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 16 Jan 2025, 11:07 WIB
Diterbitkan 16 Jan 2025, 11:05 WIB
Presiden Yoon Suk Yeol di acara Parade militer perdana di Korea Selatan sejak 2013. (AP/Ahn Young-Joon)
Presiden Yoon Suk Yeol di acara Parade militer perdana di Korea Selatan sejak 2013. (AP/Ahn Young-Joon)... Selengkapnya

Liputan6.com, Seoul - Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol tidak ingin mengikuti pemeriksaan hari kedua pada Kamis (16/1/2025), kata pengacaranya.

Yoon Suk Yeol adalah presiden Korea Selatan pertama yang menjabat yang ditangkap, dibawa ke Pusat Penahanan Seoul, Korea Selatan, pada Rabu (15/1) malam setelah menolak untuk ditahan.

Pihak berwenang memiliki waktu 48 jam untuk memeriksa Yoon, setelah itu mereka harus membebaskannya atau meminta surat perintah untuk menahannya hingga 20 hari.

Penolakan Yoon untuk bekerja sama dengan penyidik ​​muncul saat Mahkamah Konstitusi akan mengadakan sidang kedua dalam persidangan pemakzulannya untuk menentukan apakah akan memberhentikannya secara permanen atau mengembalikan kekuasaan kepresidenannya.

Korea Selatan sedang bergulat dengan krisis politik terburuknya dalam beberapa dekade, yang dipicu oleh upaya singkat Yoon untuk memberlakukan darurat militer pada tanggal 3 Desember 2024 yang ditolak oleh parlemen.

Penangkapan Yoon pada Rabu (15/1) mengakhiri kebuntuan selama seminggu dengan pihak berwenang setelah polisi menyerbu vilanya di lereng bukit yang dibentengi petugas di Seoul sebelum fajar hingga membuat para pengikutnya putus asa di lokasi tersebut.

Yoon mengatakan bahwa ia menyerahkan diri untuk diinterogasi oleh pejabat investigasi korupsi guna mencegah apa yang disebutnya risiko "pertumpahan darah" meskipun ia terus memprotes bahwa itu adalah investigasi ilegal dan surat perintah penangkapan tidak sah.

Yoon hingga kini menolak untuk berbicara dengan para penyidik ​​yang telah menyiapkan kuesioner setebal lebih dari 200 halaman, demikian kata seorang pejabat dari Kantor Investigasi Korupsi untuk Pejabat Tinggi (CIO) yang memimpin penyelidikan tersebut.

Yoon bahkan tidak mau menjawab pertanyaan, kata seorang pejabat CIO.

Pemeriksaan terhadapnya akan dilanjutkan pada pukul 14.00 siang waktu setempat, menurut CIO.

 

Pengacara: Masalah Kesehatan Yoon Suk Yeol

Ribuan Pengemudi Truk di Korea Selatan Mogok Kerja
Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol, kanan, berbicara dalam rapat kabinet di kantor kepresidenan di Seoul, Korea Selatan, Selasa (29/11/2022). Dalam kejadian ini ribuan pengemudi truk yang menuntut gaji dan kondisi kerja yang lebih baik membuat pemerintah lebih mungkin secara hukum memaksa para pemogok untuk kembali bekerja. (Ahn Jung-hwan/Yonhap via AP)... Selengkapnya

Namun Yoon Kab-keun, salah satu pengacara Yoon Suk Yeol, mengatakan dalam sebuah pesan teks kepada wartawan bahwa Yoon tidak akan datang untuk diinterogasi.

Yonhap melaporkan bahwa pengacara yang sama menyebut masalah kesehatan Yoon sebagai faktor dan mengatakan pemeriksaan lebih lanjut tidak ada gunanya, tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Pejabat CIO mengatakan dia memahami bahwa Yoon dapat dibawa secara paksa untuk diperiksa tetapi akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut pada undang-undang yang relevan.

Sekelompok kecil pengunjuk rasa yang mendukung Yoon berkumpul dan duduk di jalan di luar kantor CIO, menyebut penangkapan presiden tidak sah.

Pengacaranya mengatakan, surat perintah penangkapan itu ilegal karena dikeluarkan oleh pengadilan di yurisdiksi yang salah dan tim yang dibentuk untuk menyelidikinya tidak memiliki mandat hukum untuk melakukannya.

Mereka juga meminta pengadilan lain untuk meninjau legalitas penangkapan tersebut.

Infografis Geger Presiden Korsel Yoon Suk Yeol Umumkan Darurat Militer
Infografis Geger Presiden Korsel Yoon Suk Yeol Umumkan Darurat Militer. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya