Liputan6.com, Kyiv - Pusat Layanan Medis Razom di Kyiv dibuka pada Februari 2024 oleh veteran perang Petro Krasytskyi dan dokter keluarganya. Setelah berdinas di angkatan bersenjata pada 2015 dan pasca invasi Rusia, Krasytskyi merencanakan pembukaan klinik ini selama pemulihannya dari serangan rudal dan beberapa kali gegar otak.
Dengan jumlah veteran Ukraina yang diperkirakan mencapai 4-5 juta, ia memandang pusat layanan kesehatan ini sebagai investasi bagi masa depan negaranya, dikutip dari VOA Indonesia, Senin (24/2/2025).
Advertisement
Baca Juga
"Jika kami tidak percaya terhadap masa depan Ukraina, kami tidak akan merintis semua ini. Tidak akan ada pusat layanan kesehatan, kami akan pindah ke luar negeri saja, dan itu akan menjadi akhir dari semua ini," kata Krasytskyi.
Advertisement
Banyak pihak di Ukraina berbagi optimisme seperti Krasytskyi, namun perubahan yang cepat dalam retorika dan kebijakan Amerika Serikat belakangan ini telah membuat banyak orang khawatir pada masa depan negara itu, saat mereka memasuki tahun keempat perangnya melawan Rusia.
Warga Ukraina takut bahwa berubahnya komitmen AS mampu merusak upaya untuk melawan penjajah Rusia dan melemahkan posisi Ukraina dalam negosiasi apapun di masa depan.
Maria Mezentseva, seorang anggota parlemen dari partai berkuasa yang dipimpin Presiden Volodomyr Zelenskyy, mengatakan kepada VOA bahwa tekanannya tinggi dan bahwa sejumlah pesan tentang Ukraina mengecewakan.
"Kami masih mengharapkan perdamaian, negosiasi yang adil, dan tidak ada yang diputuskan terkait Ukraina tanpa keikutsertaan Ukraina. Kami sedang menuju ke masa-masa sulit, tetapi saya sudah melihat persatuan di dalam negeri, yang sebelumnya mungkin mulai mengendur, kini sudah kembali. Dan mungkin goncangan ini memang diperlukan untuk mencapai hal itu," kata Mezentseva.
Survei: 52 Persen Warga Ukraina Dukung Pembicaraan Damai
Survei terakhir dari Gallup menunjukkan 52 persen warga Ukraina mendukung pembicaraan damai. Oleksiy Melnyk dari Razumkov Center, sebuah lembaga kajian kebijakan publik di Ukraina, mencatat bahwa dia melihat pandangan yang realistis dari masyarakat Ukraina tentang prospek perdamaian.
"Ada pemahaman umum bahwa gencatan senjata yang dimungkinkan bukanlah akhir dari perang ini. Pendapat yang mengemuka adalah bahwa jika Amerika dan Rusia mencapai semacam kesepakatan tentang gencatan senjata, maka itu hanya akan menjadi semacam periode antarperang," ujarnya.
Korban perang di pihak sipil Ukraina telah meningkat 16 persen di tahun ketiga perang, dengan lebih dari 1.600 tewas ketika berbagai serangan udara menyasar warga sipil meningkat tiga kali, menurut ACLED, sebuah lembaga pelacak konflik yang berbasis di AS.
Advertisement
Sulit Terima Gagasan Rusia
Di jalan-jalan Kyiv, banyak pihak berharap pembicaraan damai akan mengakhiri permusuhan, tetapi mereka tidak dapat menerima ide untuk membuat konsesi bagi Rusia dan Presiden Vladimir Putin.
Salah satunya disampaikan Anna, warga ibu kota Ukraina itu.
"Saya memandang positif terkait proses untuk memulai berbagai negosiasi, tetapi akan menjadi sangat sulit untuk membicarakan itu dengan berbagai syarat yang telah kami dengar. Hal paling penting yang dibutuhkan warga Ukraina saat ini adalah kepercayaan bahwa memang ada dukungan, baik dari dalam negeri maupun dari sekutu-sekutu di luar negeri," ujarnya.
Sementara Dmytro, warga Kyiv yang lain mengatakan, "Negosiasi seharusnya hanya dilakukan dengan syarat-syarat dari kami. Melakukan kompromi seperti yang sudah disampaikan, menurut saya itu akan menjadi sebuah kerugian, dan itu bukanlah sesuatu yang telah kami perjuangkan selama lebih dari tiga tahun terakhir ini."
Hanya sedikit, jika ada, warga Ukraina yang bisa menerima jika negara itu menyerahkan wilayah mereka, dan berharap bahwa AS bisa diyakinkan untuk tetap berada di sisi mereka, yang akan memberi warga Ukraina sebuah kesempatan untuk mempertahankan keutuhan negara mereka.
