Sebuah retakan muncul sekitar 3 juta tahun lalu di Lembah Sungai Yordan (Jordan Rift Valley). Seiring waktu, celah itu menjadi sebuah danau luas berisi air. Iklim kering dan evaporasi yang tinggi meningkatkan konsentrasi mineral dalam airnya. Perairan luas itu kini lebih dikenal sebagai Laut Mati atau Dead Sea.
Laut Mati, yang terletak di antara Yordania, Israel, dan Tepi Barat Palestina, tak akan menenggelamkan orang. Kadar garam yang tinggi membuat orang bisa mengapung dengan mudah. Salinitas yang lebih dari 32 persen membuat mahluk hidup nyaris tak mungkin hidup di dalamnya. Keunikannya menjadi daya tarik bagi wisatawan dunia, mineral dalam air dan lumpurnya diyakini berkhasiat, khususnya bagi kecantikan.
Namun, para ilmuwan mengendus adanya ancaman. Permukaan air Laut Mati terus menurun dengan kecepatan yang mengkhawatirkan dari 0,8 sampai 1,2 meter per tahun.
Penurunan signifikan tingkat air selama 30 tahun terakhir adalah karena pengalihan air dari sungai Yordan dan dari Laut Mati itu sendiri karena peningkatan populasi --manusia menguras sumber air utamanya di Sungai Yordan, yang digunakan sebagai air minum.
Laut mati yang pada tahun 1960-an berada 394 meter di bawah permukaan laut, pada tahun 2012 menjadi 423 meter di bawah permukaan laut. Luasnya pun berkurang, dari sekitar 950 kilometer persegi menjadi 637 kilometer persegi saat ini.
Wilayah Laut Mati yang kering meninggalkan jurang-jurang besar dan kosong di bagian bawahnya: sinkhole.
Para ahli bahkan menduga, dalam sehari muncul satu sinkhole baru. Namun tak ada cara untuk mengetahui kapan dan bagaimana ia akan muncul.
Perkiraan yang dibuat majalah Moment menyebut, di Laut Mati sisi Israel saja, kini ada 3.000 sinkhole. Belum lagi yang lainnya.
Dan, jumlahnya jauh lebih banyak daripada yang ada di tahun 1990 yang sebanyak 40 buah. Sementara sinkhole pertama terlihat pada tahun 1980-an.
Jumlah sinkhole berkaitan langsung dengan kekeringan di Laut Mati.
Sinkhole di Laut Mati --dengan fitur berbentuk mangkuk--Â terbentuk ketika ruang kosong di bawah tanah menciptakan depresi.
Depresi terjadi karena reaksi antara air tawar dan garam di level subterranean di bawah permukaan tanah. Saat air melarutkan garam, ia akan menciptakan ruang kosong. Akibatnya, wilayah di sekitarnya juga di atas permukaannya kolaps alias runtuh.
Salah satu solusi yang dipresentasikan World Bank adalah membuat kanal yang menghubungkan Laut Mati dan Laut Merah (Red Sea).
Namun, para ahli lingkungan justru memperingatlkan, cara ini justru bisa membuat Laut Mati benar-benar mati --secara harafiah.
Para ahlli percaya, ada banyak hal yang dilakukan untuk menyelamatkan Laut Mati, juga menarik perhatian dunia atas nasibnya yang terancam.
Salah satunya seperti yang pernah dilakukan seniman Spencer Tunick. Ia memotret 1.000 orang Israel dalam kondisi telanjang dan mengapung bersama, atau ditutupi lumpur, di perairan dengan kadar garam tertinggi dunia itu. Untuk kampanye.
"Apa yang dilakukan manusia hampir membunuh Laut Mati," kata Alon Tal, dosen Jurusan Ekologi Gurun di Ben-Gurion University, Negev, seperti dimuat Daily Mail, 19 September 2013.
"Harus ada tindakan yang luar biasa hati-hati, intervensi bijakasana, juga kerjasama antarwilayah untuk menyelamatkan Laut Mati," kata Alon. (Ein/Mut)
Laut Mati, yang terletak di antara Yordania, Israel, dan Tepi Barat Palestina, tak akan menenggelamkan orang. Kadar garam yang tinggi membuat orang bisa mengapung dengan mudah. Salinitas yang lebih dari 32 persen membuat mahluk hidup nyaris tak mungkin hidup di dalamnya. Keunikannya menjadi daya tarik bagi wisatawan dunia, mineral dalam air dan lumpurnya diyakini berkhasiat, khususnya bagi kecantikan.
Namun, para ilmuwan mengendus adanya ancaman. Permukaan air Laut Mati terus menurun dengan kecepatan yang mengkhawatirkan dari 0,8 sampai 1,2 meter per tahun.
Penurunan signifikan tingkat air selama 30 tahun terakhir adalah karena pengalihan air dari sungai Yordan dan dari Laut Mati itu sendiri karena peningkatan populasi --manusia menguras sumber air utamanya di Sungai Yordan, yang digunakan sebagai air minum.
Laut mati yang pada tahun 1960-an berada 394 meter di bawah permukaan laut, pada tahun 2012 menjadi 423 meter di bawah permukaan laut. Luasnya pun berkurang, dari sekitar 950 kilometer persegi menjadi 637 kilometer persegi saat ini.
Wilayah Laut Mati yang kering meninggalkan jurang-jurang besar dan kosong di bagian bawahnya: sinkhole.
Para ahli bahkan menduga, dalam sehari muncul satu sinkhole baru. Namun tak ada cara untuk mengetahui kapan dan bagaimana ia akan muncul.
Perkiraan yang dibuat majalah Moment menyebut, di Laut Mati sisi Israel saja, kini ada 3.000 sinkhole. Belum lagi yang lainnya.
Dan, jumlahnya jauh lebih banyak daripada yang ada di tahun 1990 yang sebanyak 40 buah. Sementara sinkhole pertama terlihat pada tahun 1980-an.
Jumlah sinkhole berkaitan langsung dengan kekeringan di Laut Mati.
Sinkhole di Laut Mati --dengan fitur berbentuk mangkuk--Â terbentuk ketika ruang kosong di bawah tanah menciptakan depresi.
Depresi terjadi karena reaksi antara air tawar dan garam di level subterranean di bawah permukaan tanah. Saat air melarutkan garam, ia akan menciptakan ruang kosong. Akibatnya, wilayah di sekitarnya juga di atas permukaannya kolaps alias runtuh.
Salah satu solusi yang dipresentasikan World Bank adalah membuat kanal yang menghubungkan Laut Mati dan Laut Merah (Red Sea).
Namun, para ahli lingkungan justru memperingatlkan, cara ini justru bisa membuat Laut Mati benar-benar mati --secara harafiah.
Para ahlli percaya, ada banyak hal yang dilakukan untuk menyelamatkan Laut Mati, juga menarik perhatian dunia atas nasibnya yang terancam.
Salah satunya seperti yang pernah dilakukan seniman Spencer Tunick. Ia memotret 1.000 orang Israel dalam kondisi telanjang dan mengapung bersama, atau ditutupi lumpur, di perairan dengan kadar garam tertinggi dunia itu. Untuk kampanye.
"Apa yang dilakukan manusia hampir membunuh Laut Mati," kata Alon Tal, dosen Jurusan Ekologi Gurun di Ben-Gurion University, Negev, seperti dimuat Daily Mail, 19 September 2013.
"Harus ada tindakan yang luar biasa hati-hati, intervensi bijakasana, juga kerjasama antarwilayah untuk menyelamatkan Laut Mati," kata Alon. (Ein/Mut)