Penerjemah bahasa isyarat dalam acara perkabungan untuk Nelson Mandela dituding menggunakan isyarat tangan palsu.
Bukannya bikin jelas, penerjemah bahasa isyarat untuk kaum tunarungu dan tunawicara yang tampil dalam siaran langsung selama 4 jam membuat gerakan yang aneh dan sama sekali tak bisa dibaca. Kehadirannya justru dianggap sebagai penghinaan.
Teka-teki siapa penerjemah itu akhirnya terkuak. Dia adalah Thamsanqa Jantjie, pria Afrika Selatan. Kepada media setempat ia mengaku tak sengaja bikin bingung.
Thamsanqa mengaku, saat itu ia mengalami episode skizofrenia -- gangguan kejiwaan dan kondisi medis yang mempengaruhi fungsi otak manusia. Saat itu, pria 34 tahun tersebut mulai 'mendengar suara-suara' dan mulai berhalusinasi.
Thamsanqa Jantjie mengaku bekerja di sebuah perusahaan bernama SA Interpreters. Di sana ia adalah penerjemah senior.
Selama acara perkabungan, ia dipekerjakan untuk berdiri di sebelah podium, menerjemahkan pidato orang-orang penting -- termasuk Presiden Barack Obama dan cucu Mandela. Kerjanya ditonton jutaan pasang mata di seluruh dunia.
Thamsanqa mengaku, saat itu, ia kehilangan konsentrasi akibat munculnya suara-suara aneh di kepalanya. "Tak ada yang bisa kulakukan saat itu. Aku sendirian di situasi berbahaya," kata dia kepada media Johannesburg, Star, seperti dikutip BBC, Kamis (12/12/2013).
"Aku sudah mencoba mengontrol diriku, untuk tidak menunjukkan pada dunia soal kondisiku. Maaf atas insiden yang aku akibatkan," kata dia. "Aku sudah menjadi penerjemah di sejumlah acara besar."
Sebaliknya, pihak Federasi Tuna Rungu Afrika Selatan (DeafSA) mengaku tak mengenal sosok Thamsanqa Jantjie. Direkturnya, Bruno Druchen, mempertanyakan penerjemah yang tak ekspresif. Padahal, ekspresi wajah merupakan salah satu kunci utama keberhasilan bahasa isyarat.
"Meskipun setiap negara memiliki bahasa isyarat masing-masing, semua memerlukan ekspresi wajah," jelas Druchen.
Partai berkuasa, African National Congress (ANC) dan pemerintah dianggap bertanggung jawab atas insiden tersebut.
Pihak pemerintah masih menginvestigasi apa yang sesungguhnya terjadi. "Kami ingin memastikan Afrika Selatan membela hak-hak dan martabat penyandang cacat," demikian pernyataan pemerintah. [Baca juga: Gerakan Aneh, Penerjemah Bahasa Isyarat Saat Misa Mandela Palsu?] (Ein/Yus)
Bukannya bikin jelas, penerjemah bahasa isyarat untuk kaum tunarungu dan tunawicara yang tampil dalam siaran langsung selama 4 jam membuat gerakan yang aneh dan sama sekali tak bisa dibaca. Kehadirannya justru dianggap sebagai penghinaan.
Teka-teki siapa penerjemah itu akhirnya terkuak. Dia adalah Thamsanqa Jantjie, pria Afrika Selatan. Kepada media setempat ia mengaku tak sengaja bikin bingung.
Thamsanqa mengaku, saat itu ia mengalami episode skizofrenia -- gangguan kejiwaan dan kondisi medis yang mempengaruhi fungsi otak manusia. Saat itu, pria 34 tahun tersebut mulai 'mendengar suara-suara' dan mulai berhalusinasi.
Thamsanqa Jantjie mengaku bekerja di sebuah perusahaan bernama SA Interpreters. Di sana ia adalah penerjemah senior.
Selama acara perkabungan, ia dipekerjakan untuk berdiri di sebelah podium, menerjemahkan pidato orang-orang penting -- termasuk Presiden Barack Obama dan cucu Mandela. Kerjanya ditonton jutaan pasang mata di seluruh dunia.
Thamsanqa mengaku, saat itu, ia kehilangan konsentrasi akibat munculnya suara-suara aneh di kepalanya. "Tak ada yang bisa kulakukan saat itu. Aku sendirian di situasi berbahaya," kata dia kepada media Johannesburg, Star, seperti dikutip BBC, Kamis (12/12/2013).
"Aku sudah mencoba mengontrol diriku, untuk tidak menunjukkan pada dunia soal kondisiku. Maaf atas insiden yang aku akibatkan," kata dia. "Aku sudah menjadi penerjemah di sejumlah acara besar."
Sebaliknya, pihak Federasi Tuna Rungu Afrika Selatan (DeafSA) mengaku tak mengenal sosok Thamsanqa Jantjie. Direkturnya, Bruno Druchen, mempertanyakan penerjemah yang tak ekspresif. Padahal, ekspresi wajah merupakan salah satu kunci utama keberhasilan bahasa isyarat.
"Meskipun setiap negara memiliki bahasa isyarat masing-masing, semua memerlukan ekspresi wajah," jelas Druchen.
Partai berkuasa, African National Congress (ANC) dan pemerintah dianggap bertanggung jawab atas insiden tersebut.
Pihak pemerintah masih menginvestigasi apa yang sesungguhnya terjadi. "Kami ingin memastikan Afrika Selatan membela hak-hak dan martabat penyandang cacat," demikian pernyataan pemerintah. [Baca juga: Gerakan Aneh, Penerjemah Bahasa Isyarat Saat Misa Mandela Palsu?] (Ein/Yus)