Liputan6.com, Jakarta Menjadi dokter ternyata bukan impian ahli gizi Dr. dr. Samuel Oetoro, MS, Sp.GK. Sedari kecil, Samuel mengaku dipaksa sang ayah menjadi dokter. Bukan tanpa sebab, ayah yang hanya lulusan SMP mengatakan selalu susah berobat. Untuk mendapatkan obat, katanya, ayahnya sampai menggedor-gedor pintu rumah dokter di malam hari.
"Papa punya obsesi, anak saya harus jadi dokter. Mungkin karena zaman dulu berobat itu susah, harus diketuk pintunya, ditanya susah. Makanya dia kepingin anaknya jadi dokter," kata Samuel saat ditemui Liputan6.com saat acara perolehan gelar doktor untuknya di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, ditulis Kamis (10/7/2014).
Yang lucu, kata Samuel, sejak TK setiap ditanya keluarga atau saudara tentang apa cita-citanya, ayahnya yang selalu menjawab. "Samuel kalau besar mau jadi apa? Kata papa, mau jadi dokter."
Lulus SMA, ayahnya ternyata masih terus memaksa anaknya untuk menjadi dokter. Tak tangung-tanggung, sejumlah kota yang memiliki fakultas kedokteran di Indonesia disambanginya agar Samuel masuk Fakultas Kedokteran.
"Zaman dulu, kalau mau kuliah harus mengikuti ujian di kampus masing-masing. Tidak seperti sekarang, bisa ujian di satu tempat tapi bisa memilih universitasnya. Waktu itu, papa sampai keliling dan mendaftarkan saya untuk masuk Fakultas Kedokteran. Dia ke Semarang, Yogya dan Bandung. Dia yang beli formulir, dia yang bawa dan dia pula yang membawa formulir itu ke universitas yang dituju. Tugas saya cuma mengisi, tanda tangan dan ikut tes saja," katanya.
Setelah mengikuti bimbingan kedokteran, akhirnya saya masuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Di tempat itulah, ia mulai merasa terpaksa menjalani kuliah. Meski begitu, ia terus mencoba melawannya.
"Tingkat pertama saya cuma belajar sekadarnya, habis dipaksa masuk. Tapi mulai tuh tingkat kedua, pelajarannya menarik. Dari situ cita-cita saya mulai terbangun. Dan sampai akhirnya lulus program kedokteran," jelasnya.
Ayah meninggal
Ayah meninggal
Berita gembira kelulusan Samuel menjadi dokter ternyata hanya sebentar. Hari ketiga setelah lulus, seluruh keluarga dan saudara berduka. Sang ayah meninggal dunia karenya penyakit darah tinggi, diabetes dan stroke. Ketika itu, Samuel sangat terpukul karena ayah belum menikmati rasanya memiliki anak sebagai dokter.
Masuk spesialis gizi
Saat meneruskan program spesialisasi gizi juga bukan tanpa sebab. Menurutnya penyakit masa depan bukanlah penyakit infeksi tapi penyakit yang disebabkan oleh pola hidup atau pola makan yang salah. "Saya pikir, kalau Anda tidak menguasai ilmu yang mempelajari pola hidup yang benar akan percuma," katanya.
Sejak itu juga, Samuel bercita-cita memiliki sekolah gizi klinik yang mengatur pola makan yang benar, catering dan fitnes center.
Pengalaman menarik Samuel saat praktik bukan ketika PTT (pegawai tidak tetap) atau sekolah. Ia masih ingat, ketika itu ia mendapati orang Indonesia yang memiliki berat badan mencapai 218 kilogram.
"Saya senang kalau berhasil menurunkan berat badan seseorang. Apalagi kalau ia bisa mempertahankan. Waktu itu, saya buat program untuk orang yang beratnya 218 kilogram dan turun sampai 185 kilogram. Tapi sayang, beberapa tahun kemudian, orang tersebut dikabarkan menetap di London dan saya dengar beratnya sudah 200 kilogram lagi," katanya.
"Itulah susahnya. Tantangan saya adalah motivasi pasien. Motivasi mereka mudah goyah. Makanya kalau praktik saya tidak sungkan memberikan nomor telepon agar pasien mudah menghubungi saya. Karena kebanyakan pasien tidak tahu makanan apa yang mestinya mereka konsumsi. Saya sering bilang, kalau Anda makan ke restoran, hubungi saya, nanti saya beritahu apa yang boleh dan tidak boleh dimakan. Supaya mereka tahu dan tetap semangat," jelasnya.
BIODATA
Nama lengkap: Dr Samuel Oetoro, MS, Sp.GK
Tempat dan tanggal lahir: Jakarta, 20 Juni 1958
Status: Menikah dengan Magdalena Indriati Setyawan dengan dikarunia 3 anak, Rendy Oetoro Putra, Samuel Rafianti Oetoro Putra, Rafael Tania Oetoro Putri.
Pendidikan
- Pemutihan Spesialis Ilmu Gizi Klinik FKUI (2004)
- Magister Sains Gizi Klinik, FK Universitas Indonesia, Jakarta (2001)
- Dokter umum, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang (1982)
Organisasi
- Anggota IDI (Ikatan Dokter Indonesia)
- Anggota Persatuan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI)
- Anggota Persatuan Dokter Gizi Klinik Indonesia (PDGKI)
- Sekretaris Working Group Metabolism and Clinical Nutrition and Metabolism (2005-2009)
- Ketua Working Group Metabolism and Clinical Nutrition and Metabolism (2012-sekarang)
- Anggota Indonesian Nutrition Association
Tempat praktik
- Nutrifit Klinik, Jakarta (2002-2005)
- Departemen Ilmu Gizi FKUI, Salemba, Jakarta ( 2004-sekarang)
- Klinik Spesialis RS Siloam Semanggi (2006-sekarang)
- MRCCC, Siloam Hospital, Jakarta (2011-sekarang)
Advertisement