Liputan6.com, Jakarta Dari delapan tujuan Millennium Development Goals (MDGs) yang ditetapkan pemerintah Indonesia, ternyata ada 4 program yang dinilai
tak akan mungkin dicapai pada 2015. Salah satu poin yang paling sulit diturunkan adalah masih tingginya angka remaja yang menikah dini dan mengakibatkan kematian ibu dan anak.
Seperti disampaikan Staf Ahli Menkokesra Bidang MDGs, Dr. Tubagus Rachmat Sentika, Sp, A, MARS, kematian ibu dan anak terjadi lebih
sering karena belum adanya kesiapan rahim. Oleh sebab itu, ini masih menjadi tantangan generasi muda kedepan.
"Angka kematian ibu dan bayi sangat berpengaruh pada haya hidup anak muda. Data menunjukkan, 34,6 persen wanita menikah dibawah
dibawah 15 tahun. 37 persen menikah antara 16 tahun dan 23 persen menikah setelah 17 tahun. 68 persen kematian terjadi karena menikah
terlalu muda," kata Rachmat saat diwawancarai wartawan usai acara seminar Hari Kependudukan Sedunia di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Senin (14/7/2014).
Advertisement
Ditemui di tempat yang sama, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Fasli Jajal membenarkan jika masalah kematian ibu
dan bayi menjadi isu sensitif karena sulit diturunkan. Ia pun menghimbau, tidak menyarankan generasi muda untuk menikah dini dan
menitikberatkan pendidikan dasar pasangan muda tentang pengaruhnya bagi masa depan.
"Beberapa hal perlu dicegah, misalnya bagaimana pasangan muda tahu kapan waktu tepat berkeluarga dan kapan melahirkan. Jangan terlalu
muda, jangan terlalu sering, jangan terlalu rapat jaraknya dan jangan terlalu tua usianya. Kementerian Kesehatan dalam hal ini berperan mendeteksi ibu hamil terkait risiko hamil yang tinggi," jelasnya.