Demensia atau Pikun, Bukan Gangguan Mental

Demensia atau pikun sering disalahmengerti. Sebagai penyakit, dia tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan penyakit kompleks

oleh Liputan6 diperbarui 18 Sep 2014, 09:00 WIB
Diterbitkan 18 Sep 2014, 09:00 WIB
Pikun
(Foto: Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta Demensia atau pikun sering disalahmengerti. Sebagai penyakit, dia tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan penyakit yang juga mencakup berbagai penyakit saraf lain yang hingga saat ini belum dapat disembuhkan, antara lain alzheimer dan parkinson.

"Tak heran banyak gejala penyakit, seperti menurunnya daya ingat serta kemampuan berpikir, yang kerap dianggap sebagai sesuatu yang wajar dalam masa penuaan,"ujar Direktur Eksekutif Alzheimer Indonesia DY Suharya, dalam surat elektroniknya ke redaksi Liputan6.com, Kamis (18/9/2014).

Yang lebih buruk, demensia dianggap sebagai penyakit mental atau gangguan otak yang tak dapat dihindari dan permanen. Bahkan muncul ketakutan serta stigma negatif terkait kondisi orang dengan demensia.

Mereka kerap diisolasi bahkan disembunyikan karena sering berperilaku memalukan dan tidak dapat dikendalikan di depan umum. Bagi keluarga dan pengasuh, tentu saja hal ini memicu munculnya rasa malu yang akhirnya membuat mereka putus asa dan frustasi lalu menganggap sudah tidak ada lagi hal yang dapat dilakukan untuk membantu.

Bahkan, kata Suharya, di kalangan komunitas medis, menyampaikan informasi kepada pasien mengenai penurunan fungsi otak ini merupakan hal yang dianggap sensitif. "Padahal kenyataannya, yang betul-betul diharapkan adalah fakta mengenai apa yang sebenarnya terjadi,"jelas Suharya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya