Ramuan Penghancur Batu Ginjal

Batu ginjal kerap membuat penderitanya menderita. Cobalah menggunakan tanaman herbal untuk mengatasinya

oleh Liputan6 diperbarui 19 Sep 2014, 13:00 WIB
Diterbitkan 19 Sep 2014, 13:00 WIB
Ginjal
Ginjal

Liputan6.com, Jakarta Bersyukurlah jika sampai saat ini Anda tidak bermasalah saat buang air kecil. Bersarangnya batu di ginjal sebagai salah satu sumber masalah sebaiknya memang dicegah. Beragam tanaman obat yang mudah dijumpai di sekitar kita, bisa dimanfaatkan.

Siapa pun pasti tak ingin merasakan perih saat buang air kecil sebagai salah satu pertanda ada batu yang bersarang di ginjal. Kalau keadaan itu sudah terjadi, konsultasi ke dokter ahli sudah pasti harus segera dilakukan. Keluhan dan gangguan saat buang air kecil sebenarnya bisa dicegah. Salah satunya dengan memanfaatkan beragam ramuan herba atau tanaman berkhasiat obat secara teratur.

Saat ini banyak tanaman obat yang terbukti mampu mengurangi atau setidaknya sebagai pelengkap pengobatan batu ginjal oleh dokter. Berdasarkan beberapa penelitian atau uji klinis yang pernah dilakukan, beberapa tumbuhan diyakini bermanfaat sebagai solusi alami gangguan batu ginjal. Di antaranya daun tempuyung (Sonchus arvensis L.), daun kumis kucing (Orthosiphom stamineus Benth), daun keji beling (Strobilanthus crispus Bl), akar alang-alang (Imperata cylindrica), dan daun pegagan (Centella asiatica).

Fungsi ginjal sangat kompleks dan vital meliputi filtrasi, ekskresi, sekresi, dan hormonal, yang semuanya berlangsung secara simultan melalui mekanisme pengaturan sendiri (homeostasis). Karena itu, jika ginjal terganggu, berarti masalah kesehatan yang serius tengah menghadang.

Sejak Mesir Kuno

Sejak Mesir Kuno
Ahli Hipetensi dan Ginjal dari RS Cikini Dr. Tunggul D. Situmorang, Dipl./M.Med Si, Sp.PD-KGH, menjelaskan bahwa penyakit batu ginjal (urolitiasis) sudah dikenal sejak zaman Mesir kuno.

Namun, hingga kini penyebab persisnya belum dapat diketahui secara pasti. Batu ginjal lazimnya terjadi karena pembentukan zat penyusun batu lebih banyak ketimbang yang dilarutkan. Itu terjadi karena adanya faktor yang menyebabkan kristalisasi dari zat-zat itu dan adanya kelainan yang menyebabkan kristal-kristal berkumpul menjadi satu.

Biasanya batu yang terdapat dalam saluran kemih berupa kalsium oksalat, kalsium fosfat, asam urat, atau campuran dari senyawa itu. Gejala penderita batu kandung kemih adalah adanya rangsang sakit pada waktu buang air seni, serta di dalam air seni terdapat batu halus, sehingga menimbulkan bercampurnya air seni dengan darah.

Hingga saat ini pengobatan konvensional untuk batu kandung kemih masih belum memuaskan. Jalan keluar dengan pembedahan maupun pemecahan batu menggunakan teknologi modern masih mahal. Karena itu, boleh saja memilih jalur alami dengan menggunakan beragam ramuan herbal.

Daun tempuyung

Beberapa penelitian in vivo (di dalam tubuh hidup) maupun in vitro (di laboratorium) juga telah dilakukan terhadap beberapa tanaman obat yang memilki manfaat peluruh air seni dan penghacur batu kandung kemih. Penelitian in vitro membuktikan, infus daun tempuyung dapat melarutkan kolesterol, kalsium oksalat, dan asam urat ginjal (Widodo, 1987).

Penelitian lain, juga secara in vitro, dilakukan dengan merendam batu ginjal pada ekstrak tempuyung selama enam jam. Ternyata proses itu dapat melarutkan batu ginjal penderita yang diidentifikasi sebagai kalsium oksalat (H. Giri, 1988).

Sementara itu, penelitian Rusdeyti (1985) menunjukkan, infus daun tempuyung yang diberikan kepada kelinci jantan ternyata dapat meningkatkan pengeluaran air seni (efek diuretik). Infus ini juga dapat mencegah pembentukan batu kandung kemih buatan pada tikus (B. Wahjoedi, 1986).

Penelitian lain dilakukan terhadap 23 pasien penderita batu kandung kemih yang diberi ekstrak air daun kumis kucing. Hasilnya, 40 persen pasien mengalami penurunan ukuran batu kandung kemih sebesar 0,5 cm, dan 20 persen merasakan hilangnya sakit (Muangmun W., 1984).

Daun kumis kucing mengandung kalium, saponin, dan glikosida orthosiphon. Untuk diuretik, sebaiknya digunakan daun kumis kucing muda. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Harini NKDK (1989), yang meneliti efek diuretik daun kumis kucing muda dan tua.

Keji Beling

Keji Beling
Peluruh batu ginjal lainnya, keji beling, merupakan tanaman semak, tingginya dapat mencapai 1-2 m. Secara empiris, herbal ini digunakan untuk diuretik, disentri, wasir karena mengandung kalium dan silikat. Secara in vitro, infus daun keji beling terbukti dapat melarutkan batu saluran kemih (Murwoto, Yusuf M., 1981).

Uji coba pada tikus menunjukkan bahwa ekstrak daun keji beling dosis 16,5 mg/kg dapat mencegah pembentukan batu kandung kemih buatan (Wahjoedi B., 1992). Penelitian lain menunjukkan, daun keji beling juga berkhasiat atau berefek diuretik (Sarjono O.S., 1989).

Selanjutnya, akar alang-alang mengandung kalium. Nainggolan L. (1994) melakukan uji diuretik dengan memberikan infus akar alang-alang pada hewan uji tikus. Hasilnya, pengeluaran air seni meningkat sebanding dengan volume pengeluaran air seni akibat pemberian HCT (diuretik).

Secara in vitro pernah dilakukan perendaman batu kandung kemih manusia menggunakan larutan estrak air akar alang-alang. Larutnya batu kandung kemih itu ditunjukkan dengan mengukur kadar kalsium yang terlarut (Retno E., 1997). Hasilnya, akar alang-alang dinyatakan dapat melarutkan batu kandung kemih. Pegagan diyakini bermanfaat sebagai peluruh air seni, antibiotik (membunuh kuman), dan antipiretik (menghilangkan demam).

Karena sifatnya hanya pelengkap pengobatan modern, sikap peduli kesehatan tetap diperlukan. Di antaranya membiasakan diri minum air sebanyak-banyaknya serta menghindari kebiasaan sering menahan buang air kecil (lebih dari satu jam) dan makan jeroan. Jangan lupa, cukup olahraga.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya