Liputan6.com, Jakarta Minta maaf ternyata bukanlah hal yang mudah baik untuk dilakukan oleh orangtua sendiri apalagi untuk diajarkan dalam pengasuhan terhadap anak-anaknya. Keyakinan bahwa diri sendiri selalu benar (tidak mungkin bisa salah) dan orang lain yang keliru adalah penyebabnya. Padahal selama masih menjadi manusia, melakukan kesalahan adalah hal yang wajar. Akan tetapi, karena sebagai manusia juga, minta maaf adalah hal yang perlu dilakukan sesudah melakukan kesalahan. Minta maaf bukan sekedar untuk menghapus kesalahan atau membuat perilaku yang keliru kemudian akan diterima. Minta maaf memiliki konsekuensi mengubah perilaku keliru agar menjadi perilaku yang dapat diterima (Family Education, tanpa tahun). Selain itu, kemampuan seseorang untuk meminta maaf dan mengakui kesalahan merupakan salah satu indikator tingkat kesehatan psikologisnya.
Dalam relasi orangtua dengan anaknya yang usianya relatif masih kanak-kanak, ketika anak melakukan kesalahan, orangtua dengan mudah, bahkan dalam banyak kasus menjadi sebuah tindakan yang hampir menjadi refleks, menuntut anak untuk minta maaf. Sebaliknya,dalam banyak kasus, jika orangtua yang melakukan kesalahan, jarang orangtua yang segera minta maaf. Banyak faktor yang menyebabkannya. Misalnya faktor kultural dalam masyarakat. Ada peribahasa jawa misalnya yang mengatakan mikul dhuwur, mendhem jero.Maksudnya adalah tidak layak kesalahan orangtua diungkit-ungkit.
Baca Juga
Selain faktor kultural, posisi orangtua yang lebih superior, membuatnya memiliki kekuasaan lebih untuk menentukan bentuk relasinya dengan anak. Dengan posisinya tersebut, banyak orangtua yang kemudian mengabaikan “kewajiban”nya untuk minta maaf saat melakukan kesalahan pada anak. Padahal selain bermanfaat bagi orangtua sendiri yakni untuk belajar menjadi orang yang lebih bertanggung jawab, meminta maaf pada anak saat orangtua melakukan kesalahan juga penting bagi perkembangan anak.
Advertisement
Seorang profesor dan psikolog sekolah pada universitas Brown yang bernama Kate Roberts, Ph.D (2013) mengatakan bahwa saat meminta maaf pada anak, orangtua akan menjadi model (contoh) bagi anak. Sebagai model dalam perilaku ini, orangtua secara efektif akan mengajarkan anak untuk tidak cemas menjadi manusia biasa yang mungkin saja melakukan suatu kesalahan. Yang terpenting bukanlah berfokus pada kesalahan namun tanggung jawab terhadap kesalahan yang dilakukan. Semua ini akan membuat anak tumbuh menjadi pribadi yang merasa aman dan bahagia.
Beberapa yang harus diajarkan ortu
Selain itu, menurut Kate Roberts, beberapa hal lain yang juga diajarkan pada anak saat orangtua minta maaf pada anak saat berbuat kesalahan adalah:
- Penerimaan diri termasuk ketika diri berbuat salah.
Saat ini, banyak orang yang ketika melakukan kesalahan justru sibuk mencari kambing hitam di luar dirinya dan tidak justru menerima dirinya termasuk dengan kelemahan yang dimiliki. Saat orangtua minta maaf pada anak mereka mengajarkan bahwa mereka bisa saja menjadi orang yang lemah namun sekaligus tetap memiliki kelebihan, dan hal itu bukanlah masalah.
- Melakukan kesalahan tidak sama dengan menjadi lemah
Saat orangtua minta maaf, anak akan belajar bahwa minta maaf dan menerima kesalahan bukanlah suatu bentuk kelemahan namun justru merupakan indikator kekuatan dan keberanian.
- Menutupi atau berbohong dalam rangka menghindari tanggung jawab karena berbuat salah merupakan kesalahan yang lebih besar
Banyak anak mencoba berbohong atau menutupi kesalahan karena mereka berpikir hal itu akan membuat mereka lebih baik. Minta maaf mengajarkan anak bahwa hidup dalam kebohongan akan lebih buruk daripada mengakui kesalahan yang dilakukan
- Orang dewasa bukanlah orang yang sangat berkuasa dan “tak tersentuh” konsekuensi
Jika anak melihat orangtuanya minta maaf, maka dia akan mempersiapkan kehidupan mereka selanjutnya dengan lebih baik. Mereka akan mengetahui bahwa tumbuh menjadi dewasa tetap mungkin untuk berbuat kesalahan namun orang dewasa tetap harus menunjukkan tanggung jawabnya
- Berbuat kesalahan bukanlah hal yang tak terhindarkan
Beberapa hal saat dipelajari sangat mungkin akan memunculkan kesalahan. Hal ini umum terjadi pada masa kanak-kanak. Yang penting adalah bagaimana kemudian, anak belajar minta maaf saat melakukan kesalahan
- Berani ambil resiko berarti siap melakukan kesalahan lebih banyak
Munculnya penerimaan diri saat minta maaf dan melakukan tanggung jawab akibat kesalahan yang dilakukan merupakan fasilitas yang baik pada anak untuk “menantang” dirinya sendiri sehingga bisa tumbuh secara lebih optimal di kemudian hari
- Menghindarkan kebingungan dan inkonsistensi pada anak
Anak sering mengenali kesalahan yang dilakukan orang tua namun tidak bisa mengekspresikannya dengan kata-kata. Jika orangtua melarang anak berbuat suatu kesalahan namun ketika orangtua berbuat kesalahan yang sama dia tidak segera membahasnya dan minta maaf, anak akan mengalami kebingungan dan inkonsistensi. Ini dapat berdampak buruk pada perilaku anak di masa depan
- Menjaga harga diri
Saat orang tua berbuat kesalahan dan merasa cukup nyaman untuk minta maaf dan menanggung konsekuensinya, anak akan mendapat model harga diri yang positif. Ini akan membentuk harga diri anak menjadi positif pula di masa depan
Daftar Pustaka
Family Education. (tanpa tahun). The Importance of Saying "I'm Sorry". Dalam http://life.familyeducation.com/marriage-counseling/relationships/45594.html. Diunduh 12 Desember 2013
Roberts, Kate.(2013). When Parents Say “I’m Sorry,” They Are Saying So Much More. Dalam http://www.psychologytoday.com/ blog/savvy-parenting/201312/when-parents-say-i-m-sorry-they-are-saying-so-much-more. Diunduh 12 Desember 2013
Yohanes Heri Widodo, M.Psi, Psikolog
Dosen Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Pemilik Taman Bermain dan Belajar Kerang Mutiara, Yogyakarta
Advertisement