Liputan6.com, Jakarta Sebagian dari Anda mungkin sering melihat di sekitar ada tempat sampah bertuliskan Organik dan Non Organik. Tapi Anda yakin telah memilahnya dengan benar. Karena sebagian orang menganggap semua sampah sama, saat ini Dinas Kebersihan DKI Jakarta mengklaim sampah di DKI Jakarta mencapai 6.000-6.500 ton per hari. Mengerikan, bukan?
Menanggapi hal tersebut, Head of Green Comitte Nutrifood sekaligus Head of Marketing Division, Angelique Dewi Permatasari berbagi informasi seputar aspek-aspek yang berhubungan dengan kesehatan lingkungan termasuk cara memilah sampah yang benar.
"Rata-rata orang menghasilkan sampah 600 gram per hari. 55 persen sampah organik, 15 persen sampah kertas, 15 persen plastik, sisanya kayu, baterai dan lain-lain. Kalau kita bisa memilahnya dengan baik, setidaknya kita bisa mengurangi sampah hingga 80 persen," katanya pada wartawan, ditulis Sabtu (14/3/2015).
Untuk mengetahui mana sampah mana yang bisa diolah kembali atau organik dan yang tidak bisa diolah kembali atau non-organik, ada cara mudah. Pertama, pilah sampah mulai dari yang terurai semisal kulit pisang, dedaunan, kemudian kertas, plastik, botol plastik hingga yang paling sulit terurai yaitu styrofoam. Setelah itu pisahkan sampah organik dan non-organik.
"Kulit pisang, dedaunan dan sampah organik lainnya mudah terurai oleh media tanah. Tapi kalau plastik, butuh waktu 2-5 tahun untuk bisa terurai. Sedangkan botol plastik yang memiliki polimer tebal membutuhkan waktu hingga puluhan tahun. Dan yang paling parah, styrofoam yang baru terurai 500 tahun," jelasnya.
Lantas, apa yang harus dilakukan? menurut Anglique, untuk mengurangi sampah, kita bisa mengkompos sampah organik kita sendiri. Sedangkan sampah non organik seperti plastik dapat diberikan kepada pemulung untuk diolah kembali. Dan yang paling penting adalah perubahan pola pikir.
"Kurangnya sosialisasi pemilahan sampah membuat masyarakat sering keliru. Biasanya sampah yang sudah dipilah organik atau non organik ketika diberikan kepada tukang sampah disatukan kembali. Ini juga salah satu kendala. Pola pikir kita masih belum banyak berubah seperti negara maju," tukasnya.
Ini Untungnya Memilah Sampah Organik dan Non Organik
Kalau kita bisa memilahnya dengan baik, setidaknya kita bisa mengurangi sampah hingga 80 persen
Diperbarui 16 Mar 2015, 08:00 WIBDiterbitkan 16 Mar 2015, 08:00 WIB
Tumpukan sampah bercampur dengan eceng gondok menggunung di Waduk Pluit, Jakarta, Jumat (13/2/2015). Sampah tersebut berasal dari warga sekitar.(Liputan6.com/Faizal Fanani)... Selengkapnya
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
EnamPlus
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Pendaftaran Beasiswa Indonesia Bangkit 2025 Kemenag Segera Dibuka, Ini Syaratnya
Menilik Jejak Transportasi Tradisional di Jakarta, dari Becak hingga Trem
Doa Naik Kendaraan Motor dan Lainnya, Baca Sebelum Bepergian
KEK Industropolis Batang Percepatan Hilirisasi Industri
Cara Mengatasi Payudara Bengkak Keras Seperti Batu: Panduan Lengkap untuk Ibu Menyusui
6 Fakta Menarik Masjid Katangka yang Jadi Simbol Perjuangan Kerajaan Gowa
Temuan James Webb Patahkan Teori Pembentukan Planet
Kisah Sahabat Nabi yang Mementingkan Teman Meski Kondisi Sekarat, Berakhir Syahid
Investasi Bontang Meroket, Walikota Neni Moerniaeni Tantang SDM Lokal Taklukkan Era Digital dan Robot
Tujuan Donor Darah: Manfaat dan Dampak Positifnya bagi Kesehatan
12 Tips I’tikaf untuk Mendapatkan Lailatul Qadar 2025, Muslim Wajib Tahu
Honda Gandeng Toyota untuk Pasok Baterai Hybrid, Hindari Tarif Impor AS