Sekelumit Mengenai Hepatitis A, B, C D, dan E

Penyakit hepatitis bukan hanya masalah kesehatan di Indonesia melainkan dunia.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 28 Jul 2015, 16:30 WIB
Diterbitkan 28 Jul 2015, 16:30 WIB
Hepatitis B
Hepatitis B | via: referi.uy

Liputan6.com, Jakarta Penyakit hepatitis bukan hanya masalah kesehatan di Indonesia melainkan dunia. Hepatitis A, dan E bahkan kerap muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) karena berhubungan dengan perilaku hidup bersih.

Sedangkan hepatitis B, C, dan D dapat menjadi kronis dan menimbulkan sirosis lalu kanker hati.

Indonesia merupakan negara dengan endemisitas tinggi Hepatitis B, terbesar kedua di negara South East Asian Region (SEAR) setelah Myanmar. Berdasarkan hasil riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), studi dan uji saring darah donor PMI maka diperkirakan di antara 100 orang Indonesia, ada 10 di antaranya yang terinfeksi hepatitis B atau C.

Sebelumnya, Anda mesti tahu kalau istilah hepatitis dipakai untuk semua jenis peradangan sel-sel hati yang disebabkan oleh infeksi (virus, bakteri, parasit), obat-obatan (termasuk ibat tradisional), konsumsi alkohol, lemak yang berlebih dan penyakit autoimune.

Laman Kementerian Kesehatan mencatat, ada 5 jenis hepatitis yang tidak saling berhubungan antara lain:

1. Hepatitis A

Hepatitis A adalah peradangan hati yang disebabkan oleh virus hepatitis A (VHA), termasuk picornaviridae yang merupakan RNA virus. Virus ini bersifat tahan asam, termostabil, dan tahan terhadap empedu. Penularannya biasa terjadi secara fecal-oral (masuk ke dalam saluran pencernaan melalui makanan dan minuman yang tercemar tinja penderita VHA).

Gejalanya bersifat akut, dapat berupa demam, sakit kepala, mual dan muntah sampai ikterus (kondisi tubuh menjadi terlalu banyak bilirubin sehingga kulit dan bagian putih mata menjadi berwarna kuning), bahkan dapat menyebabkan pembengkakan hati.

Karena tidak ada pengobatan khusus dan hanya pengobatan pendukung, cara pencegahannya tidak lepas dari kebersihan lingkungan, terutama terhadap makanan dan minuman. 

 

 

Hepatitis B dan C

2. Hepatitis B

Virus hepatitis B (VHB) merupakan virus DNA. Virus ini selain menginfeksi manusia bisa juga menginfeksi simpanse. VHB dapat ditemukan pada cairan tubuh (darah, air liur, cairan sperma dan vagina) namun tidak semua memiliki kadar virus yang infeksius.

Secara umum penularannya vertikal 95 persen terjadi pada masa perinatal (saat persalinan) dan 5 persen intra uterina. Penularan horizontal melalui transfusi darah, jarum suntik tercemar, pisau cukur, tato, dan transplantasi organ.

Gejalanya tidak khas, seperti lesu, nafsu makan berkurang, demam ringan, nyeri abdomen sebelah kanan, air kencing berwarna teh.

Pencegahannya, telah dilakukan penapisan (skrining) darah sejak 1992 terhadap bank darah melalui PMI. Imunisasi juga telah masuk dalam program nasional.

3. Hepatitis C

Penyebab penyakit hepatitis C adalah VHC yang termasuk famili Flaviviridea genus Hepacivirus dan merupakan virus RNA. Memiliki 6 genotip dan lebih dari 50 subtipe. Penularannya melalui darah dan cairan tubuh, parenteral seperti penggunaan bersama alat-alat pribadi penderita (sikat gigi, pisau cukur) juga jarum suntik yang tidak steril, kecelakaan kerja, hubungan seks dapat menularkan tapi sangat kecil risikonya.

Pencegahannya, bisa dilakukan dengan menghindari risiko karena belum tersedianya vaksin. 

 

 

Hepatitis D dan E

4. Hepatitis D

Virus hepatitis D ini merupakan virus RNA dengan defek, artinya virus ini tidak mampu bereplikasi secara sempurna tanpa bantuan virus lain, yaitu virus hepatitis B.

Penularannya mengikuti perjalanan penyakit hepatitis B (parenteral), artinya jika virus hepatitis B akut yang diderita sembuh, maka VHD juga akan hilang.

5. Hepatitis E

Hepatitis E disebabkan oleh virus hepatitis E, sebuah virus RNA berbentuk sferis. Virus ini awalnya disebut sebagai penyebab enterically transmitted non-A non-B hepatitis (ET-NANB). VHE ditularkan melalui jalur fecal oral. Air minum yang tercemar tinja merupakan media penularan yang paling umum.

Gejalanya ringan menyerupai flu, sampai ikterus. Pencegahannya dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan, terutama kebersihan makanan dan minuman.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya